Pemakaian Tanda Baca Berdasarkan Ejaan yang Disempurnakan (EYD)
 

Pemakaian tanda baca merupakan salah satu subbab yang dapat ditemukan dalam materi UTBK. Pemakaian tanda baca dapat ditemukan pada soal-soal TPS seperti Pemahaman Bacaan dan Menulis (PBM). Ada jenis soal seperti perbaikan tanda baca dan perbaikan kalimat yang dapat dijawab dengan memahami pemakaian tanda baca. Jadi, bagaimana pemakaian tanda baca yang baik dan benar menurut PUEBI? Yuk, lihat dan simak penjelasan berikut!

 

A. Tanda Titik (.)

1. Akhir kalimat yang berupa pernyataan harus diakhiri menggunakan tanda titik.
Contoh: 

• Aku akan selalu ada untukmu.

• Dia akan pergi ke Korea Selatan.

2. Bagian belakang angka atau huruf yang terdapat dalam suatu bagan, ikhtisar, atau daftar menggunakan tanda titik.
Contoh:

Kelas Kata dalam Bahasa Indonesia
• Kata
   - Kata Dasar
   - Kata Berimbuhan
• Frasa
   1) Frasa Endosentris
   2) Frasa Eksosentris
       - Frasa Endosentris Atributif
       - Frasa Endosentris Apositif 

Pengecualian:
• Angka atau huruf yang sudah memiliki tanda kurung dalam suatu perincian tidak menggunakan tanda titik.
Contoh:
   - 1) peran perempuan di era digital
   - a) masalah sosial di masa pandemi.

• Akhir penomoran digital yang terdiri atas lebih dari satu angka tidak menggunakan tanda titik.
Contoh: 
   - 1.2 Ilustrasi
   - 1.2.1 Gambar Tangan
   - 1.2.2 Tabel

• Bagian belakang angka atau angka terakhir yang terdapat dalam penomoran deret digital yang lebih dari satu angka dalam judul bagan, grafik, tabel atau gambar tidak menggunakan tanda titik.
Contoh: 
   - Tabel 1 Kondisi Kesehatan Perempuan di Jawa Tengah
   - Bagan 2.1 Bagian Umum

3. Angka detik, menit, jam yang menunjukkan waktu atau jangka waktu dipisahkan menggunakan tanda titik.
Contoh:

• pukul 05.29.19 (pukul 5 lewat 29 menit 19 detik atau pukul 5, 29 menit, 19 detik)
• 03.20.15 jam (3 jam, 20 menit, 15 detik)
• 00.40.10 jam (40 menit, 10 detik)
• 00.00.45 jam (45 detik)

4. Penulisan daftar pustaka harus menggunakan tanda titik di antara nama penulis, tahun terbit, judul tulisan (yang tidak diakhiri dengan tanda tanya atau tanda seru), dan tempat/lokasi terbit.
Contoh: 

• Kridalaksana, Harimurti. 2005. Kelas Kata dalam Bahasa Indonesia. Jakarta: Gramedia Pustaka Utama
• Ramlan, M. 1985. Tata Bahasa Indonesia: Penggolongan Kata. Yogyakarta: Andi Offset.

5. Bilangan ribuan atau kelipatannya yang menunjukkan jumlah dipisahkan menggunakan tanda titik.
Contoh: 

• Kasus positif Covid-19 di Jawa Barat mencapai 210.000 kasus.
• Penduduk Jakarta lebih dari 13.000.000 orang.
• Anggaran Kementerian Pertanian itu mencapai Rp255.000.000.000,00.

Pengecualian:
• Bilangan ribuan atau kelipatannya yang tidak menunjukkan jumlah tidak dipisahkan menggunakan tanda titik.
Contoh: 

   - Aku lahir tahun 1997.
   - Nomor teleponnya adalah 086754321121.

• Akhir judul yang merupakan tabel, kepala karangan, atau ilustrasi tidak menggunakan tanda titik.
Contoh:

   - Gambar 1 Alat Dengar Manusia
   - Tabel 1 Partisipasi Perempuan dalam Politik

• Bagian belakang (a) alamat penerima dan pengirim surat, serta (b) tanggal surat tidak menggunakan tanda titik.
Contoh: 

Yth. Direktur Pertamina
Jalan Jakarta Raya No. 45
Menteng
Jakarta 112211

 

B. Tanda Koma (,)

1. Di antara unsur-unsur dalam suatu pemerincian atau pembilangan harus menggunakan tanda koma.
Contoh: 

• Kangkung, bayam, atau sawi merupakan sayuran.
• Tiga, dua, ... satu!

