# KemampuanMemahamiBacaandanMenulis

Pemahaman Bacaan
 

Judul Teks yang Tepat

Judul adalah kepala karangan (cerita, drama, dan sebagainya) atau tajuk. Judul yang baik sesuai dengan isi teks, menarik, singkat, dan spesifik dengan teks. Selain itu, judul yang baik tentu mencakup keseluruhan teks, tidak lebih dari 12 kata, dan sebaiknya menggunakan kata kerja aktif. 

Dalam membuat judul yang tepat, kita harus memahami konteks bacaan dan menyimpulkan topik yang disampaikan. Tips menentukan judul untuk teks satu paragraf adalah menentukan ide pokok paragraf tersebut dan membuat judul sesuai ide pokok. Sementara itu, tips menentukan judul untuk teks dengan beberapa paragraf adalah menentukan ide pokok dari setiap paragraf. Setelah itu, kita menentukan judul yang mewakili isi seluruh paragraf.  

Contohnya bisa dilihat dalam teks berikut.

Badan Penanggulangan Bencana Daerah (BPBD) Kabupaten Lumajang melaporkan sebanyak 550 warga mengungsi setelah Gunung api Semeru mengeluarkan awan panas guguran. (...).

Berdasarkan data sementara pada Selasa (1/12), pukul 09.00 WIB, pengungsian tersebar di dua titik. Mulai dari pos pantau sebanyak 300 jiwa. Lalu sisanya di Desa Supiturang. Tim Reaksi Cepat (TRC) BPBD Kabupaten Lumajang mencatat sejumlah kebutuhan mendesak, seperti makanan siap saji, dapur umum dan masker.

Teks di atas membahas dampak erupsi Gunung Semeru. Paragraf pertama memaparkan jumlah pengungsi akibat erupsi Gunung Semeru. Paragraf kedua menyebutkan titik pengungsian dan kebutuhan pengungsi yang diperlukan. Berdasarkan teks tersebut, judul yang tepat adalah “Gunung Semeru Erupsi, Ini Berbagai Dampaknya”.

Ilustrasi Pelengkap Paragraf

Ilustrasi pelengkap paragraf adalah hasil visualisasi dalam sebuah tulisan. Ilustrasi adalah gambar (foto, lukisan) untuk membantu memperjelas isi buku, karangan, dan sebagainya. Ilustrasi menjadi media pendukung yang melengkapi isi teks tersebut. Untuk menjawab soal ilustrasi, kita perlu menganalisis konteks bacaan dan menyimpulkan ilustrasi yang sesuai dengan pokok pembicaraan. 

Ilustrasi pelengkap paragraf memiliki beberapa tipe soal, seperti ilustrasi pelengkap bacaan, pelengkap paragraf, dan ilustrasi yang sesuai dengan teks. Tips menjawab soal ilustrasi pelengkap paragraf dengan memahami isi teks dengan teliti dan membaca teks secara keseluruhan, menentukan topik utama yang dibahas, menandai kata-kata yang penting, dan memilih ilustrasi yang sesuai dengan bacaan.

Contohnya bisa dilihat dalam teks berikut.

Badan Penanggulangan Bencana Daerah (BPBD) Kabupaten Lumajang melaporkan sebanyak 550 warga mengungsi setelah Gunung api Semeru mengeluarkan awan panas guguran. (...).

Berdasarkan data sementara pada Selasa (1/12), pukul 09.00 WIB, pengungsian tersebar di dua titik. Mulai dari pos pantau sebanyak 300 jiwa. Lalu sisanya di Desa Supiturang. Tim Reaksi Cepat (TRC) BPBD Kabupaten Lumajang mencatat sejumlah kebutuhan mendesak, seperti makanan siap saji, dapur umum dan masker.

Teks di atas membahas dampak erupsi Gunung Semeru. Berdasarkan teks di atas dapat dilihat ilustrasi yang tepat untuk menggambarkan peristiwa atau fenomena yang terjadi, yaitu foto warga yang mengungsi atau keadaan di sekitar wilayah Gunung Semeru yang terdampak erupsi.

Kalimat Pelengkap Paragraf

Kalimat pelengkap paragraf menunjukkan kalimat dapat ditambahkan dalam sebuah paragraf untuk membuat isi teks semakin utuh dan lengkap. Biasanya kita menentukan “(...)” untuk menunjukkan bagian rumpang atau belum lengkap.

Kalimat pelengkap paragraf memiliki dua tipe soal. Pertama, kalimat yang sudah diketahui di dalam soal sehingga kita mencari posisi kalimat. Contoh soalnya “posisi setelah kalimat x” atau “kalimat di antara kalimat x dan y”. Kedua, posisi kalimat yang sudah diketahui sehingga kita mencari isi kalimat yang sesuai. Contoh soalnya “kalimat pelengkap setelah kalimat x” atau “kalimat pelengkap sebelum kalimat y”.

Untuk menjawab soal kalimat pelengkap paragraf, kita perlu menganalisis setiap opsi jawaban dan memahami konteks bacaan. Kita harus memerhatikan kalimat pelengkap terlebih dahulu, memperhatikan kepaduan kalimat dalam soal dengan paragraf, memperhatikan posisi kalimat yang dimaksud, serta mengaitkannya dengan kalimat sebelum dan sesudahnya.

 

Berdasarkan kalimat sebelumnya, kita dapat mengetahui kata rujukan sehingga lebih mudah dalam menulis kalimat selanjutnya. Dalam kalimat  berikutnya, kita dapat mengetahui gagasan penulis mengungkapkan kalimat tersebut. Dengan demikian, kalimat yang ditulis dapat berkaitan dengan keseluruhan isi teks.

Contohnya bisa dilihat dalam teks berikut.

Badan Penanggulangan Bencana Daerah (BPBD) Kabupaten Lumajang melaporkan sebanyak 550 warga mengungsi setelah Gunung api Semeru mengeluarkan awan panas guguran. (...).

Berdasarkan data sementara pada Selasa (1/12), pukul 09.00 WIB, pengungsian tersebar di dua titik. Mulai dari pos pantau sebanyak 300 jiwa. Lalu sisanya di Desa Supiturang. Tim Reaksi Cepat (TRC) BPBD Kabupaten Lumajang mencatat sejumlah kebutuhan mendesak, seperti makanan siap saji, dapur umum dan masker.

Dikutip dari cnbcindonesia.com.

Kalimat pelengkap paragraf menunjukkan kalimat yang tepat dalam melengkapi informasi dalam teks. Berdasarkan teks di atas, bagian rumpang (...) pada paragraf pertama dapat ditulis dengan waktu terjadinya erupsi Gunung Semeru. Misalnya “Gunung yang berada di Kabupaten Lumajang, Provinsi Jawa Timur, mengeluarkan awan panas guguran pada Selasa (1/12), pukul 01.23 WIB”. 

 

 

Urutan Kalimat dalam Paragraf

Kalimat dalam paragraf diurutkan berdasarkan gagasan teks. Terdapat dua tipe soal dalam mengurutkan kalimat dalam paragraf, yaitu teks yang terdiri dari satu paragraf dan teks yang terdiri dari beberapa paragraf. Untuk mengurutkan kalimat, kita perlu menganalisis kepaduan yang terdapat pada kalimat pertama dan mengurutkannya.

Sebelum mengurutkan kalimat, kita perlu memerhatikan kepaduan kalimat agar menjadi paragraf yang utuh. Kita pun perlu memerhatikan keterkaitan antarkalimat dan posisi kalimat sehingga tidak menimbulkan kerancuan. Di samping itu, kita dapat menandai kata-kata penting dalam setiap kalimat. Salah satunya memerhatikan konjungsi antarkalimat yang menjadi tanda dalam kalimat selanjutnya, seperti konjungsi urutan lalu, kemudian, selanjutnya. Berdasarkan kalimat-kalimat tersebut, kita dapat mengetahui hubungan antarkalimat sehingga menjadi paragraf yang padu. 

Contohnya terdapat pada teks berikut.

