Kamu akan belajar pembahasan paling penting dalam persiapan UTBK atau ujian mandiri. Materi kalimat efektif adalah materi inti yang hampir selalu keluar di SBMPTN maupun ujian mandiri.
Apakah materi ini mudah?
Jika kamu sudah memahami materi pola kalimat, materi kalimat efektif pun bisa kamu kuasai dengan mudah.
Jadi, konsep dasar yang perlu kamu kuasai terlebih dahulu sebelum mempelajari kalimat efektif adalah pola atau unsur kalimat.
A. Ciri-Ciri Kalimat Efektif
Dalam buku pelajaran Bahasa Indonesia, kamu akan menemukan banyak sekali ciri-ciri kalimat efektif. Namun, supaya kamu lebih mudah mempelajarinya, terlebih dalam waktu yang singkat ini, hanya ada 4 ciri kalimat efektif yang benar-benar perlu kamu kuasai.
Ciri kalimat efektif yang dimaksud adalah sebagai berikut.
1. Kesepadanan
Kesepadanan berkaitan dengan unsur-unsur yang ada di dalam paragraf. Sepadan berarti kedudukan Subjek dan Predikat di dalam kalimat jelas.
Jika kalimat tidak ada Subjek atau tidak ada Predikat, kalimat tersebut tidak bisa disebut sebagai kalimat efektif.
Contoh kalimat tidak efektif karena tidak ada Subjek:
• Menurut penelitian terbaru mengatakan bahwa jamur enoki berbahaya.
• Bagi peserta ujian harus membawa kartu ujian.
Kalimat tersebut seharusnya diperbaiki menjadi:
• Penelitian terbaru mengatakan bahwa jamur enoki berbahaya.
• Peserta ujian harus membawa kartu ujian.
Kata tugas di awal kalimat pada contoh (menurut dan bagi) menyebabkan kalimat tersebut tidak memiliki Subjek.
2. Kehematan
Kalimat efektif harus hemat. Ketidakhematan dalam kalimat bisa disebabkan oleh:
• Pengulangan Subjek
• Menjamakkan kata yang sudah jamak
• Menggunakan kata-kata yang memiliki makna sama
• Pleonasme atau menjelaskan kata yang sudah jelas
• Sudah termasuk dalam kata umumnya (hipernim - hiponim)
Contoh:
• Pengunjung akan diarahkan menuju hotel setelah mereka sampai di bandara. → Pengulangan Subjek.
• Para peserta-peserta ujian wajib mengisi formulir. → menjamakkan kata yang sudah jamak
• Dia sangat cantik sekali. → kata sangat dan sekali sama-sama berfungsi sebagai penguatan.
• Silakan maju ke depan. → Pleonasme
• Dia akan datang pada hari Kamis. → Kamis adalah kata khusus dari hari.
Kalimat di atas seharusnya diperbaiki menjadi:
• Pengunjung akan diarahkan menuju hotel setelah sampai di Bandara.
• Para peserta ujian wajib mengisi formulir.
• Dia sangat cantik → Dia cantik sekali.
• Silakan maju.
• Dia akan datang pada Kamis.
3. Kelogisan
Kalimat efektif harus bernalar atau logis. Kalimat yang tidak logis tidak bisa disebut sebagai kalimat efektif. Kalimat yang memiliki makna ganda (ambigu) pun tidak bisa disebut sebagai kalimat efektif.
Contoh 1:
• Korban kecelakaan dilarikan ke rumah sakit.
Pada contoh di atas, diksi dilarikan tidak tepat untuk konteks kalimat tersebut. Kata dilarikan seharusnya diganti dengan kata dibawa.
Agar kalimatnya logis, kalimat di atas bisa diperbaiki menjadi sebagai berikut.
• Korban kecelakaan dibawa ke rumah sakit.
Contoh 2:
• UKT mahasiswa baru dinaikkan.
Pada contoh di atas, kalimat tersebut memiliki makna ganda (ambigu). Kalimat tersebut bisa bermakna (a) UKT mahasiswa baru yang dinaikkan atau (b) UKT seluruh mahasiswa dinaikkan.
Agar kalimatnya logis, kalimat di atas bisa diperbaiki menjadi sebagai berikut.
(a) UKT mahasiswa-baru dinaikkan.
(b) UKT-mahasiswa dinaikkan.
4. Kesejajaran
Kesejajaran mengacu pada jenis kata/frasa yang dipakai dalam sebuah kalimat.
Contoh 1:
• Mencegah lebih baik daripada pengobatan.
Pada contoh di atas, kata mencegah berjenis verba, sedangkan kata pengobatan berjenis nomina. Karena mencegah dan pengobatan adalah dua hal yang sedang dibahas, jenis kata yang dipakai pun harus sama.
Kalimat di atas dapat diperbaiki menjadi:
• Mencegah lebih baik daripada mengobati.
Contoh 2:
• Wartawan bertugas mencari berita, menulis sesuai dengan fakta, serta pengecekan kebenaran berita.