2. Sebelum konjungsi atau kata hubung (tetapi, melainkan, sedangkan) dalam kalimat majemuk (setara) harus menggunakan tanda koma.
Contoh:

• Aku ingin berlibur ke Bali, tetapi Covid-19 belum pergi.
• Orang itu bukan kakak saya, melainkan sepupu saya.
• Ibu mengajar di sekolah, sedangkan ayah pergi mengantar adik.

3. Anak kalimat yang mendahului induk kalimatnya dipisahkan menggunakan tanda koma.
Contoh:

• Jika kamu datang, aku akan senang.
• Karena kemarin hujan, acara syukuran itu batal.

Pengecualian:
Apabila induk kalimat berada sebelum anak kalimat, tanda koma tidak digunakan.
Contoh:
• Aku akan senang jika kamu datang.

4. Bagian belakang kata atau ungkapan penghubung (konjungsi) antarkalimat, misalnya jadi, sehubungan dengan itu, dengan demikian, oleh karena itu, dan meskipun demikian menggunakan tanda koma.
Contoh:

• Penyanyi itu sering latihan vokal. Jadi, suara dia sangat indah.
• Ibuku rajin menabung. Oleh karena itu, dia bisa liburan ke Eropa.

5. Sesudah dan/atau sebelum kata seru (o, wah, aduh, ya, atau hai) dan kata yang digunakan sebagai sapaan (Bu, Nak, Dik) tanda koma harus digunakan.
Contoh:

• O, begitu?
• Wah, luar biasa!
• Hati-hati, ya, lantainya licin!
• Nak, kapan menjenguk Ibu?
• Dimana rumahmu, Dik?

6. Petikan langsung dari bagian lain dalam kalimat dipisahkan menggunakan tanda koma.
Contoh:

• Kata kakak saya, “Rajinlah belajar agar bisa masuk PTN.”
• “Tante saya sakit perut,” katanya “jadi, sekarang dirawat di Rumah Sakit.”

Pengecualian:
Petikan langsung yang berupa kalimat tanya, kalimat perintah, atau kalimat seru dari bagian lain yang mengikutinya tidak dipisahkan menggunakan tanda koma.
Contoh: 

• “Sudah berapa lama tinggal di Jakarta?” tanya orang itu.
• “Ambilkan gelas di dapur!” perintah Ibu.
• “Wah, sejuk sekali ya daerah ini!” katanya.

7. Di antara (1) nama dan alamat, (2) bagian alamat, (3) tempat dan tanggal, serta (4) nama tempat dan wilayah atau negeri yang ditulis secara berurutan, tanda koma perlu digunakan.
Contoh:

• Sdr. Rendi, Jalan Karangmalang IV/13, Kelurahan Caturtunggal, Kecamatan Depok, Yogyakarta 52801
• Dekan Fakultas Bahasa dan Seni, Universitas Negeri Yogyakarta, Jalan Colombo No. 1, Yogyakarta
• Bogor, 17 April 1990
• Bangkok, Thailand

8. Bagian nama yang susunannya ditulis terbalik dalam daftar pustaka dipisahkan menggunakan tanda koma
Contoh:

• Chaer, Abdul dan Leonie Agustina. 2010. Sosiolinguistik. Jakarta: PT Rineka Cipta.
• Keraf, Gorys. 2010. Diksi dan Gaya Bahasa. Jakarta: Gramedia.
• Kridalaksana, Harimurti. 2001. Kamus Linguistik. Jakarta: Gramedia.

9. Di antara bagian-bagian dalam catatan kaki atau catatan akhir tanda koma harus digunakan.
Contoh:

• Moleong, Lexy J, Metodologi Penelitian Kualitatif, Edisi Revisi, (Bandung: PT Remaja Rosdakarya, 2007), hlm. 27.
• Keraf, Gorys, Diksi dan Gaya Bahasa, (Jakarta: Gramedia, 2010). Hlm. 126.

10. Untuk membedakan nama diri, keluarga, atau marga dari singkatan, tanda koma harus digunakan di antara nama orang dan singkatan gelar akademis yang mengikutinya.
Contoh:
• M. Hamdani, S.E.
• Ny. Solihah, S.S.
• Ahmad Wahyudin, M.Hum.
• Wiyatmi, S.H., M.H.