1) Toyota Motor berencana hanya menjual kendaraan nol emisi karbon dioksida di Eropa Barat pada 2035. 2) Strategi ini diumumkan Toyota pada pekan lalu. 3) Peresmian ini terjadi setelah Uni Eropa pada Juli lalu mengajukan proposal 'Perjanjian Hijau Eropa'. 4) Ini menjadi bukti kesungguhan Toyota ingin tetap kompetitif saat regulasi soal lingkungan semakin ketat. 5) Di dalamnya termasuk larangan de facto atas penjualan kendaraan baru berbahan bakar bensin pada 2035. 6) Toyota, produsen otomotif terbesar di dunia, sekarang sudah mengubah haluan ke mobil listrik dan fuel cell. 7) Selama bertahun-tahun, Toyota terlalu konsentrasi pada teknologi hybrid, sementara pasar dunia meminta hal berbeda.

Dikutip dari cnnindonesia.com

Teks di atas membahas strategi Toyota dalam menjual kendaraan nol emisi karbon dioksida di Eropa Barat tahun 2035. Terdapat kalimat yang tidak berurutan sehingga menimbulkan arti yang rancu. Agar berurutan, kalimat yang tepat dengan nomor 1-4-2-3-5 menjadi seperti berikut.

1) Toyota Motor berencana hanya menjual kendaraan nol emisi karbon dioksida di Eropa Barat pada 2035. 4) Ini menjadi bukti kesungguhan Toyota ingin tetap kompetitif saat regulasi soal lingkungan semakin ketat. 2) Strategi ini diumumkan Toyota pada pekan lalu. 3) Peresmian ini terjadi setelah Uni Eropa pada Juli lalu mengajukan proposal 'Perjanjian Hijau Eropa'.  5) Di dalamnya termasuk larangan de facto atas penjualan kendaraan baru berbahan bakar bensin pada 2035. 6) Toyota, produsen otomotif terbesar di dunia, sekarang sudah mengubah haluan ke mobil listrik dan fuel cell. 7) Selama bertahun-tahun, Toyota terlalu konsentrasi pada teknologi hybrid, sementara pasar dunia meminta hal berbeda.

Pembagian Paragraf

Pembagian paragraf ditentukan berdasarkan gagasan yang sesuai. Untuk mengerjakan soal pembagian paragraf, kita perlu menganalisis setiap kalimat dan mengelompokkannya dalam gagasan yang sama. Kita perlu menentukan ide pokok yang terkandung dalam kalimat tersebut.

Setelah menentukan ide pokoknya, kita perlu mencermati setiap kalimat, baik yang menjadi awalan paragraf maupun kalimat yang menjadi akhiran paragraf. Konjungsi antarkalimat pun berpengaruh terhadap pembagian paragraf. Antarparagraf pun tentu memiliki hubungan, seperti sebab-akibat, contoh, penjelasan, perbandingan, atau pertentangan.

Contohnya terdapat pada teks berikut.

1) Toyota Motor berencana hanya menjual kendaraan nol emisi karbon dioksida di Eropa Barat pada 2035. 2) Strategi ini diumumkan Toyota pada pekan lalu. 3) Peresmian ini terjadi setelah Uni Eropa pada Juli lalu mengajukan proposal 'Perjanjian Hijau Eropa'. 4) Ini menjadi bukti kesungguhan Toyota ingin tetap kompetitif saat regulasi soal lingkungan semakin ketat. 5) Di dalamnya termasuk larangan de facto atas penjualan kendaraan baru berbahan bakar bensin pada 2035. 6) Toyota, produsen otomotif terbesar di dunia, sekarang sudah mengubah haluan ke mobil listrik dan fuel cell. 7) Selama bertahun-tahun, Toyota terlalu konsentrasi pada teknologi hybrid, sementara pasar dunia meminta hal berbeda.

Teks di atas membahas kendaraan nol emisi karbon dioksida di Eropa Barat yang diproduksi Toyota Motor pada tahun 2035. Teks tersebut dapat dibagi ke dalam dua paragraf. Paragraf pertama membahas strategi Toyota menjual kendaraan nol emisi karbon dioksida di Eropa Barat tahun 2035. Paragraf kedua ditandai dengan kalimat 6, yaitu memaparkan perusahaan Toyota sebagai produsen otomotif terbesar di dunia.

 

#materiUTBK2024 #KemampuanMemahamiBacaandanMenulis #PemahamanBacaan

... Read less

6 months ago by pak_dosen@pak_dosen


Kalimat Efektif
 

Kamu akan belajar pembahasan paling penting dalam persiapan UTBK atau ujian mandiri. Materi kalimat efektif adalah materi inti yang hampir selalu keluar di SBMPTN maupun ujian mandiri.

Apakah materi ini mudah?

Jika kamu sudah memahami materi pola kalimat, materi kalimat efektif pun bisa kamu kuasai dengan mudah.

Jadi, konsep dasar yang perlu kamu kuasai terlebih dahulu sebelum mempelajari kalimat efektif adalah pola atau unsur kalimat.

A. Ciri-Ciri Kalimat Efektif

Dalam buku pelajaran Bahasa Indonesia, kamu akan menemukan banyak sekali ciri-ciri kalimat efektif. Namun, supaya kamu lebih mudah mempelajarinya, terlebih dalam waktu yang singkat ini, hanya ada 4 ciri kalimat efektif yang benar-benar perlu kamu kuasai.

Ciri kalimat efektif yang dimaksud adalah sebagai berikut.

1. Kesepadanan

Kesepadanan berkaitan dengan unsur-unsur yang ada di dalam paragraf. Sepadan berarti kedudukan Subjek dan Predikat di dalam kalimat jelas.

Jika kalimat tidak ada Subjek atau tidak ada Predikat, kalimat tersebut tidak bisa disebut sebagai kalimat efektif.

Contoh kalimat tidak efektif karena tidak ada Subjek:

Menurut penelitian terbaru mengatakan bahwa jamur enoki berbahaya.

Bagi peserta ujian harus membawa kartu ujian.

Kalimat tersebut seharusnya diperbaiki menjadi:

• Penelitian terbaru mengatakan bahwa jamur enoki berbahaya.

• Peserta ujian harus membawa kartu ujian.

Kata tugas di awal kalimat pada contoh (menurut dan bagi) menyebabkan kalimat tersebut tidak memiliki Subjek.

2. Kehematan

Kalimat efektif harus hemat. Ketidakhematan dalam kalimat bisa disebabkan oleh:

• Pengulangan Subjek

• Menjamakkan kata yang sudah jamak

• Menggunakan kata-kata yang memiliki makna sama

• Pleonasme atau menjelaskan kata yang sudah jelas

• Sudah termasuk dalam kata umumnya (hipernim - hiponim)

Contoh:

Pengunjung akan diarahkan menuju hotel setelah mereka sampai di bandara. →  Pengulangan Subjek.

Para peserta-peserta ujian wajib mengisi formulir. → menjamakkan kata yang sudah jamak

• Dia sangat cantik sekali. →  kata sangat dan sekali sama-sama berfungsi sebagai penguatan.

• Silakan maju ke depan. →  Pleonasme

• Dia akan datang pada hari Kamis. →  Kamis adalah kata khusus dari hari.

Kalimat di atas seharusnya diperbaiki menjadi:

• Pengunjung akan diarahkan menuju hotel setelah sampai di Bandara.

• Para peserta ujian wajib mengisi formulir.

• Dia sangat cantik → Dia cantik sekali.

• Silakan maju.

• Dia akan datang pada Kamis.

3. Kelogisan

Kalimat efektif harus bernalar atau logis. Kalimat yang tidak logis tidak bisa disebut sebagai kalimat efektif. Kalimat yang memiliki makna ganda (ambigu) pun tidak bisa disebut sebagai kalimat efektif.

Contoh 1:

• Korban kecelakaan dilarikan ke rumah sakit.

Pada contoh di atas, diksi dilarikan tidak tepat untuk konteks kalimat tersebut. Kata dilarikan seharusnya diganti dengan kata dibawa.

Agar kalimatnya logis, kalimat di atas bisa diperbaiki menjadi sebagai berikut.

• Korban kecelakaan dibawa ke rumah sakit.

Contoh 2:

• UKT mahasiswa baru dinaikkan.

Pada contoh di atas, kalimat tersebut memiliki makna ganda (ambigu). Kalimat tersebut bisa bermakna (a) UKT mahasiswa baru yang dinaikkan atau (b) UKT seluruh mahasiswa dinaikkan.