Pada contoh di atas, ada beberapa pemerian yang ditandai dengan kata mencari, menulis, dan pengecekan. Kata mencari dan menulis berjenis verba, sementara kata pengecekan berjenis nomina. Agar sejajar, ketiga kata tersebut harus disamakan jenis katanya.
Kalimat di atas dapat diperbaiki menjadi:
• Wartawan bertugas mencari berita, menulis sesuai dengan fakta, serta mengecek kebenaran berita.
Itulah empat poin penting dalam materi kalimat efektif. Perbanyaklah latihan soal agar lebih paham lagi, ya! Semangaaatttt!
Kamu akan belajar pembahasan paling penting dalam persiapan UTBK atau ujian mandiri. Materi kalimat efektif adalah materi inti yang hampir selalu keluar di SBMPTN maupun ujian mandiri.
Apakah materi ini mudah?
Jika kamu sudah memahami materi pola kalimat, materi kalimat efektif pun bisa kamu kuasai dengan mudah.
Jadi, konsep dasar yang perlu kamu kuasai terlebih dahulu sebelum mempelajari kalimat efektif adalah pola atau unsur kalimat.
A. Ciri-Ciri Kalimat Efektif
Dalam buku pelajaran Bahasa Indonesia, kamu akan menemukan banyak sekali ciri-ciri kalimat efektif. Namun, supaya kamu lebih mudah mempelajarinya, terlebih dalam waktu yang singkat ini, hanya ada 4 ciri kalimat efektif yang benar-benar perlu kamu kuasai.
Ciri kalimat efektif yang dimaksud adalah sebagai berikut.
1. Kesepadanan
Kesepadanan berkaitan dengan unsur-unsur yang ada di dalam paragraf. Sepadan berarti kedudukan Subjek dan Predikat di dalam kalimat jelas.
Jika kalimat tidak ada Subjek atau tidak ada Predikat, kalimat tersebut tidak bisa disebut sebagai kalimat efektif.
Contoh kalimat tidak efektif karena tidak ada Subjek:
• Menurut penelitian terbaru mengatakan bahwa jamur enoki berbahaya.
• Bagi peserta ujian harus membawa kartu ujian.
Kalimat tersebut seharusnya diperbaiki menjadi:
• Penelitian terbaru mengatakan bahwa jamur enoki berbahaya.
• Peserta ujian harus membawa kartu ujian.
Kata tugas di awal kalimat pada contoh (menurut dan bagi) menyebabkan kalimat tersebut tidak memiliki Subjek.
2. Kehematan
Kalimat efektif harus hemat. Ketidakhematan dalam kalimat bisa disebabkan oleh:
• Pengulangan Subjek
• Menjamakkan kata yang sudah jamak
• Menggunakan kata-kata yang memiliki makna sama
• Pleonasme atau menjelaskan kata yang sudah jelas
• Sudah termasuk dalam kata umumnya (hipernim - hiponim)
Contoh:
• Pengunjung akan diarahkan menuju hotel setelah mereka sampai di bandara. → Pengulangan Subjek.
• Para peserta-peserta ujian wajib mengisi formulir. → menjamakkan kata yang sudah jamak
• Dia sangat cantik sekali. → kata sangat dan sekali sama-sama berfungsi sebagai penguatan.
• Silakan maju ke depan. → Pleonasme
• Dia akan datang pada hari Kamis. → Kamis adalah kata khusus dari hari.
Kalimat di atas seharusnya diperbaiki menjadi:
• Pengunjung akan diarahkan menuju hotel setelah sampai di Bandara.
• Para peserta ujian wajib mengisi formulir.
• Dia sangat cantik → Dia cantik sekali.
• Silakan maju.
• Dia akan datang pada Kamis.
3. Kelogisan
Kalimat efektif harus bernalar atau logis. Kalimat yang tidak logis tidak bisa disebut sebagai kalimat efektif. Kalimat yang memiliki makna ganda (ambigu) pun tidak bisa disebut sebagai kalimat efektif.
Contoh 1:
• Korban kecelakaan dilarikan ke rumah sakit.
Pada contoh di atas, diksi dilarikan tidak tepat untuk konteks kalimat tersebut. Kata dilarikan seharusnya diganti dengan kata dibawa.
Agar kalimatnya logis, kalimat di atas bisa diperbaiki menjadi sebagai berikut.
• Korban kecelakaan dibawa ke rumah sakit.
Contoh 2:
• UKT mahasiswa baru dinaikkan.
Pada contoh di atas, kalimat tersebut memiliki makna ganda (ambigu). Kalimat tersebut bisa bermakna (a) UKT mahasiswa baru yang dinaikkan atau (b) UKT seluruh mahasiswa dinaikkan.
Agar kalimatnya logis, kalimat di atas bisa diperbaiki menjadi sebagai berikut.
(a) UKT mahasiswa-baru dinaikkan.
(b) UKT-mahasiswa dinaikkan.