Bandingkan dengan:
• Ny. Solihah S.S (Siti Sakdiyah)

11. Di antara rupiah dan sen serta sebelum angka desimal yang dituliskan dengan angka, tanda koma perlu digunakan.
Contoh:

• 17,2 m
• 16,5 kg
• Rp700,50
• Rp950,00

12. Keterangan tambahan atau keterangan aposisi harus diapit menggunakan tanda koma.
Contoh:

• Di Kota Bogor, misalnya, masih banyak lahan yang belum digunakan.
• Semua peserta, baik anak-anak maupun dewasa, harus mengikuti pembukaan acara.
• Gusdur, Presiden IV RI, merupakan salah seorang tokoh NU.
• Pejabat yang bertanggung jawab, sebagaimana dimaksud pada ayat (3), wajib menindaklanjuti laporan dalam waktu paling lama tujuh hari.

13.  Di belakang keterangan yang terdapat di awal kalimat (untuk menghindari kesalahpahaman dalam membaca/salah pengertian), tanda koma perlu digunakan.
Contoh:

• Dalam menangani pandemi Covid-19, pemerintah harus mengutamakan kesehatan daripada ekonomi.
• Atas perhatian Saudara, kami ucapkan terima kasih.

 

C. Tanda Titik Koma (;)

1. Kalimat setara yang satu dari kalimat setara yang lain di dalam kalimat majemuk atau untuk mengganti kata penghubung dapat dipisahkan menggunakan tanda hubung.
Contoh:

• Hujan belum berhenti; anak-anak masih belum pulang.
• Kayak mengantar Ibu ke pasar; Ayah sedang berkebun; Adik menonton televisi.

2. Pada akhir perincian yang berupa klausa menggunakan tanda titik koma.
Contoh:

Syarat mengikuti seleksi ini adalah
(1) mahasiswa semester 5;
(2) aktif berorganisasi;
(3) bisa berbahasa Inggris; dan
(4) bersedia mengikuti kegiatan selama tiga bulan.

3. Bagian-bagian pemerincian dalam kalimat yang sudah menggunakan tanda koma, dapat ditandai menggunakan tanda koma.
Contoh:

• Kakak menjual cincin, kalung, dan anting; motor, mobil, dan sepeda; televisi, kipas angin, dan penanak nasi.
• Kegiatan sidang skripsi ini meliputi
 a. pengenalan ketua penguji, sekretaris penguji, dan penguji utama;
 b. presentasi bab I, bab II, bab III, bab IV, dan bab V; dan
 c. diskusi, validasi, dan pengumuman hasil sidang.

 

D. Tanda Titik Dua (:)

1. Akhir suatu pernyataan lengkap yang diikuti pemerincian atau penjelasan menggunakan tanda titik dua.
Contoh:

• Ibu membeli banyak sayuran: sawi, kangkung, dan bayam.
• Dalam mencintai hanya ada dua pilihan: pertahankan atau tinggalkan.

2. Jika penjelasan atau perincian itu merupakan pelengkap yang mengakhiri pernyataan, tanda titik dua tidak digunakan.
Contoh:

• Ayah membutuhkan paku, palu, dan gergaji.
• Persidangan ini meliputi beberapa tahap
   a. pembukaan,
   b. Pembacaan dakwaan, dan
   c. kesimpulan

3. Sesudah kata atau ungkapan yang memerlukan pemerian perlu menggunakan tanda titik dua.
Contoh:

• Ketua Penguji : Prof. Dr. Zamzani, M.Pd.
• Sekretaris Penguji : Siti Maslakhah, M.Hum.
• Penguji Utama : Dr. Prihadi, M.Hum.

4. Dalam naskah drama, sesudah kata yang menunjukkan pelaku dalam percakapan harus menggunakan tanda titik dua.
Contoh:
• Adit : "Ayo kejar aku, Pak!"
• Bapak : "Sudah, Dit, jangan lari lagi!"
• Adit : "Tidak mau! Ayo, Pak, kejar aku!"

5.  Di antara (1) jilid atau nomor dan halaman, (2) surah dan ayat dalam kitab suci, (3) judul dan anak judul suatu karangan, serta (4) nama kota dan penerbit dalam daftar pustaka, tanda titik dua digunakan.
Contoh:

• Tempo, X, No. 2/2005: 7
• Surah Alfatihah: 1—5
• Matius 2: 5—7
• Saksi Mata: Antologi Cerpen Seno Gumira Adjidarma
• Suhardi, 2013. Sintaksis. Yogyakarta: Cantrik Pustaka.