Agar kalimatnya logis, kalimat di atas bisa diperbaiki menjadi sebagai berikut.

(a) UKT mahasiswa-baru dinaikkan.

(b) UKT-mahasiswa dinaikkan.

 4. Kesejajaran

Kesejajaran mengacu pada jenis kata/frasa yang dipakai dalam sebuah kalimat.

Contoh 1:

• Mencegah lebih baik daripada pengobatan.

Pada contoh di atas, kata mencegah berjenis verba, sedangkan kata pengobatan berjenis nomina. Karena mencegah dan pengobatan adalah dua hal yang sedang dibahas, jenis kata yang dipakai pun harus sama.

Kalimat di atas dapat diperbaiki menjadi:

• Mencegah lebih baik daripada mengobati.

Contoh 2:

• Wartawan bertugas mencari berita, menulis sesuai dengan fakta, serta pengecekan kebenaran berita.

Pada contoh di atas, ada beberapa pemerian yang ditandai dengan kata mencari, menulis, dan pengecekan. Kata mencari dan menulis berjenis verba, sementara kata pengecekan berjenis nomina. Agar sejajar, ketiga kata tersebut harus disamakan jenis katanya.

Kalimat di atas dapat diperbaiki menjadi:

• Wartawan bertugas mencari berita, menulis sesuai dengan fakta, serta mengecek kebenaran berita.

Itulah empat poin penting dalam materi kalimat efektif. Perbanyaklah latihan soal agar lebih paham lagi, ya! Semangaaatttt!


#materiUTBK2024 #KemampuanMemahamiBacaandanMenulis #Kalimat

... Read less

6 months ago by pak_dosen@pak_dosen


Jenis Kalimat Berdasarkan Bentuk
 

1. Kalimat Tunggal (Simpleks)

Kalimat simpleks merupakan kalimat yang terdiri atas satu klausa. Artinya, unsur tiap bagian kalimatnya seperti subjek dan predikat hanyalah satu dan merupakan satu kesatuan.

Contoh:

2. Kalimat Majemuk Setara

Kalimat majemuk (kompleks) adalah kalimat yang terdiri atas dua klausa atau lebih. Kalimat majemuk setara adalah kalimat majemuk yang mempunyai hubungan setara. Hubungan antarklausa dapat ditandai dengan adanya konjungsi dan, atau, atau tetapi.

Contoh: 

Selain tiga konjungsi di atas, konjungsi serta, sedangkan, padahal, dan melainkan juga dapat digunakan. Konjungsi serta maknanya mirip dengan konjungsi dan yang menyatakan penambahan hal yang setara.  Sementara itu, konjungsi sedangkan, padahal, dan melainkan maknanya mirip dengan konjungsi tetapi yang menyakatan pertentangan.

Contoh: 

 

3. Kalimat Majemuk Bertingkat

Kalimat majemuk kompleks merupakan kalimat majemuk yang terdiri atas dua klausa dan salah satu klausanya menjadi bagian dari klausa yang lain. Klausa yang menjadi bagian dari klausa lain disebut dengan klausa subordinatif dan biasanya berupa perluasan salah satu unsur kalimat.


Contoh: 

4. Kalimat Majemuk Campuran

Kalimat majemuk campuran merupakan kalimat majemuk yang terdiri atas tiga klausa atau lebih. Di antara klausa dalam kalimat majemuk ini merupakan klausa utama, sedangkan klausa yang lain merupakan klausa subordinatif yang berfungsi sebagai pemerluas salah satu atau kedua fungsi dalam klausa utama.

Contoh: 



#materiUTBK2024 #KemampuanMemahamiBacaandanMenulis #Kalimat

... Read less

6 months ago by pak_dosen@pak_dosen


Jenis Kalimat berdasarkan Fungsi Subjeknya
 

Pertanyaan seputar kalimat di UTBK maupun ujian mandiri bisa sangat beragam, dari mulai pola kalimat, jenis dan klasifikasi kalimat, kepaduan kalimat, perluasan kalimat hingga mengisi kalimat yang rumpang. Maka dari itu, untuk menjawab soal-soal tersebut, ada beberapa materi tentang kalimat yang harus dikuasai terlebih dahulu.

Di materi kali ini, materi yang akan dibahas adalah kalimat berdasarkan fungsi subjeknya. Secara garis besar, kalimat berdasarkan fungsi subjeknya terbagi menjadi dua, yaitu kalimat aktif dan kalimat pasif. 

1. Kalimat Aktif 

Kalimat aktif merupakan kalimat yang subjeknya melakukan perbuatan atau tindakan. Suatu kalimat dikatakan kalimat aktif jika subjek (S) merupakan pelaku perbuatan yang dinyatakan oleh  predikat (P) dan mengenai objek (O).

a. Ciri-ciri Kalimat Aktif

•  Subjek berperan sebagai pelaku.

•  Predikat berawalan me- atau ber- atau tak berimbuhan.

•  Memiliki pola minimal S-P-O

b. Jenis Kalimat Aktif

•  Kalimat Aktif Transitif

Kalimat aktif yang memerlukan objek di dalamnya. Kalimat ini ditandai oleh verba aktif pengisi predikat dan diikuti oleh objek dan dapat dipasifkan.

Contoh:

• Kalimat Aktif Intransitif

Kalimat Aktif Intransitif adalah kalimat aktif yang tidak memerlukan objek di dalamnya. Kalimat ini ditandai oleh verba aktif pengisi predikat tetapi tidak diikuti oleh objek dan tidak dapat dipasifkan.

Contoh:

 

2. Kalimat Pasif

Kalimat pasif merupakan kalimat yang subjeknya tidak berperan sebagai pelaku tetapi berperan sebagai yang dikenai tindakan oleh predikat. 

a. Ciri-ciri Kalimat Pasif

• Subjek berperan sebagai penderita.

• Predikat berawalan di-, ter- atau ke-an.

b. Jenis-jenis Kalimat Pasif

1. Kalimat Pasif Tipe I

Kalimat pasif tipe I adalah kalimat pasif yang berasal dari kalimat aktif dengan mengubah unsur objek menjadi subjek dan mengakibatkan perubahan bentuk verba me- menjadi di-.

Contoh:

2. Kalimat Pasif Tipe II

Kalimat pasif tipe II adalah kalimat pasif yang ditandai dengan penanggalan prefiks me- dari verba aktif kemudian digantikan dengan penggunaan nomina pelaku pada kalimat asal.

Contoh:

3. Kalimat Pasif Tipe III

Kalimat pasif tipe III adalah kalimat pasif yang ditandai oleh predikat pasif yang berprefiks ter-. Subjek dikenai tindakan yang dinyatakan oleh predikat dan bermakna “tidak sengaja”.

Contoh:

 

#materiUTBK2024 #KemampuanMemahamiBacaandanMenulis #Kalimat

... Read less

6 months ago by pak_dosen@pak_dosen


Jenis Kalimat Berdasarkan Isi
 

Kalimat dilihat dari segi isi atau nilai komunikatifnya dapat dibagi menjadi tiga bagian, yakni (1) kalimat berita, (2) kalimat tanya dan (3)kalimat perintah.

1. Kalimat Berita

Kalimat berita adalah kalimat yang berisi informasi atau memberitahukan sesuatu pada pembaca atau pendengar.

Contoh:

- Adikku telah bekerja di Bank Indonesia.

- Tadi pagi ada delman yang kudanya mengamuk.

- Kalimat berita juga dibedakan lagi menjadi dua, yaitu (a) kalimat langsung dan (b) kalimat tak langsung.

a. Kalimat langsung

Kalimat langsung adalah kalimat yang dituturkan langsung oleh sumbernya tanpa melalui perantara dan tanpa adanya perubahan. Kalimat langsung ditandai dengan tanda kutip (“ ”) sebagai penanda ucapan langsung.

Contoh:

- Jimin berkata, “Jika terlalu larut, Suga akan pulang besok pagi.”

- “Aku lapar sekali! Aku mau makan.” Ucap Momo.

b. Kalimat tak langsung

Kalimat tak langsung adalah kalimat yang menyampaikan ulang ucapan seseorang tanpa perlu mengutip secara keseluruhan.

