Makna Kata
A. Makna Leksikal dan Makna Gramatikal
1. Makna Leksikal
Makna leksikal adalah makna yang sesungguhnya. Adapun contoh tersebut pada kalimat di bawah ini.
Contoh:
• Aku tidak memelihara tikus.
Kalimat di atas mengacu pada hewan 'tikus', bukan hal lain.
2. Makna Gramatikal
Makna gramatikal adalah makna yang muncul akibat proses gramatika, yakni proses afiksasi (pengimbuhan) dan proses reduplikasi (pengulangan). Berikut ini contoh-contoh ungkapannya.
Contoh proses afiksasi:
• Buku setebal itu terangkat olehnya.
Kata terangkat melalui proses afiksasi. Awalan ter- pada kata tersebut memunculkan makna 'dapat'.
Contoh proses reduplikasi:
• Dia sedang menyusun buku-buku di rak perpustakaan.
Kata buku yang bermakna 'sebuah buku' menjadi buku-buku yang bermakna 'banyak buku.'
B. Makna Denotatif dan Makna Konotatif
1. Makna Denotatif
Makna denotatif merupakan makna asli. Adapun contoh tersebut seperti berikut ini.
Contoh:
• Kamboja bermakna 'bunga harum yang berwarna putih kekuning-kuningan atau merah tua'.
2. Makna Konotatif
Makna konotatif merupakan makna tambahan. Adapun contoh tersebut seperti berikut ini.
Contoh:
• Kamboja bermakna 'lambang kematian'.
C. Makna Idiomatikal dan Peribahasa
1. Makna Idiomatikal
Makna idiomatikal adalah makna sebuah kata, frasa, atau kalimat yang tidak dapat diduga dari makna leksikal maupun gramatikalnya. Ada dua jenis idiom, yaitu idiom penuh dan idiom sebagian.
• Idiom Penuh
Idiom penuh berarti seluruh unsurnya adalah satu kesatuan dengan satu makna.
Contoh:
• Menjual gigi bermakna 'tertawa keras-keras', bukan transaksi jual beli gigi. Istilah ini termasuk idiom penuh.
• Idiom Sebagian
Idiom sebagian berarti sebagian unsurnya masih memiliki makna sendiri.
Contoh:
• Menunjukkan gigi bermakna 'menunjukkan kekuasaan'. Contoh ini termasuk idiom sebagian.
2. Makna Peribahasa
Makna peribahasa adalah makna yang masih bisa diduga karena adanya hubungan antara makna leksikal dan gramatikal.
Contoh:
• Bagai anjing dengan kucing.
Peribahasa tersebut menggambarkan perilaku seperti anjing dan kucing sebagai hewan yang dikenal sering bertengkar.
D. Homonimi, Homofon, dan Homograf
1. Homonimi
Homonimi adalah kata yang bunyi dan penulisannya sama, tetapi maknanya berbeda.
Contoh:
• Kata hak memiliki bunyi dan tulisan yang sama, namun artinya berbeda ('kekuasaan untuk berbuat sesuatu' dan 'telapak sepatu pada bagian tumit yang relatif tinggi').
• Kata bisa memiliki bunyi dan tulisan yang sama, tetapi berbeda arti ('mampu atau dapat' dan 'zat racun yang dapat menyebabkan luka, busuk, atau mati bagi sesuatu yang hidup').
2. Homofon
Homofon merupakan kata yang bunyinya sama, tetapi penulisan dan maknanya berbeda.
Contoh:
• Kata bang yang bermakna 'kakak laki-laki' dengan bank yang bermakna 'lembaga yang mengurus lalu lintas uang' memiliki bunyi yang sama, tetapi penulisan dan artinya berbeda.
• Kata sanksi yang bermakna 'konsekuensi' dan sangsi yang bermakna 'ragu' memiliki bunyi yang sama, tetapi penulisan dan maknanya berbeda.
3. Homograf
Homograf adalah kata yang tulisannya sama, namun bunyi dan makna berbeda.
Contoh:
• Kata teras bisa mengacu ke 'inti-kayu' atau 'lantai yang agak ketinggian di depan rumah' dengan pelafalan yang berbeda.
• Kata sedan bisa merujuk ke 'tangis kecil; isak' atau 'sejenis mobil' dengan bunyi yang berbeda.
E. Makna Ambigu dan Polisemi
1. Makna Ambigu
Makna ambigu adalah makna suatu frasa atau kalimat yang bersifat ganda.
Contoh:
• Anak malas pergi ke taman
Kalimat tersebut bisa ditafsirkan menjadi "sedikit anak yang mau pergi ke taman" atau "yang pergi ke taman hanya anak malas".
2. Makna Polisemi
Makna polisemi adalah satuan bahasa (terutama kata) yang memiliki lebih dari satu makna.
Contoh:
• kepala
Kata tersebut dapat mengacu beberapa hal berikut.
• Bagian tubuh dari leher atas, seperti yang dimiliki manusia dan hewan.
• Bagian dari sesuatu yang terletak di atas atau depan dan merupakan hal penting, seperti kepala motor dan kereta api
• Bagian dari sesuatu yang berbentuk bulat, seperti kepala jarum.
F. Perubahan Makna
1. Perubahan Makna Meluas
Perubahan makna meluas merupakan gejala pada kata yang awalnya memiliki satu makna saja, namun akhirnya meluas dan memiliki makna lain.
Contoh:
• saudara
Kata tersebut bermakna 'orang yang memiliki hubungan keluarga' menjadi 'sapaan kepada orang yang diajak berbicara'.
2. Perubahan Makna Menyempit
Perubahan makna menyempit adalah gejala pada kata yang awalnya memiliki berbagai makna, tetapi berubah menjadi satu makna saja.
Contoh:
• sarjana
Kata tersebut bermakna 'orang pandai' menjadi 'orang yang lulus dari perguruan tinggi'.
3. Perubahan Makna Total
Perubahan makna total adalah makna asli sebuah kata yang mengalami perubahan secara keseluruhan.
Contoh:
• Cerewet berubah total menjadi berpidato.
4. Penghalusan (Eufemia)
Penghalusan (eufemia) merupakan usaha dalam mengubah kata menjadi kata yang bermakna lebih halus, seperti:
Contoh:
• Penjara menjadi lembaga pemasyarakatan.
5. Pengasaran (Disfemia)
Pengasaran (disfemia) adalah usaha dalam mengganti kata yang awalnya bermakna halus menjadi lebih kasar.
Contoh:
• Kalah menjadi masuk kotak.
• Mengambil dengan begitu saja menjadi mencaplok.
• Mengeluarkan menjadi mendepak.
• Memasukkan menjadi menjebloskan.
... Read less