4. Kesejajaran
Kesejajaran mengacu pada jenis kata/frasa yang dipakai dalam sebuah kalimat.
Contoh 1:
• Mencegah lebih baik daripada pengobatan.
Pada contoh di atas, kata mencegah berjenis verba, sedangkan kata pengobatan berjenis nomina. Karena mencegah dan pengobatan adalah dua hal yang sedang dibahas, jenis kata yang dipakai pun harus sama.
Kalimat di atas dapat diperbaiki menjadi:
• Mencegah lebih baik daripada mengobati.
Contoh 2:
• Wartawan bertugas mencari berita, menulis sesuai dengan fakta, serta pengecekan kebenaran berita.
Pada contoh di atas, ada beberapa pemerian yang ditandai dengan kata mencari, menulis, dan pengecekan. Kata mencari dan menulis berjenis verba, sementara kata pengecekan berjenis nomina. Agar sejajar, ketiga kata tersebut harus disamakan jenis katanya.
Kalimat di atas dapat diperbaiki menjadi:
• Wartawan bertugas mencari berita, menulis sesuai dengan fakta, serta mengecek kebenaran berita.
Itulah empat poin penting dalam materi kalimat efektif. Perbanyaklah latihan soal agar lebih paham lagi, ya! Semangaaatttt!
Kalimat simpleks merupakan kalimat yang terdiri atas satu klausa. Artinya, unsur tiap bagian kalimatnya seperti subjek dan predikat hanyalah satu dan merupakan satu kesatuan.
Contoh:
2. Kalimat Majemuk Setara
Kalimat majemuk (kompleks) adalah kalimat yang terdiri atas dua klausa atau lebih. Kalimat majemuk setara adalah kalimat majemuk yang mempunyai hubungan setara. Hubungan antarklausa dapat ditandai dengan adanya konjungsi dan, atau, atau tetapi.
Contoh:
Selain tiga konjungsi di atas, konjungsi serta, sedangkan, padahal, dan melainkan juga dapat digunakan. Konjungsi serta maknanya mirip dengan konjungsi dan yang menyatakan penambahan hal yang setara. Sementara itu, konjungsi sedangkan, padahal, dan melainkan maknanya mirip dengan konjungsi tetapi yang menyakatan pertentangan.
Contoh:
3. Kalimat Majemuk Bertingkat
Kalimat majemuk kompleks merupakan kalimat majemuk yang terdiri atas dua klausa dan salah satu klausanya menjadi bagian dari klausa yang lain. Klausa yang menjadi bagian dari klausa lain disebut dengan klausa subordinatif dan biasanya berupa perluasan salah satu unsur kalimat.
Contoh:
4. Kalimat Majemuk Campuran
Kalimat majemuk campuran merupakan kalimat majemuk yang terdiri atas tiga klausa atau lebih. Di antara klausa dalam kalimat majemuk ini merupakan klausa utama, sedangkan klausa yang lain merupakan klausa subordinatif yang berfungsi sebagai pemerluas salah satu atau kedua fungsi dalam klausa utama.
Kalimat simpleks merupakan kalimat yang terdiri atas satu klausa. Artinya, unsur tiap bagian kalimatnya seperti subjek dan predikat hanyalah satu dan merupakan satu kesatuan.
Contoh:
2. Kalimat Majemuk Setara
Kalimat majemuk (kompleks) adalah kalimat yang terdiri atas dua klausa atau lebih. Kalimat majemuk setara adalah kalimat majemuk yang mempunyai hubungan setara. Hubungan antarklausa dapat ditandai dengan adanya konjungsi dan, atau, atau tetapi.
Contoh:
Selain tiga konjungsi di atas, konjungsi serta, sedangkan, padahal, dan melainkan juga dapat digunakan. Konjungsi serta maknanya mirip dengan konjungsi dan yang menyatakan penambahan hal yang setara. Sementara itu, konjungsi sedangkan, padahal, dan melainkan maknanya mirip dengan konjungsi tetapi yang menyakatan pertentangan.
Contoh:
3. Kalimat Majemuk Bertingkat
Kalimat majemuk kompleks merupakan kalimat majemuk yang terdiri atas dua klausa dan salah satu klausanya menjadi bagian dari klausa yang lain. Klausa yang menjadi bagian dari klausa lain disebut dengan klausa subordinatif dan biasanya berupa perluasan salah satu unsur kalimat.
Contoh:
4. Kalimat Majemuk Campuran
Kalimat majemuk campuran merupakan kalimat majemuk yang terdiri atas tiga klausa atau lebih. Di antara klausa dalam kalimat majemuk ini merupakan klausa utama, sedangkan klausa yang lain merupakan klausa subordinatif yang berfungsi sebagai pemerluas salah satu atau kedua fungsi dalam klausa utama.
Pertanyaan seputar kalimat di UTBK maupun ujian mandiri bisa sangat beragam, dari mulai pola kalimat, jenis dan klasifikasi kalimat, kepaduan kalimat, perluasan kalimat hingga mengisi kalimat yang rumpang. Maka dari itu, untuk menjawab soal-soal tersebut, ada beberapa materi tentang kalimat yang harus dikuasai terlebih dahulu.