Contoh:

- Ibu bilang akan pulang besok.

- Suneo akan pulang terlambat katanya.

2. Kalimat Tanya

Kalimat tanya adalah kalimat yang isinya menanyakan sesuatu. Kalimat tanya biasanya diakhiri oleh tanda tanya (?) dan menggunakan kata tanya.

Contoh:

- Dio membaca buku apa?

- Kenapa Fadil tidak datang?

- Siapa perempuan yang berkacamata itu?

- Mengapa Ayah tidak pulang?

- Bagaimana kecelakaan itu bisa terjadi?

- Kapan BTS konser di Indonesia?

3. Kalimat Perintah

Kalimat perintah adalah kalimat yang maknanya memberikan perintah, sehingga tanggapan yang diharapkan dari kalimat ini adalah berupa tindakan dari orang yang diperintahnya. Berdasarkan strukturnya kalimat perintah dibedakan menjadi tujuh bagian, yaitu (1) kalimat ajakan, (2) kalimat syarat, (3) kalimat permintaan, (4) kalimat izin,  (5) kalimat perintah biasa, (6) kalimat sindiran, dan (7) kalimat larangan.

(1) kalimat ajakan

Kalimat ajakan adalah kalimat yang bermaksud untuk mengajak melakukan sesuatu bersama.

Contoh:

- Mari kita berangkat sekarang!

- Ayo istirahat dulu sebentar!

(2) kalimat syarat

Kalimat syarat adalah kalimat yang mengandung ketentuan tertentu yang harus terpenuhi untuk melakukan perbuatan tertentu.

Contoh:

- kamu boleh main di sini asalkan jangan berisik!

- Jika ingin laptop baru kamu harus menabung!

(3) kalimat permintaan

Kalimat permintaan adalah kalimat perintah yang diungkapkan dengan halus dan biasa disebut juga dengan kalimat permohonan.

Contoh:

-  Tolong  temani Hanbin belajar ya!

- Mohon tunggu sebentar ya!

(4) kalimat izin

Kalimat izin adalah kalimat perintah yang biasanya ditambahkan suatu pernyataan yang mengungkapkan pemberian izin.

Contoh:

- Ambil kue ini sesukamu!

- Kamu boleh pergi sekarang!

(5) kalimat perintah biasa

Kalimat perintah biasa adalah kalimat perintah yang isinya memerintahkan secara langsung kepada pembicara untuk melakukan sesuatu.

Contoh:

- Pergi dari tempat ini sekarang!

- Datanglah sore ini ke rumahku!

(6) kalimat sindiran

Kalimat sindiran adalah kalimat yang digunakan agar lawan bicara mengerti maksud kita tanpa mengungkapkannya dengan jelas.

Contoh:

- Ayo lawan dia kalau kamu berani! (maksud kalimat ini adalah menantang keberanian lawan bicaranya)

- Andaikan ada segelas air, pasti aku tidak haus lagi. (maksud kalimat ini adalah menyindir lawan bicara agar mengambilkan segelas air)

(7) kalimat larangan

Kalimat larangan adalah kalimat perintah yang berisi larangan, biasanya dengan menambahkan kata ingkar, yaitu jangan.

Contoh:

- Jangan datang hari ini!

- Janganlah dibawa pulang payungnya!


#materiUTBK2024 #KemampuanMemahamiBacaandanMenulis #Kalimat

... Read less

6 months ago by pak_dosen@pak_dosen


Kalimat Inti dan Kalimat Transformasi
 

A. Kalimat Inti

Kalimat inti merupakan kalimat mayor yang hanya terdiri dari beberapa kata yang sekaligus menjadi inti kalimat.

Kalimat inti umumnya terdiri dari dua kata yang masing-masing menempati fungsi S dan P. Namun, kalimat inti juga bisa terdiri dari tiga kata atau lebih yang merupakan unsur inti dari pola: S-P, S-P-O, atau S-P-Pel.

Adapun ciri-ciri kalimat inti adalah sebagai berikut.

• Hanya terdiri dari beberapa kata.

• Kedua kata tersebut sekaligus menjadi inti kalimat.

• Tidak bisa berpola inversi.

• Diakhiri intonasi netral.

Contoh:

• Adik belajar.

• Ibu pergi.

• Ayah memanggil Heni.

B. Kalimat Luas atau Kalimat Transformasi

Kalimat luas adalah kalimat inti yang sudah ditambah dengan kata-kata baru sehingga di dalamnya tidak hanya terdiri atas unsur inti. Kalimat luas sering juga disebut sebagai kalimat transformasi.

Adapun cara mengubah kalimat inti menjadi kalimat transformasi adalah sebagai berikut.

• Menambah kata tanpa menambah unsur kalimat

• Menambah unsur kalimat

• Mengubah susunan kata

• Mengubah menjadi kalimat tanya

Contoh 1:

Adik   

belajar.    

S

P

Contoh di atas merupakan kalimat inti yang unsurnya hanya terdiri dari S – P. Kata-kata yang menempati unsur S-P pun merupakan inti.

Contoh 2: 

Adi  

sedang belajar  

dengan kelompok belajarnya.

S

P

K

Contoh di atas merupakan kalimat luas atau kalimat transformasi yang unsur-unsurnya terdiri dari S-P-K. Selain ada penambahan unsur, unsur P pun diisi oleh frasa, bukan inti unsurnya.

Perhatikan contoh perubahan kalimat inti menjadi kalimat transformasi berikut!

Kalimat inti: 

Adik  

menangis. 

S

P

Kalimat transformasi 1:

Adik   

sedang belajar.

S

P

Pada contoh di atas,, polanya tetap S-P. Namun, unsur P diisi oleh frasa (dua kata) sehingga kalimat tersebut bisa dikategorikan sebagai kalimat luas atau kalimat transformasi.

Kalimat transformasi 2: 

Adik   

menangis   

karena terjatuh dari tangga.

S

P

K

Pada contoh di atas, unsurnya bukan lagi S-P, tetapi S-P-K. Adanya penambahan unsur perluasan menyebabkan kalimat tersebut menjadi kalimat luas atau kalimat transformasi.

Kalimat transformasi 3: 

Menangis   

adik   

karena terjatuh.

P

S

K

Pada contoh di atas, kalimatnya berupa inversi sehingga bisa disebut sebagai kalimat transformasi.

Kalimat transformasi 4:

Adik   

menangis?

S

P

Pada contoh di atas, kalimatnya berupa kalimat tanya. Jadi, meskipun hanya berupa dua kata, kalimat tersebut tetap tidak bisa dikategorikan sebagai kalimat inti.

Perhatikan contoh soal berikut!

Rumah dijual.

Manakah di antara kalimat berikut yang merupakan perluasan dari kalimat inti di atas?

A. Rumah yang ada di ujung jalan tersebut dijual dengan harga lebih dari satu miliar rupiah.

B. Rumah yang dijual itu merupakan rumah milik Pak Anton.

C. Di ujung jalan, ada rumah mewah yang dijual dengan harga cukup murah.

D. Rumah yang dijual dengan harga murah itu berhantu.

E. Anton membeli rumah mewah yang terletak di Jalan Perintis Kemerdekaan.

Pembahasan:

• Pilihan jawaban A benar. Jika kalimat tersebut diteliti unsur intinya, yang menempati fungsi S-P adalah rumah dijual.

Pilihan jawaban B salah. Jika kalimat tersebut diteliti unsur intinya, yang menempati fungsi S-P adalah rumah merupakan rumah milik Pak Anton. Kata yang dijual merupakan perluasan unsur S.

Pilihan jawaban C salah. Jika kalimat tersebut diteliti unsur intinya, yang menempati fungsi S-P adalah ada rumah.

Pilihan jawaban D salah. Jika kalimat tersebut diteliti unsur intinya, yang menempati fungsi S-P adalah rumah berhantu.

Pilihan jawaban E salah. Jika kalimat tersebut diteliti unsur intinya, yang menempati fungsi S-P adalah Anton membeli rumah.