 

E. Tanda Hubung (-)

1. Bagian kata yang terpenggal oleh pergantian baris, dapat ditandai dengan tanda hubung.
Contoh:

• Mereka harus mengungsi dari desa itu karena rumah mereka rusak diterjang angin.
• Banyak orang tertarik untuk memulai bisnis ternak lele.

2. Unsur kata ulang, dapat disambungkan menggunakan tanda hubung.
Contoh:

• ibu-ibu

• mengubah-ubah
• kekuning-kuningan
• dikejar-kejar

3. Angka yang menyatakan tanggal, bulan, dan tahun dan/atau huruf yang disambungkan dalam kata yang dieja satu per satu, dapat disambung menggunakan tanda hubung.
Contoh:

• 03-08-1998
• e-f-e-k-t-i-v-i-t-a-s

4. Hubungan bagian kata atau ungkapan, dapat diperjelas menggunakan tanda hubung.
Contoh:

• ber-ubah
• meng-gali
• tiga-puluh-lima ribuan (35 x 1.000)
• 33/35 (tiga-puluh-tiga pertiga-puluh-lima)

Bandingkan dengan:

• be-rubahi
• me-nggali
• tiga-puluh lima-ribuan (30 x 5.000)
• 30 3/25 (dua-puluh tiga perdua-puluh-lima)

5. Kata-kata berikut, dapat dirangkai dengan menggunakan tanda hubung.
Contoh:

• Imbuhan se- dengan kata setelahnya yang dimulai dengan huruf kapital (se-Asia Tenggara, se-Jawa Timur);

• Preposisi ke- dengan angka (ranking ke-3);

• Angka/bilangan dengan –an (tahun 1990-an);

• Kata atau imbuhan dengan singkatan semua hurufnya kapital (hari-H, sinar-X, ber-KTP, di-SP-kan); 

• Kata dengan kata ganti Tuhan (karunia-Nya, atas ampunan-Mu);

• Huruf dan angka (D-2, S-1, S-2); dan

• Kata ganti -ku, -mu, dan -nya dengan singkatan yang berupa huruf kapital (KTP-ku, SIM-mu, BPJS-nya).

6. Singkatan yang di dalamnya terdapat huruf dan angka, jika angka tersebut melambangkan jumlah huruf tidak perlu dipisahkan menggunakan tanda hubung.
Contoh:

• P3GB (Pusat Pengembangan Pendidikan Guru Bahasa)
• P3DT (Proyek Peningkatan Pembangunan Desa Tertinggal)
• P4 (Pedoman Penghayatan dan Pengamalan Pancasila)

7. Unsur bahasa Indonesia dengan unsur bahasa daerah atau bahasa asing, perlu dirangkai dengan menggunakan tanda hubung.
Contoh:

• di-senen-i (bahasa Jawa, 'dimarahi')
• di-follow up
• meng-invite
• pen-update-an

8. Bentuk terikat yang menjadi objek bahasan, perlu ditandai dengan tanda hubung.
Contoh:

• Kata pra- merupakan bentuk terikat.
• Kata sarkasme memiliki kata dasar sarkas dan akhiran -asme.

 

F. Tanda Pisah (—)

1. Penyisipan kata atau kalimat yang memberi penjelasan di luar bangun kalimat perlu dibatasi dengan menggunakan tanda pisah.
Contoh:

• Kesetaraan kelas itu—meskipun sulit untuk dicapai—diperjuangkan oleh manusia itu sendiri.
• Keberhasilan itu—kita sependapat—dapat dicapai jika kita mau berusaha keras.

2. Adanya keterangan aposisi atau keterangan yang lain dalam suatu kalimat, perlu dibatasi dengan menggunakan tanda pisah.
Contoh:

• Abdurrahman Wahid—Presiden ke-4 Republik Indonesia—merupakan seorang tokoh fenomenal.
• Hasil penelitian ini—eufemisme dan disfemia—telah menambah khazanah kebahasaan di media sosial.
• Program Guru Penggerak—amanat Mendikbud—harus mendongkrak pendidikan Indonesia.