Di materi kali ini, materi yang akan dibahas adalah kalimat berdasarkan fungsi subjeknya. Secara garis besar, kalimat berdasarkan fungsi subjeknya terbagi menjadi dua, yaitu kalimat aktif dan kalimat pasif.
1. Kalimat Aktif
Kalimat aktif merupakan kalimat yang subjeknya melakukan perbuatan atau tindakan. Suatu kalimat dikatakan kalimat aktif jika subjek (S) merupakan pelaku perbuatan yang dinyatakan oleh predikat (P) dan mengenai objek (O).
a. Ciri-ciri Kalimat Aktif
• Subjek berperan sebagai pelaku.
• Predikat berawalan me- atau ber- atau tak berimbuhan.
• Memiliki pola minimal S-P-O
b. Jenis Kalimat Aktif
• Kalimat Aktif Transitif
Kalimat aktif yang memerlukan objek di dalamnya. Kalimat ini ditandai oleh verba aktif pengisi predikat dan diikuti oleh objek dan dapat dipasifkan.
Contoh:
• Kalimat Aktif Intransitif
Kalimat Aktif Intransitif adalah kalimat aktif yang tidak memerlukan objek di dalamnya. Kalimat ini ditandai oleh verba aktif pengisi predikat tetapi tidak diikuti oleh objek dan tidak dapat dipasifkan.
Contoh:
2. Kalimat Pasif
Kalimat pasif merupakan kalimat yang subjeknya tidak berperan sebagai pelaku tetapi berperan sebagai yang dikenai tindakan oleh predikat.
a. Ciri-ciri Kalimat Pasif
• Subjek berperan sebagai penderita.
• Predikat berawalan di-, ter- atau ke-an.
b. Jenis-jenis Kalimat Pasif
1. Kalimat Pasif Tipe I
Kalimat pasif tipe I adalah kalimat pasif yang berasal dari kalimat aktif dengan mengubah unsur objek menjadi subjek dan mengakibatkan perubahan bentuk verba me- menjadi di-.
Contoh:
2. Kalimat Pasif Tipe II
Kalimat pasif tipe II adalah kalimat pasif yang ditandai dengan penanggalan prefiks me- dari verba aktif kemudian digantikan dengan penggunaan nomina pelaku pada kalimat asal.
Contoh:
3. Kalimat Pasif Tipe III
Kalimat pasif tipe III adalah kalimat pasif yang ditandai oleh predikat pasif yang berprefiks ter-. Subjek dikenai tindakan yang dinyatakan oleh predikat dan bermakna “tidak sengaja”.
Pertanyaan seputar kalimat di UTBK maupun ujian mandiri bisa sangat beragam, dari mulai pola kalimat, jenis dan klasifikasi kalimat, kepaduan kalimat, perluasan kalimat hingga mengisi kalimat yang rumpang. Maka dari itu, untuk menjawab soal-soal tersebut, ada beberapa materi tentang kalimat yang harus dikuasai terlebih dahulu.
Di materi kali ini, materi yang akan dibahas adalah kalimat berdasarkan fungsi subjeknya. Secara garis besar, kalimat berdasarkan fungsi subjeknya terbagi menjadi dua, yaitu kalimat aktif dan kalimat pasif.
1. Kalimat Aktif
Kalimat aktif merupakan kalimat yang subjeknya melakukan perbuatan atau tindakan. Suatu kalimat dikatakan kalimat aktif jika subjek (S) merupakan pelaku perbuatan yang dinyatakan oleh predikat (P) dan mengenai objek (O).
a. Ciri-ciri Kalimat Aktif
• Subjek berperan sebagai pelaku.
• Predikat berawalan me- atau ber- atau tak berimbuhan.
• Memiliki pola minimal S-P-O
b. Jenis Kalimat Aktif
• Kalimat Aktif Transitif
Kalimat aktif yang memerlukan objek di dalamnya. Kalimat ini ditandai oleh verba aktif pengisi predikat dan diikuti oleh objek dan dapat dipasifkan.
Contoh:
• Kalimat Aktif Intransitif
Kalimat Aktif Intransitif adalah kalimat aktif yang tidak memerlukan objek di dalamnya. Kalimat ini ditandai oleh verba aktif pengisi predikat tetapi tidak diikuti oleh objek dan tidak dapat dipasifkan.
Contoh:
2. Kalimat Pasif
Kalimat pasif merupakan kalimat yang subjeknya tidak berperan sebagai pelaku tetapi berperan sebagai yang dikenai tindakan oleh predikat.
a. Ciri-ciri Kalimat Pasif
• Subjek berperan sebagai penderita.