• Jadi, jawabannya adalah A


#materiUTBK2024 #KemampuanMemahamiBacaandanMenulis #Kalimat

... Read less

6 months ago by pak_dosen@pak_dosen


Pola Kalimat
 

A. Pola Kalimat

Pola kalimat adalah konsep dasar yang perlu dipelajari sebelum memahami materi kalimat yang lebih kompleks. Dalam ujian masuk PTN, pertanyaan tentang pola kalimat memang jarang. Namun, tanpa memahami pola kalimat, kamu akan susah mengerjakan soal-soal tentang kalimat, seperti kalimat inti atau kalimat efektif.

Padahal, dalam Simak UI atau Utul UGM, ada banyak sekali soal yang berkaitan dengan kalimat. Meski tidak secara eksplisit menanyakan pola kalimat, materi ini adalah materi dasar. Jadi, kamu wajib memahaminya.

Apa itu pola kalimat?

Untuk menentukan pola kalimat, kamu harus paham unsur-unsur kalimat.

Dalam bahasa Indonesia, unsur-unsur kalimat terbagi menjadi sebagai berikut.

1. Subjek (S)

Subjek merupakan unsur inti dalam sebuah kalimat. Biasanya, subjek berwujud kata benda. Kamu pun pasti sering memaknai subjek sebagai pelaku. Namun, pada dasarnya, subjek tidak harus selalu kata benda atau pelaku.

Untuk memudahkanmu menentukan Subjek, berikut adalah beberapa ciri-ciri dari Subjek.

• Inti yang sedang dibahas dalam kalimat

• Menjawab pertanyaan apa atau siapa

• Diikuti dengan kata itu.

Contoh 1:

Ibu   

menjual   

bunga.

S

P

O

Pada contoh di atas, kata Ibu berposisi sebagai Subjek. Kata tersebut merupakan kata benda dan berfungsi sebagai pelaku.

Contoh 2:

Membaca   

adalah   

hobi yang sangat bermanfaat.

S

P

Pel

Namun, pada contoh 2, yang menempati Subjek adalah kata Membaca. Kata tersebut adalah kata kerja dan fungsinya bukan sebagai pelaku.

2. Predikat (P)

Predikat juga merupakan unsur inti dalam sebuah kalimat. Kalimat yang efektif wajib memiliki Subjek dan Predikat. Jika Subjek adalah inti yang sedang dibahas, Predikat adalah penjelas inti tersebut.

Pada umumnya, Predikat berwujud kata kerja atau verba. Namun, pada dasarnya, Subjek dan Predikat bisa berwujud kata benda, kata kerja, atau kata sifat.

Untuk memudahkanmu dalam menentukan predikat, berikut beberapa ciri-cirinya.

• Unsur inti penjelas Subjek

• Menjawab pertanyaan mengapa dan bagaimana

• Bisa ditempati oleh kata kerja kopula, yakni adalah, merupakan, ialah.

Contoh 1:

Ibu   

menjual   

bunga.

S

P

O

Pada contoh 1, yang menempati posisi predikat adalah kata kerja, yakni kata menjual.

Contoh 2:

Dia   

mahasiswa.

S

P

Pada contoh 2, yang menempati posisi predikat adalah kata benda, yakni kata mahasiswa.

Contoh 3:

Soal itu   

susah.  

S

P

Pada contoh 3, yang menempati posisi predikat adalah kata sifat, yakni kata susah.

Berdasarkan contoh di atas, semua Subjek berwujud kata benda. Namun, kata yang menempati posisi Predikat tidak selalu kata kerja. Dari contoh-contoh di atas, kamu bisa mengingat Predikat bukan hanya sebagai kata kerja, melainkan sebagai penjelas Subjeknya.

3. Objek (O)

Objek bukanlah unsur wajib dalam sebuah kalimat. Objek hanya ada pada kalimat transitif. Biasanya, objek merupakan yang dikenai pekerjaan.

Untuk memudahkanmu menentukan Objek kalimat, berikut beberapa ciri-cirinya.

• Berupa kata benda.

• Berada setelah Predikat.

• Bisa menjadi subjek ketika dipasifkan.

• Bisa diganti dengan -nya.

• Berfungsi sebagai yang dikenai pekerjaan.

Contoh 1:

Ibu   

menjual   

bunga.  

S

P

O

Contoh 2:

Ibu   

membelikan   

adik   

sepatu baru.

S

P

O

Pel

 

4. Pelengkap (Pel)

Sama seperti Objek, pelengkap bukan merupakan unsur inti dalam kalimat. Jika dibandingkan dengan Objek, kamu mungkin jarang mendengar unsur pelengkap. Padahal, di dalam kalimat, Pelengkap lebih banyak muncul daripada Objek.

Perhatikan contoh berikut.

Contoh 1: 

Ibu   

menjual   

bunga.   

S

P

O

Contoh 2:

Ibu   

berjualan   

bunga.   

S

P

Pel

Contoh 3:

Ibu   

membelikan   

adik   

sepatu baru.

S

P

O

Pel

Contoh 4:

Bunga   

dijual   

ibu.   

S

P

Pel

Penjelasan:

Pada contoh 1 dan 2, perbedaannya hanya ada pada kata-kata yang menempati fungsi predikat. Contoh 1 predikatnya menjual yang merupakan verba transitif, sedangkan contoh 2 predikatnya berjualan yang merupakan verba intransitif.

• Pada contoh 1, bunga menempati posisi Objek karena bisa dipasifkan.

• Pada contoh 2, bunga menempati posisi Pelengkap karena tidak bisa dipasifkan.

• Pada contoh 3, adik menempati posisi Objek, sedangkan sepatu baru menempati posisi Pelengkap. 

• Pada contoh 4, kata ibu tidak lagi menjadi Objek. Bentuk kalimat pasif tidak memiliki Objek. Setelah predikat pasif, unsur kalimat menjadi Pelengkap atau Keterangan.

Berdasarkan contoh dan penjelasan tersebut, ciri-ciri pelengkap adalah sebagai berikut.

• Berfungsi melengkapi kalimat

• Berada setelah P atau setelah O

• Tidak bisa dipasifkan

5. Keterangan (K)

Keterangan merupakan unsur kalimat yang berfungsi sebagai penjelasan lebih lanjut seputar sesuatu yang ada dalam kalimat. Keterangan memberikan informasi mengenai waktu, tempat, cara, alat, sebab, dan tujuan.

Keterangan juga bisa berupa kata, frasa, atau klausa.

Jika berwujud klausa (S-P), keterangan akan menjadi anak kalimat.

Untuk memudahkan kamu dalam menentukan keterangan dalam kalimat, ciri-cirinya adalah sebagai berikut.

• Bisa berpindah posisi.

• Diawali preposisi.

• Diawali konjungsi subordinatif.

Contoh 1:

Anton  

tidak masuk  

karena sakit.

S

P

K

Contoh 2:

Petani  

membajak  

sawah  

dengan traktor.

S

P

O

K

Untuk memudahkanmu mengenali unsur-unsur dalam kalimat, lihat ringkasan S-P-O-Pel-K pada gambar berikut.

B. Jenis Kalimat berdasarkan Pola Kalimat 

Selanjutnya, kamu bisa menemukan dua jenis kalimat berdasarkan polanya, yakni kalimat normal dan kalimat inversi.

1. Kalimat Normal

Kalimat normal adalah kalimat yang umum kita jumpai, yakni diawali dengan Subjek. Pola kalimat normal adalah sebagai berikut.

• S-P

• S-P-O

• S-P-Pel

• S-P-O-Pel

2. Kalimat Inversi

Kalimat inversi adalah kalimat yang terbalik. Maksudnya terbalik adalah Predikat hadir terlebih dahulu sebelum paragraf. Pola kalimat inversi adalah P-S.

Contoh:

Terjadi   

kebakaran.

P

S

Itulah konsep dasar tentang kalimat yang wajib kamu pahami. Setelah memahami unsur dan pola kalimat, kamu akan lebih mudah mengerjakan materi lebih lanjut, yakni kalimat inti dan kalimat efektif.


 

#materiUTBK2024 #KemampuanMemahamiBacaandanMenulis #Kalimat

... Read less

6 months ago by pak_dosen@pak_dosen


Kalimat

 

Dalam UTBK, perbaikan kalimat biasanya muncul pada soal-soal seperti kalimat yang berpola sama, menentukan posisi kalimat, lanjutan kalimat agar menjadi kalimat yang logis, kalimat aktif dan pasif, pengelompokkan kalimat agar menjadi padu, perluasan kalimat, kalimat yang tidak diperlukan, dan lain-lain. Oleh karena itu, agar dapat menjawab soal-soal yang berkaitan dengan hal tersebut, kita harus memahami klasifikasi kalimat beserta dengan contohnya terlebih dahulu. 