3. Di antara dua bilangan, tanggal, atau tempat yang berarti 'sampai dengan' atau 'sampai ke' perlu digunakan tanda pisah.
Contoh:

• Tahun 2016—2020
• Tanggal 1—10 Maret 2020
• Solo—Yogyakarta

 

G. Tanda Tanya (?)

1. Akhir kalimat tanya perlu menggunakan tanda tanya.
Contoh:

• Kapan film Black Widow tayang?
• Siapa yang menjadi pemeran utama film Beauty and The Beast?

2. Bagian kalimat yang dipertanyakan atau yang kurang dapat dibuktikan kebenarannya di dalam kurung, dapat ditandai dengan menggunakan tanda tanya.
Contoh:

• Tugu Jogja dibangun pada tahun 1590 (?).
• Bahasa Jawa mempunyai 70 (?) dialek.

 

H. Tanda Seru (!)

1. Ungkapan atau pernyataan yang berupa perintah atau seruan yang menggambarkan emosi, perasaan tidak percaya, atau perasaan sungguh-sungguh yang kuat perlu diakhiri menggunakan tanda seru.
Contoh:

• Andi masuk!
• Buang!
• Pantai Cemara ini memang sangat indah, ya!
• Jangan lupa bahagia!

 

I. Tanda Elipsis (…)

1. Untuk menunjukkan bagian yang dihilangkan dalam suatu kutipan atau kalimat ada, perlu menggunakan tanda elipsis.
Contoh:

• Frasa ... adalah frasa yang memiliki inti kata benda.
• Menurut Kamus Besar Bahasa Indonesia kata prioritas adalah ….

2. Untuk menulis ujaran yang tidak selesai dalam dialog, perlu menggunakan tanda elipsis.
Contoh:

• “Saya … anu … bagaimana … Bu?”
• “Makanya kamu itu … sebentar ada telepon.”

 

J. Tanda Petik ("…")

1. Petikan langsung yang berasal dari pembicaraan, naskah drama atau film, atau bahan tertulis lain perlu menggunakan tanda petik.
Contoh:

• "Kita harus terus melawan penjajahan!" seru Bung Karno dalam pidatonya.
• "Bawa semua barang-barang ini sekarang!" perintahnya. "Lusa akan digunakan untuk praktik."
• Menurut Pasal 31 Undang-Undang Dasar Negara Republik Indonesia Tahun 1945, "Negara Indonesia ialah negara kesatuan, yang berbentuk republik."

2. Judul sajak, lagu, film, sinetron, drama, artikel, naskah, atau bab buku yang digunakan dalam kalimat perlu diapit menggunakan tanda petik.
Contoh:

• Puisi "Cipasung" terdapat pada halaman pertama buku itu.
• Untuk mengenang jasa para pahlawan, kami akan memutarkan lagu "Gugur Bunga."
• Film "Gundala" merupakan film pahlawan super yang ceritanya diadaptasi dari komik.
• Ayah sedang membaca "Novel dan Referensi Sastra" dalam Kumpulan Esai Memasak Nasi Goreng Tanpa Nasi.
• Artikel "Peran Perempuan di Era Digital" menjadi juara pertama lomba penulisan artikel.
• Lihatlah dengan saksama bagian "Jenis-jenis Frasa" dalam buku Tata Bahasa Indonesia.

3. Istilah ilmiah yang kurang dikenal atau kata yang mempunyai arti khusus perlu diapit menggunakan tanda petik.
Contoh:

• "Boga bahari" di Bali memang sangat enak.
• Universitas dilarang menjual “kursi” kepada calon mahasiswa baru.

 

K. Tanda Petik Tunggal ('…')

1. Petikan yang terdapat dalam petikan lain perlu diapit menggunakan tanda petik tunggal.
Contoh:

• "Seperti ada yang jatuh dan berbunyi 'tok-tok’' tadi, apakah kau dengar?" tanya dia.
• "Adikku berteriak, 'Mbak, Tante pingsan!', dan aku langsung lari ke kamarnya,"ujarku.

2. Arti atau makna, hasil terjemahan, atau penjelasan kata atau ungkapan perlu diapit menggunakan tanda petik tunggal.
Contoh:

• terdakwa 'yang didakwa'
• filtrum 'lekukan vertikal di bagian tengah bibir atas'
• besar kepala 'sombong'
• money laundry 'pencucian uang'

 

L. Tanda Kurung ((…))

1. Keterangan atau penjelasan perlu diapit menggunakan tanda kurung.
Contoh:

• Adikku aktif sebagai anggota Organisasi Siswa Intra Sekolah (OSIS).
• Mahasiswa baru belum mempunyai ATM (Anjungan Tunai Mandiri).
• Pameran gawai (gadget) itu telah berhasil diselenggarakan di Bandung.