• Predikat berawalan di-, ter- atau ke-an.
b. Jenis-jenis Kalimat Pasif
1. Kalimat Pasif Tipe I
Kalimat pasif tipe I adalah kalimat pasif yang berasal dari kalimat aktif dengan mengubah unsur objek menjadi subjek dan mengakibatkan perubahan bentuk verba me- menjadi di-.
Contoh:
2. Kalimat Pasif Tipe II
Kalimat pasif tipe II adalah kalimat pasif yang ditandai dengan penanggalan prefiks me- dari verba aktif kemudian digantikan dengan penggunaan nomina pelaku pada kalimat asal.
Contoh:
3. Kalimat Pasif Tipe III
Kalimat pasif tipe III adalah kalimat pasif yang ditandai oleh predikat pasif yang berprefiks ter-. Subjek dikenai tindakan yang dinyatakan oleh predikat dan bermakna “tidak sengaja”.
Kalimat dilihat dari segi isi atau nilai komunikatifnya dapat dibagi menjadi tiga bagian, yakni (1) kalimat berita, (2) kalimat tanya dan (3)kalimat perintah.
1. Kalimat Berita
Kalimat berita adalah kalimat yang berisi informasi atau memberitahukan sesuatu pada pembaca atau pendengar.
Contoh:
- Adikku telah bekerja di Bank Indonesia.
- Tadi pagi ada delman yang kudanya mengamuk.
- Kalimat berita juga dibedakan lagi menjadi dua, yaitu (a) kalimat langsung dan (b) kalimat tak langsung.
a. Kalimat langsung
Kalimat langsung adalah kalimat yang dituturkan langsung oleh sumbernya tanpa melalui perantara dan tanpa adanya perubahan. Kalimat langsung ditandai dengan tanda kutip (“ ”) sebagai penanda ucapan langsung.
Contoh:
- Jimin berkata, “Jika terlalu larut, Suga akan pulang besok pagi.”
- “Aku lapar sekali! Aku mau makan.” Ucap Momo.
b. Kalimat tak langsung
Kalimat tak langsung adalah kalimat yang menyampaikan ulang ucapan seseorang tanpa perlu mengutip secara keseluruhan.
Contoh:
- Ibu bilang akan pulang besok.
- Suneo akan pulang terlambat katanya.
2. Kalimat Tanya
Kalimat tanya adalah kalimat yang isinya menanyakan sesuatu. Kalimat tanya biasanya diakhiri oleh tanda tanya (?) dan menggunakan kata tanya.
Contoh:
- Dio membaca buku apa?
- Kenapa Fadil tidak datang?
- Siapa perempuan yang berkacamata itu?
- Mengapa Ayah tidak pulang?
- Bagaimana kecelakaan itu bisa terjadi?
- Kapan BTS konser di Indonesia?
3. Kalimat Perintah
Kalimat perintah adalah kalimat yang maknanya memberikan perintah, sehingga tanggapan yang diharapkan dari kalimat ini adalah berupa tindakan dari orang yang diperintahnya. Berdasarkan strukturnya kalimat perintah dibedakan menjadi tujuh bagian, yaitu (1) kalimat ajakan, (2) kalimat syarat, (3) kalimat permintaan, (4) kalimat izin, (5) kalimat perintah biasa, (6) kalimat sindiran, dan (7) kalimat larangan.
(1) kalimat ajakan
Kalimat ajakan adalah kalimat yang bermaksud untuk mengajak melakukan sesuatu bersama.
Contoh:
- Mari kita berangkat sekarang!
- Ayo istirahat dulu sebentar!
(2) kalimat syarat
Kalimat syarat adalah kalimat yang mengandung ketentuan tertentu yang harus terpenuhi untuk melakukan perbuatan tertentu.
Contoh:
- kamu boleh main di sini asalkan jangan berisik!
- Jika ingin laptop baru kamu harus menabung!
(3) kalimat permintaan
Kalimat permintaan adalah kalimat perintah yang diungkapkan dengan halus dan biasa disebut juga dengan kalimat permohonan.
Contoh:
- Tolong temani Hanbin belajar ya!
- Mohon tunggu sebentar ya!
(4) kalimat izin
Kalimat izin adalah kalimat perintah yang biasanya ditambahkan suatu pernyataan yang mengungkapkan pemberian izin.
Contoh:
- Ambil kue ini sesukamu!
- Kamu boleh pergi sekarang!
(5) kalimat perintah biasa
Kalimat perintah biasa adalah kalimat perintah yang isinya memerintahkan secara langsung kepada pembicara untuk melakukan sesuatu.
Contoh:
- Pergi dari tempat ini sekarang!
- Datanglah sore ini ke rumahku!
(6) kalimat sindiran
Kalimat sindiran adalah kalimat yang digunakan agar lawan bicara mengerti maksud kita tanpa mengungkapkannya dengan jelas.
Contoh:
- Ayo lawan dia kalau kamu berani! (maksud kalimat ini adalah menantang keberanian lawan bicaranya)
- Andaikan ada segelas air, pasti aku tidak haus lagi. (maksud kalimat ini adalah menyindir lawan bicara agar mengambilkan segelas air)
(7) kalimat larangan
Kalimat larangan adalah kalimat perintah yang berisi larangan, biasanya dengan menambahkan kata ingkar, yaitu jangan.