Kalimat merupakan satuan ilmu tata kalimat yang disusun dari bagian yang penting berupa klausa, dilengkapi konjungsi, dan disertai dengan intonasi. Kalimat ini merupakan unsur terbesar yang ada dalam tata gramatikal.

 

A. Klasifikasi Kalimat

1. Kalimat Elips

Kalimat yang tidak sempurna karena terdapat unsur-unsur yang hilang.

Contoh : 

• Pergi ke sana! 

• Diam!

2. Kalimat Sempurna

Kalimat yang mengandung pengertian yang lengkap dan memiliki unsur subjek dan predikat.

Contoh : 

• Dia sedang berjemur di depan rumah

• Mereka sedang memberi makan kucing

3. Kalimat Minor 

Kalimat yang hanya memiliki satu unsur inti.

Contoh: 

• Yang bagus! 

• Sudah siap!

4. Kalimat Mayor 

Kalimat mengandung sekurang-kurangnya dua unsur inti dan sering disebut sebagai kalimat lengkap.

Contoh: 

• Aku menyimpan buku itu

• Adik bermain ke halaman

 

B. Jenis-jenis Kalimat

1. Kalimat Berita

Kalimat yang berisi informasi tentang sesuatu hal. Kalimat berita terbagi menjadi dua, yaitu:

• Ucapan langsung

Contoh: 

- Dia mengatakan, “Saya suka cara mengajarnya.”

• Ucapan tak langsung

Contoh: 

- Ibu membeli sayur-sayuran.

2. Kalimat Tanya

Kalimat yang mengandung suatu pertanyaan mengenai sesuatu hal.

Contoh:

• benda / hal (apa, untuk apa, dari apa)

• manusia (siapa, dari siapa)

• jumlah (berapa) 

• pilihan (mana)

• waktu (kapan)

• keadaan / situasi (bagaimana, betapa)

• sebab (mengapa, apa sebab)

• tempat (di mana, ke mana, dari mana)

3. Kalimat Perintah

Kalimat yang mengandung ajakan atau perintah kepada orang lain untuk melakukan sesuatu hal.

Contoh :

• Ajakan: Mari kita berjuang lebih keras lagi!

• Syarat: Tanyakan kepadanya, tentu dia akan memberitahu kamu!

• Permintaan: Coba ambilkan minum untukku!

• Izin: Ikutlah denganku jika Anda mau!

• Perintah biasa: Pergilah dari tempat ini!

• Cemoohan / Sindiran: Buatlah itu sendiri, kalau kamu bisa!

• Larangan: Jangan bergerak!

 

#materiUTBK2024 #KemampuanMemahamiBacaandanMenulis #Kalimat

... Read less

6 months ago by pak_dosen@pak_dosen


Klausa

 

Di dalam tata gramatika, terdapat unsur lain yang lebih besar dari frasa yaitu klausa. Klausa merupakan gabungan kata atau frasa yang berfungsi sebagai predikat, dan kata yang lain atau frasa yang lain berfungsi sebagai subjek, objek, atau keterangan. Dalam sebuah klausa, sekurang-kurangnya harus mengandung satu subjek, satu predikat, dan satu objek. Namun, dalam hal tertentu, klausa dapat terdiri atas satu predikat dan satu keterangan. Berikut merupakan jenis-jenis klausa dan contohnya.

A. Klausa Berdasarkan Struktur

1. Klausa Bebas

Klausa yang memiliki unsur-unsur yang lengkap, yakni terdiri atas subjek dan predikat

Contoh:

• Nenekku masih cantik

• Kakekku memasak udang

2. Klausa Terikat

Klausa yang hanya memiliki subjek saja, atau objek saja, maupun keterangan saja. Klausa terikat tidak dapat berdiri sendiri. Klausa terikat dapat dikenali dengan adanya konjungsi subordinatif yaitu konjungsi yang menghubungkan induk kalimat dan anak kalimat. Contoh konjungsi subordinatif: sejak, ketika, jika, agar, supaya, karena, seperti, bahwa, dan lain-lain. 

Contoh:

• Dia pingsan ketika kamu sedang belajar

Contoh di atas merupakan klausa terikat yang terdapat dalam sebuah kalimat.


 

B. Klausa Berdasarkan Unsur Segmental yang Menjadi Predikatnya

 

#materiUTBK2024 #KemampuanMemahamiBacaandanMenulis #Frasa

... Read less

6 months ago by pak_dosen@pak_dosen


Frasa

 

Frasa merupakan gabungan dua kata atau lebih yang bersifat nonpredikatif (tidak terdapat unsur predikat maupun subjek) di dalamnya. Di dalam UTBK, frasa ini kerap ditemukan pada soal mengenai frasa yang memiliki jenis sama atau makna sama dan kesejajaran frasa. 

A. Jenis-jenis Frasa

Di dalam UTBK, biasanya terdapat soal mengenai kesejajaran frasa dan frasa berjenis sama atau bermakna sama. Untuk dapat menjawab soal-soal tersebut, kita harus memahami jenis-jenis frasa seperti di bawah ini:

B. Frasa Menurut Tipe Struktur Intinya

1. Frasa Endosentris

Frasa endosentris merupakan frasa yang memiliki unsur inti. Frasa Endosentris atributif, frasa yang memiliki dua unsur inti yaitu Diterangkan (D) dan Menerangkan/Pendamping (M).

Contoh:

gadis cantik 

 

  terdiri atas gadis (D): inti, cantik (M): atribut.

akan pergi 

 

  terdiri atas akan (M): atribut, pergi (D): inti.

 

2. Frasa Endosentris koordinatif

Frasa yang seluruh unsurnya merupakan inti dan memiliki kedudukan yang sama atau setara tiap unsurnya.

Contoh:

makan minum

 

  terdiri atas unsur inti makan dan minum.

ibu bapak

 

  terdiri atas unsur inti ibu dan bapak.

 

3. Frasa Eksosentris

Frasa yang tidak memiliki inti atau kebalikan dari frasa endosentris.

Contoh:

Adik pergi ke Jakarta

Tidak dapat disederhanakan menjadi:

• Adik pergi ke

• Adik pergi Jakarta

 

#materiUTBK2024 #KemampuanMemahamiBacaandanMenulis #Frasa

... Read less

6 months ago by pak_dosen@pak_dosen


Konjungsi

Konjungsi disebut juga dengan kata hubung atau kata sambung. Kata hubung termasuk kata tugas yang berfungsi menghubungkan kata dengan kata, frasa dengan frasa, klausa dengan klausa, kalimat dengan kalimat, dan paragraf dengan paragraf. Konjungsi antarklausa diletakkan di dalam satu kalimat yaitu di antara induk kalimat dan anak kalimat. Konjungsi antarkalimat diletakkan di awal kalimat untuk menghubungkan kalimat dengan kalimat. Kemudian, konjungsi antarparagraf diletakkan di awal paragraf untuk menghubungkan paragraf dengan paragraf.

 

A. Konjungsi Antarklausa (Intrakalimat)

Konjungsi antarklausa atau konjungsi intrakalimat adalah konjungsi yang menghubungkan kata dengan kata, frasa dengan frasa, klausa dengan klausa yang ada di dalam satu kalimat yang sama. Konjungsi intrakalimat dibagi menjadi dua, pertama konjungsi intrakalimat koordinatif (setara), dan kedua konjungsi intrakalimat subordinatif (bertingkat).

1. Konjungsi Intrakalimat koordinatif (setara)

Konjungsi intrakalimat koordinatif adalah konjungsi yang digunakan untuk menghubungkan kata dengan kata, frasa dengan frasa, atau klausa dengan klausa dalam satu kalimat setara. Artinya, baik kata, frasa maupun klausa yang dihubungkan dapat berdiri sendiri dan tidak saling menerangkan.