2. Keterangan atau penjelasan yang bukan bagian utama kalimat perlu diapit menggunakan tanda kurung.
Contoh:

• Puisi Acep Zamzam Noer yang berjudul "Cipasung" (nama tempat di Tasikmalaya) ditulis pada tahun 2001.
• Deskripsi itu (lihat Gambar 7) menunjukkan sistem pencernaan manusia.

3. Huruf/abjad atau kata yang keberadaannya di dalam teks dapat dimunculkan atau dihilangkan perlu diapit menggunakan tanda kurung.
Contoh:

• Rumahnya selalu kebanjiran karena letaknya di dekat (sungai) Ciliwung.
• Tontowi Ahmad berasal dari (kabupaten) Banyumas.

4. Huruf/abjad atau angka yang digunakan sebagai penanda pemerincian perlu diapit menggunakan tanda kurung.
Contoh:

• Unsur-unsur bahasa terdiri atas (a) kata, (b) frasa, dan (c) klausa.
• Ayah harus melengkapi berkas pendaftarannya dengan melampirkan
   (1) daftar riwayat hidup,
   (2) sertifikat, dan
   (3) surat bebas narkoba.

 

M. Tanda Kurung Siku ([…])

1. Abjad, kata, atau frasa sebagai perbaikan atau tambahan (karena adanya kesalahan atau kekurangan) di dalam naskah asli yang ditulis orang lain perlu diapit menggunakan tanda kurung siku.
Contoh:

• Ibu telah tiba di Bandara Kual[a]namu.
• Mereka [sudah] pergi kemarin sore membawa uang sebesar 2 miliar rupiah.

2. Keterangan dalam kalimat penjelas yang terdapat dalam tanda kurung perlu diapit menggunakan tanda kurung siku.
Contoh:

• Perbedaan kedua aturan itu (persamaannya disebutkan di dalam Bab II [lihat halaman 21-27]) perlu dijelaskan di sini.

 

N. Tanda Garis Miring (/)

1. Nomor surat, nomor pada alamat rumah atau kantor, dan penandaan masa satu tahun yang terbagi dalam dua tahun takwim (seperti tahun pelajaran) perlu menggunakan tanda garis miring.

Contoh:

• Nomor: 3/PG/I/2020
• Jalan Affandi II/15
• tahun ajaran 2020/2021

2. Pengganti kata dan, atau, serta setiap perlu menggunakan tanda garis miring.
Contoh:

• siswa/siswi = 'siswa dan siswi'
• belajar melalui buku/aplikasi = 'belajar melalui buku atau aplikasi’'
• kalung dan/atau gelang = 'kalung dan gelang atau kalung atau gelang’'
• harganya Rp1.000,00/lembar = 'harganya Rp1.000,00 setiap lembar'

3. Huruf, kata, atau kelompok kata sebagai koreksi atau pengurangan atas kesalahan atau kelebihan di dalam naskah asli yang ditulis orang lain perlu diapit menggunakan tanda garis miring.
Contoh:

• Ilmu Ling/g/uistik merupakan ilmu yang mempelajari bahasa.
• Salah satu judul pupuh sunda adalah Asmara/n/dana.
• Pemerintah memberikan /h/imbauan untuk menjaga jarak selama pandemi.

 

O. Tanda Penyingkat ('')

1. Untuk memperlihatkan penghilangan bagian kata atau bagian angka tahun dalam konteks tertentu perlu menggunakan tanda penyingkat.
Contoh:

• Aku 'kan menjauh darimu. ('kan = akan)
• Dia jadi datang, 'kan? ('kan = bukan)
• Hari 'lah berlalu. ('lah = telah)
• 10-1-'15 ('15 = 2015)

 

Diadaptasi dengan perubahan dari: Tim Pengembang Pedoman Bahasa Indonesia. 2016. Pedoman Umum Ejaan Bahasa Indonesia.  JakartaBadan Pengembangan dan Pembinaan Bahasa.

 

#materiUTBK2024 #KemampuanMemahamiBacaandanMenulis #EYDV

... Read less