Kalimat dilihat dari segi isi atau nilai komunikatifnya dapat dibagi menjadi tiga bagian, yakni (1) kalimat berita, (2) kalimat tanya dan (3)kalimat perintah.
1. Kalimat Berita
Kalimat berita adalah kalimat yang berisi informasi atau memberitahukan sesuatu pada pembaca atau pendengar.
Contoh:
- Adikku telah bekerja di Bank Indonesia.
- Tadi pagi ada delman yang kudanya mengamuk.
- Kalimat berita juga dibedakan lagi menjadi dua, yaitu (a) kalimat langsung dan (b) kalimat tak langsung.
a. Kalimat langsung
Kalimat langsung adalah kalimat yang dituturkan langsung oleh sumbernya tanpa melalui perantara dan tanpa adanya perubahan. Kalimat langsung ditandai dengan tanda kutip (“ ”) sebagai penanda ucapan langsung.
Contoh:
- Jimin berkata, “Jika terlalu larut, Suga akan pulang besok pagi.”
- “Aku lapar sekali! Aku mau makan.” Ucap Momo.
b. Kalimat tak langsung
Kalimat tak langsung adalah kalimat yang menyampaikan ulang ucapan seseorang tanpa perlu mengutip secara keseluruhan.
Contoh:
- Ibu bilang akan pulang besok.
- Suneo akan pulang terlambat katanya.
2. Kalimat Tanya
Kalimat tanya adalah kalimat yang isinya menanyakan sesuatu. Kalimat tanya biasanya diakhiri oleh tanda tanya (?) dan menggunakan kata tanya.
Contoh:
- Dio membaca buku apa?
- Kenapa Fadil tidak datang?
- Siapa perempuan yang berkacamata itu?
- Mengapa Ayah tidak pulang?
- Bagaimana kecelakaan itu bisa terjadi?
- Kapan BTS konser di Indonesia?
3. Kalimat Perintah
Kalimat perintah adalah kalimat yang maknanya memberikan perintah, sehingga tanggapan yang diharapkan dari kalimat ini adalah berupa tindakan dari orang yang diperintahnya. Berdasarkan strukturnya kalimat perintah dibedakan menjadi tujuh bagian, yaitu (1) kalimat ajakan, (2) kalimat syarat, (3) kalimat permintaan, (4) kalimat izin, (5) kalimat perintah biasa, (6) kalimat sindiran, dan (7) kalimat larangan.
(1) kalimat ajakan
Kalimat ajakan adalah kalimat yang bermaksud untuk mengajak melakukan sesuatu bersama.
Contoh:
- Mari kita berangkat sekarang!
- Ayo istirahat dulu sebentar!
(2) kalimat syarat
Kalimat syarat adalah kalimat yang mengandung ketentuan tertentu yang harus terpenuhi untuk melakukan perbuatan tertentu.
Contoh:
- kamu boleh main di sini asalkan jangan berisik!
- Jika ingin laptop baru kamu harus menabung!
(3) kalimat permintaan
Kalimat permintaan adalah kalimat perintah yang diungkapkan dengan halus dan biasa disebut juga dengan kalimat permohonan.
Contoh:
- Tolong temani Hanbin belajar ya!
- Mohon tunggu sebentar ya!
(4) kalimat izin
Kalimat izin adalah kalimat perintah yang biasanya ditambahkan suatu pernyataan yang mengungkapkan pemberian izin.
Contoh:
- Ambil kue ini sesukamu!
- Kamu boleh pergi sekarang!
(5) kalimat perintah biasa
Kalimat perintah biasa adalah kalimat perintah yang isinya memerintahkan secara langsung kepada pembicara untuk melakukan sesuatu.
Contoh:
- Pergi dari tempat ini sekarang!
- Datanglah sore ini ke rumahku!
(6) kalimat sindiran
Kalimat sindiran adalah kalimat yang digunakan agar lawan bicara mengerti maksud kita tanpa mengungkapkannya dengan jelas.
Contoh:
- Ayo lawan dia kalau kamu berani! (maksud kalimat ini adalah menantang keberanian lawan bicaranya)
- Andaikan ada segelas air, pasti aku tidak haus lagi. (maksud kalimat ini adalah menyindir lawan bicara agar mengambilkan segelas air)
(7) kalimat larangan
Kalimat larangan adalah kalimat perintah yang berisi larangan, biasanya dengan menambahkan kata ingkar, yaitu jangan.
Kalimat inti merupakan kalimat mayor yang hanya terdiri dari beberapa kata yang sekaligus menjadi inti kalimat.
Kalimat inti umumnya terdiri dari dua kata yang masing-masing menempati fungsi S dan P. Namun, kalimat inti juga bisa terdiri dari tiga kata atau lebih yang merupakan unsur inti dari pola: S-P, S-P-O, atau S-P-Pel.