 

2. Konjungsi Intrakalimat subordinatif (bertingkat)

Konjungsi intrakalimat subordinatif adalah konjungsi yang digunakan untuk menghubungkan klausa dengan klausa dalam satu kalimat bertingkat. Kalimat bertingkat terdiri atas induk kalimat dan anak kalimat. Artinya klausa yang dihubungkan oleh konjungsi intrakalimat subordinatif berupa induk kalimat dan anak kalimat.

 

B. Konjungsi Antarkalimat 

Konjungsi antarkalimat adalah konjungsi atau kata hubung yang menghubungkan kalimat dengan kalimat.

 

C. Konjungsi Antarparagraf

Konjungsi antarparagraf adalah konjungsi atau kata hubung yang menghubungkan paragraf dengan paragraf agar saling berkesinambungan.

 

D. Konjungsi Korelatif

Konjungsi korelatif adalah konjungsi atau kata hubung yang menghubungkan dua unsur kalimat atau lebih dengan kedudukan setara. Konjungsi korelatif juga berupa pasangan kata yang tidak bisa dipisahkan.


 

#materiUTBK2024 #KemampuanMemahamiBacaandanMenulis #Kata

... Read less

6 months ago by pak_dosen@pak_dosen


Imbuhan (Konfiks)
 

Afiksasi merupakan salah satu proses pembentukan kata berimbuhan baik kategori verba (kata kerja), nomina (kata benda), maupun adjektiva (kata sifat). Dalam bahasa Indonesia terdapat jenis-jenis imbuhan (afiks) salah satunya adalah konfiks. Konfiks merupakan imbuhan (afiks) yang terdiri atas prefiks (awalan) dan sufiks (akhiran) yang diletakkan di antara kata dasar. 

Adapun contoh dari konfiks adalah sebagai berikut.

• ber-an, 

• per-kan, 

• per-i, 

• ke-an, 

• pe-an.

Proses afiksasi ini berkaitan dengan makna gramatikal atau makna yang didasarkan atas hubungan antara kata dengan kata lain dalam suatu frasa maupun klausa. Berikut penjelasan lebih dalam mengenai konfiks pada pembentukan verba, nomina, dan adjektiva.

A. Konfiks Pembentuk Verba (Kata Kerja)

Konfiks pembentuk verba merupakan awalan dan akhiran yang diletakkan antara kata dasar dan membentuk verba (kata kerja). Berikut beberapa contoh dari konfiks pembentuk verba.

1. Verba berkonfiks ber-an memiliki makna gramatikal ‘saling’.

Contoh:

berpandangan artinya ‘saling pandang’.

bersentuhan artinya ‘saling sentuh’.

2. Verba berkonfiks per-kan memiliki makna gramatikal ‘jadikan bahan per-an’.

Contoh:

pertanyakan artinya ‘jadikan bahan pertanyaan’.

perdebatkan artinya ‘jadikan bahan perdebatan’.

3. Verba berkonfiks per-kan memiliki makna gramatikal ‘lakukan supaya’.

Contoh:

pertegaskan artinya ‘lakukan supaya tegas’.

persamakan artinya ‘lakukan supaya sama’.

4. Verba berkonfiks per-i memiliki makna gramatikal ‘lakukan (kata dasar) pada objeknya’.

Contoh:

persetujui artinya ‘lakukan setuju pada objeknya’.

perlindungi artinya ‘lakukan lindung pada objeknya’.

5. Verba berkonfiks ke-an memiliki makna gramatikal ‘mengalami’, ‘terkena’ atau ‘menderita’.

Contoh:

kebanjiran artinya ‘terkena banjir’.

kelaparan artinya ‘mengalami lapar’.

B. Konfiks Pembentuk Nomina (Kata Benda)

Konfiks pembentuk nomina merupakan awalan dan akhiran yang diletakkan antara kata dasar dan membentuk nomina (kata benda). Berikut beberapa contoh dari konfiks pembentuk nomina.

1. Nomina berkonfiks pe-an memiliki makna gramatikal ‘hal atau proses me-kan (kata dasar)’. 

Contoh:

pemutihan artinya ‘hal memutihkan’.

pemakaian artinya ‘hal memakaikan’.

C. Konfiks Pembentuk Adjektiva (Kata Sifat)

Konfiks pembentuk adjektiva merupakan awalan dan akhiran yang diletakkan antara kata dasar dan membentuk adjektiva (kata sifat). Berikut beberapa contoh dari konfiks pembentuk adjektiva.

1. Adjektiva berkonfiks ke-an memiliki makna gramatikal ‘agak’.

Contoh:

kecoklatan artinya ‘agak coklat’.

kehitaman artinya ‘agak hitam’.

kebiruan artinya ‘agak biru’.

2. Adjektiva berkonfiks ke-an memiliki makna gramatikal ‘hal’.

Contoh:

keberanian artinya ‘hal berani’.

kekhawatiran artinya ‘hal khawatir’.

ketakutan artinya ‘hal takut’.

3. Adjektiva berkonfiks ke-an memiliki makna gramatikal ‘mengalami’.

Contoh:

kesepian artinya ‘mengalami sepi’.

kepanasan artinya ‘mengalami panas’.

kedinginan artinya ‘mengalami dingin’.

Demikian beberapa contoh dari konfiks baik kategori verba, nomina, maupun adjektiva. Namun, di dalam UTBK, makna dari konfiks tersebut disesuaikan dengan konteks kalimatnya.

 

#materiUTBK2024 #KemampuanMemahamiBacaandanMenulis #Kata

... Read less

6 months ago by pak_dosen@pak_dosen


Imbuhan (Prefiks)
 

Afiksasi merupakan salah satu proses pembentukan kata berimbuhan baik kategori verba (kata kerja), nomina (kata benda), maupun adjektiva (kata sifat). Dalam bahasa Indonesia terdapat jenis-jenis imbuhan (afiks) salah satunya adalah prefiks. Prefiks merupakan imbuhan (afiks) yang terletak di depan kata dasar atau biasanya disebut sebagai awalan. 

Adapun contoh dari prefiks adalah sebagai berikut. 

• me-, 

• di-, 

• ke-, 

• ber-, 

• ter-, 

• pe-, 

• per-, 

• se-

Proses afiksasi ini berkaitan dengan makna gramatikal atau makna yang didasarkan atas hubungan antara kata dengan kata lain dalam suatu frasa maupun klausa. Berikut penjelasan lebih dalam mengenai prefiks pada pembentukan verba, nomina, dan adjektiva.

A. Prefiks Pembentuk Verba (Kata Kerja)

Prefiks pembentuk verba merupakan awalan yang dapat membentuk kata dasar menjadi verba (kata kerja). Berikut beberapa contoh dari prefiks pembentuk verba.

1. Verba berprefiks ber- memiliki makna gramatikal 'mempunyai' atau 'ada'.

Contoh:

• bersaudara artinya ‘mempunyai saudara’.

bercita-cita artinya ‘mempunyai cita-cita’.

berpintu artinya ‘ada pintunya’.

2. Verba berprefiks ber- memiliki makna gramatikal 'menggunakan' atau 'memakai'.

Contoh:

berdasi artinya ‘menggunakan dasi’.

berpakaian artinya ‘menggunakan pakaian’.

bermobil artinya ‘menggunakan mobil’.

3. Verba berprefiks ber- memiliki makna gramatikal 'berada dalam keadaan' atau 'mengalami'.

Contoh:

bersedih artinya ‘dalam keadaan sedih’.

bergembira artinya ‘dalam keadaan gembira’

bersukacita artinya ‘dalam keadaan sukacita’.

4. Verba berprefiks ber- memiliki makna gramatikal ‘memberi’.

Contoh:

berpetuah artinya ‘memberi petuah (nasihat)’.

berceramah artinya ‘memberi ceramah’.

5. Verba berprefiks per- memiliki makna gramatikal ‘jadikan lebih’.

Contoh:

percepat artinya ‘jadikan lebih cepat’.

perindah artinya ‘jadikan lebih indah’.

perjelas artinya ‘jadikan lebih jelas’.

6. Verba berprefiks per- memiliki makna gramatikal ‘jadikan’.

Contoh:

• peristri artinya ‘jadikan istri’.

perteman artinya ‘jadikan teman’.

peranak artinya ‘jadikan anak’.