Adapun ciri-ciri kalimat inti adalah sebagai berikut.
• Hanya terdiri dari beberapa kata.
• Kedua kata tersebut sekaligus menjadi inti kalimat.
• Tidak bisa berpola inversi.
• Diakhiri intonasi netral.
Contoh:
• Adik belajar.
• Ibu pergi.
• Ayah memanggil Heni.
B. Kalimat Luas atau Kalimat Transformasi
Kalimat luas adalah kalimat inti yang sudah ditambah dengan kata-kata baru sehingga di dalamnya tidak hanya terdiri atas unsur inti. Kalimat luas sering juga disebut sebagai kalimat transformasi.
Adapun cara mengubah kalimat inti menjadi kalimat transformasi adalah sebagai berikut.
• Menambah kata tanpa menambah unsur kalimat
• Menambah unsur kalimat
• Mengubah susunan kata
• Mengubah menjadi kalimat tanya
Contoh 1:
Adik
belajar.
S
P
Contoh di atas merupakan kalimat inti yang unsurnya hanya terdiri dari S – P. Kata-kata yang menempati unsur S-P pun merupakan inti.
Contoh 2:
Adi
sedang belajar
dengan kelompok belajarnya.
S
P
K
Contoh di atas merupakan kalimat luas atau kalimat transformasi yang unsur-unsurnya terdiri dari S-P-K. Selain ada penambahan unsur, unsur P pun diisi oleh frasa, bukan inti unsurnya.
Perhatikan contoh perubahan kalimat inti menjadi kalimat transformasi berikut!
Kalimat inti:
Adik
menangis.
S
P
Kalimat transformasi 1:
Adik
sedang belajar.
S
P
Pada contoh di atas,, polanya tetap S-P. Namun, unsur P diisi oleh frasa (dua kata) sehingga kalimat tersebut bisa dikategorikan sebagai kalimat luas atau kalimat transformasi.
Kalimat transformasi 2:
Adik
menangis
karena terjatuh dari tangga.
S
P
K
Pada contoh di atas, unsurnya bukan lagi S-P, tetapi S-P-K. Adanya penambahan unsur perluasan menyebabkan kalimat tersebut menjadi kalimat luas atau kalimat transformasi.
Kalimat transformasi 3:
Menangis
adik
karena terjatuh.
P
S
K
Pada contoh di atas, kalimatnya berupa inversi sehingga bisa disebut sebagai kalimat transformasi.
Kalimat transformasi 4:
Adik
menangis?
S
P
Pada contoh di atas, kalimatnya berupa kalimat tanya. Jadi, meskipun hanya berupa dua kata, kalimat tersebut tetap tidak bisa dikategorikan sebagai kalimat inti.
Perhatikan contoh soal berikut!
Rumah dijual.
Manakah di antara kalimat berikut yang merupakan perluasan dari kalimat inti di atas?
A. Rumah yang ada di ujung jalan tersebut dijual dengan harga lebih dari satu miliar rupiah.
B. Rumah yang dijual itu merupakan rumah milik Pak Anton.
C. Di ujung jalan, ada rumah mewah yang dijual dengan harga cukup murah.
D. Rumah yang dijual dengan harga murah itu berhantu.
E. Anton membeli rumah mewah yang terletak di Jalan Perintis Kemerdekaan.
Pembahasan:
• Pilihan jawaban A benar. Jika kalimat tersebut diteliti unsur intinya, yang menempati fungsi S-P adalah rumah dijual.
Pilihan jawaban B salah. Jika kalimat tersebut diteliti unsur intinya, yang menempati fungsi S-P adalah rumah merupakan rumah milik Pak Anton. Kata yang dijual merupakan perluasan unsur S.
Pilihan jawaban C salah. Jika kalimat tersebut diteliti unsur intinya, yang menempati fungsi S-P adalah ada rumah.
Pilihan jawaban D salah. Jika kalimat tersebut diteliti unsur intinya, yang menempati fungsi S-P adalah rumah berhantu.
Pilihan jawaban E salah. Jika kalimat tersebut diteliti unsur intinya, yang menempati fungsi S-P adalah Anton membeli rumah.
Kalimat inti merupakan kalimat mayor yang hanya terdiri dari beberapa kata yang sekaligus menjadi inti kalimat.
Kalimat inti umumnya terdiri dari dua kata yang masing-masing menempati fungsi S dan P. Namun, kalimat inti juga bisa terdiri dari tiga kata atau lebih yang merupakan unsur inti dari pola: S-P, S-P-O, atau S-P-Pel.
Adapun ciri-ciri kalimat inti adalah sebagai berikut.
• Hanya terdiri dari beberapa kata.
• Kedua kata tersebut sekaligus menjadi inti kalimat.
• Tidak bisa berpola inversi.
• Diakhiri intonasi netral.
Contoh:
• Adik belajar.
• Ibu pergi.
• Ayah memanggil Heni.