7. Verba berprefiks per- memiliki makna gramatikal ‘bagi’.

Contoh:

perdua artinya ‘bagi dua’.

perseribu artinya ‘bagi seribu’.

perseratus artinya ‘bagi seratus’.

8. Verba berprefiks ter- memiliki makna gramatikal ‘terjadi dengan tiba-tiba’.

Contoh:

teringat artinya ‘tiba-tiba ingat’.

terjatuh artinya ‘tiba-tiba jatuh’.

B. Prefiks Pembentuk Nomina (Kata Benda)

Prefiks pembentuk nomina merupakan awalan yang dapat membentuk kata dasar menjadi nomina (kata kerja). Berikut beberapa contoh dari prefiks pembentuk nomina.

1. Nomina berprefiks ter- memiliki makna gramatikal ‘yang di- (kata dasar)’. Biasanya prefiks ter- pada nomina hanya terdapat pada istilah yang berkaitan dengan bidang hukum.

Contoh:

terdakwa artinya ‘yang didakwa’.

tersangka artinya ‘yang disangka’.

terpidana artinya ‘yang dipidana’.

C. Prefiks Pembentuk Adjektiva (Kata Sifat)

Prefiks pembentuk adjektiva merupakan awalan yang dapat membentuk kata dasar menjadi adjektiva (kata sifat). Berikut beberapa contoh dari prefiks pembentuk adjektiva.

1. Adjektiva berprefiks pe- memiliki makna gramatikal ‘yang memiliki sifat’.

Contoh:

pemalu artinya ‘yang memiliki sifat malu’.

pemarah artinya ‘yang memiliki sifat marah’.

• pemalas artinya ‘yang memiliki sifat malas’.

2. Adjektiva berprefiks se- memiliki makna gramatikal ‘sama (kata dasar) dengan nomina yang mengikutinya'.

Contoh:

setinggi tiang artinya ‘sama tinggi dengan tiang’.

semahal rumah ‘sama mahal dengan rumah’.

3. Adjektiva berprefiks ter- memiliki makna gramatikal ‘paling’.

Contoh:

tertampan artinya ‘paling tampan’.

terbaik artinya ‘paling baik’.

tercantik artinya ‘paling cantik’.

Demikian beberapa contoh dari prefiks baik kategori verba, nomina, maupun adjektiva. Namun, di dalam UTBK, makna dari prefiks tersebut disesuaikan dengan konteks kalimatnya.

 

#materiUTBK2024 #KemampuanMemahamiBacaandanMenulis #Kata

... Read less

6 months ago by pak_dosen@pak_dosen


Kombinasi Imbuhan (Kombinasi Afiks)
 

Kombinasi afiks tidak sama dengan konfiks. Kombinasi afiks merupakan kombinasi afiks-afiks (imbuhan-imbuhan) yang memiliki bentuk serta makna gramatikal tersendiri dan dibubuhkan secara bersamaan pada bentuk dasar. Contoh kombinasi afiks, yaitu me-kan, me-i, memper-kan, memper-i, ber-kan, ter-kan, per-kan, pe-an, dan se-nya

 

Contoh:

• me-kan → mengajarkan

• me-i → mendekati

• memper-kan → memperhatikan

• memper-i → memperbaiki

• ber-an → bermuatan

• ter-kan → terselesaikan

• per-kan → perkenalkan

• pe-an → pengiriman

• se-nya → semestinya


 

Pemakaian afiks dapat mengubah kelas kata. Berikut ini perubahan kombinasi afiks yang mengubah kelas kata.

Kombinasi afiks pembentuk kata kerja (verba)
• ter-kan → terabaikan

Kombinasi afiks pembentuk kata benda (nomina)
• pe-an → pemeriksaan

Kombinasi afiks pembentuk kata keterangan
• se-nya → seharusnya

 

#materiUTBK2024 #KemampuanMemahamiBacaandanMenulis #Kata

... Read less

6 months ago by pak_dosen@pak_dosen


Imbuhan (Sufiks)

 

Sufiks merupakan imbuhan (afiks) yang terletak atau ditambahkan pada akhir kata serta biasanya disebut sebagai akhiran. Dalam bahasa Indonesia, contoh akhiran yakni –an, -kan, dan –i
Contoh:
• -an: tulisan, tatapan, tantangan

• -i  : temui, sukai, pandangi

• -kan :tumbuhkan, sampaikan, umumkan

Pembentukan kata dengan akhiran tersebut sederhana dan tidak banyak menimbulkan permasalahan. Permasalahan yang sering muncul adalah pembentukan akhiran yang berasal dari bahasa asing, contohnya –isasi. Dalam bahasa Indonesia, imbuhan –isasi yang sering digunakan berasal dari –isatie (Belanda) atau –ization (Inggris). 

Contoh:
 

• modernisatie, modernization → modernisasi

• normalisatie, normalization → normalisasi

• legalisatie, legalization → legalisasi

• neutralisatie, neutralization → netralisasi

Berdasarkan contoh tersebut, dapat diketahui bahwa penyerapan dalam imbuhan –isasi tidak dilakukan secara terpisah atau tersendiri, melainkan penyerapan secara utuh beserta bentuk dasar yang dilekatinya.  Imbuhan –isasi tidak selayaknya digunakan sebagai pembentuk kata baru karena tidak diserap ke dalam bahasa Indonesia. 

 

Selain imbuhan –isasi, kesalahan imbuhan asing –ir juga sering dialami oleh penutur jati bahasa Indonesia. Kesalahan tersebut misalnya terjadi pada pembentukan kata koordinir, publisir, legalisir, proklamir, dan manipulir. Pemakaian imbuhan asing tersebut tidak tepat digunakan karena penyerapannya dari bahasa Belanda tidak dilakukan secara tepat. Seharusnya kata-kata tersebut digunakan dalam bentuk sebagai berikut:

 

• koordinir → koordinasi

• publisir → publikasi 

• legalisir  → legalisasi 

• proklamir → proklamasi 

• produsir  → produksi 

• manipulir  → manipulasi


Imbuhan –wan dan –man juga berasal dari bahasa asing, yaitu bahasa Sanskerta. Akan tetapi, hadirnya imbuhan tersebut telah diterima penggunaannya dalam bahasa Indonesia sebagai pembentuk kata yang bermakna ‘orang’. Imbuhan –man umumnya digunakan pada bentuk dasar yang berakhiran vokal /i/. 

Contoh:

• budi + -man → budiman

• seni+ -man → seniman

Berbeda halnya dengan imbuhan –wan yang telah lazim digunakan pada bentuk dasar yang berakhiran selain /i/. Akan, masih mungkin terjadi jika imbuhan –wan dapat digunakan pada bentuk dasar yang berakhiran vokal /i/.

Contoh:

• drama+ -wan → dramawan

• karya+ -wan → karyawan

• warta+ -wan → wartawan

• rohani+ -wan → rohaniwan

Selain itu, imbuhan -wan memiliki variasi lain yang meruju pada ‘orang (perempuan)’. Bentukan kata -wan yang disebutkan berpasangan dengan bentukan kata dengan imbuhan -wati pada contoh berikut. Ini. 

Contoh:

• seniman → seniwati

• dramawan → dramawati

• karyawan → karyawati

• wartawan → wartawati

Dalam bahasa Indonesia,  imbuhan –wan jauh lebih sering digunakan dan produktif dibandingkan dengan imbuhan –man.  Potensi sebagai pembentuk kata baru dari imbuhan ini cukup besar ini.

Contoh:

• physician → fisikawan 

• mathematician → matematikawan 

• cameraman → kamerawan

Pemakaian afiks dapat mengubah kelas kata. Berikut merupakan perubahan sufiks yang mengubah kelas kata.

Sufiks pembentuk kata benda (nomina)
• -isme → nasionalisme
• -wan → dermawan
• -sasi → urbanisasi

Sufiks pembentuk kata sifat (adjektiva)
• -i → insani
• -wi → manusiawi
• -iah → lahiriah
• -is → nasionalis

Sufiks pembentuk kata keterangan
• -nya → biasanya
• -an → habis-habisan

 

#materiUTBK2024 #KemampuanMemahamiBacaandanMenulis #Kata

... Read less

6 months ago by pak_dosen@pak_dosen