B. Kalimat Luas atau Kalimat Transformasi
Kalimat luas adalah kalimat inti yang sudah ditambah dengan kata-kata baru sehingga di dalamnya tidak hanya terdiri atas unsur inti. Kalimat luas sering juga disebut sebagai kalimat transformasi.
Adapun cara mengubah kalimat inti menjadi kalimat transformasi adalah sebagai berikut.
• Menambah kata tanpa menambah unsur kalimat
• Menambah unsur kalimat
• Mengubah susunan kata
• Mengubah menjadi kalimat tanya
Contoh 1:
Adik
belajar.
S
P
Contoh di atas merupakan kalimat inti yang unsurnya hanya terdiri dari S – P. Kata-kata yang menempati unsur S-P pun merupakan inti.
Contoh 2:
Adi
sedang belajar
dengan kelompok belajarnya.
S
P
K
Contoh di atas merupakan kalimat luas atau kalimat transformasi yang unsur-unsurnya terdiri dari S-P-K. Selain ada penambahan unsur, unsur P pun diisi oleh frasa, bukan inti unsurnya.
Perhatikan contoh perubahan kalimat inti menjadi kalimat transformasi berikut!
Kalimat inti:
Adik
menangis.
S
P
Kalimat transformasi 1:
Adik
sedang belajar.
S
P
Pada contoh di atas,, polanya tetap S-P. Namun, unsur P diisi oleh frasa (dua kata) sehingga kalimat tersebut bisa dikategorikan sebagai kalimat luas atau kalimat transformasi.
Kalimat transformasi 2:
Adik
menangis
karena terjatuh dari tangga.
S
P
K
Pada contoh di atas, unsurnya bukan lagi S-P, tetapi S-P-K. Adanya penambahan unsur perluasan menyebabkan kalimat tersebut menjadi kalimat luas atau kalimat transformasi.
Kalimat transformasi 3:
Menangis
adik
karena terjatuh.
P
S
K
Pada contoh di atas, kalimatnya berupa inversi sehingga bisa disebut sebagai kalimat transformasi.
Kalimat transformasi 4:
Adik
menangis?
S
P
Pada contoh di atas, kalimatnya berupa kalimat tanya. Jadi, meskipun hanya berupa dua kata, kalimat tersebut tetap tidak bisa dikategorikan sebagai kalimat inti.
Perhatikan contoh soal berikut!
Rumah dijual.
Manakah di antara kalimat berikut yang merupakan perluasan dari kalimat inti di atas?
A. Rumah yang ada di ujung jalan tersebut dijual dengan harga lebih dari satu miliar rupiah.
B. Rumah yang dijual itu merupakan rumah milik Pak Anton.
C. Di ujung jalan, ada rumah mewah yang dijual dengan harga cukup murah.
D. Rumah yang dijual dengan harga murah itu berhantu.
E. Anton membeli rumah mewah yang terletak di Jalan Perintis Kemerdekaan.
Pembahasan:
• Pilihan jawaban A benar. Jika kalimat tersebut diteliti unsur intinya, yang menempati fungsi S-P adalah rumah dijual.
Pilihan jawaban B salah. Jika kalimat tersebut diteliti unsur intinya, yang menempati fungsi S-P adalah rumah merupakan rumah milik Pak Anton. Kata yang dijual merupakan perluasan unsur S.
Pilihan jawaban C salah. Jika kalimat tersebut diteliti unsur intinya, yang menempati fungsi S-P adalah ada rumah.
Pilihan jawaban D salah. Jika kalimat tersebut diteliti unsur intinya, yang menempati fungsi S-P adalah rumah berhantu.
Pilihan jawaban E salah. Jika kalimat tersebut diteliti unsur intinya, yang menempati fungsi S-P adalah Anton membeli rumah.
Pola kalimat adalah konsep dasar yang perlu dipelajari sebelum memahami materi kalimat yang lebih kompleks. Dalam ujian masuk PTN, pertanyaan tentang pola kalimat memang jarang. Namun, tanpa memahami pola kalimat, kamu akan susah mengerjakan soal-soal tentang kalimat, seperti kalimat inti atau kalimat efektif.
Padahal, dalam Simak UI atau Utul UGM, ada banyak sekali soal yang berkaitan dengan kalimat. Meski tidak secara eksplisit menanyakan pola kalimat, materi ini adalah materi dasar. Jadi, kamu wajib memahaminya.
Apa itu pola kalimat?
Untuk menentukan pola kalimat, kamu harus paham unsur-unsur kalimat.
Dalam bahasa Indonesia, unsur-unsur kalimat terbagi menjadi sebagai berikut.
1. Subjek (S)
Subjek merupakan unsur inti dalam sebuah kalimat. Biasanya, subjek berwujud kata benda. Kamu pun pasti sering memaknai subjek sebagai pelaku. Namun, pada dasarnya, subjek tidak harus selalu kata benda atau pelaku.
Untuk memudahkanmu menentukan Subjek, berikut adalah beberapa ciri-ciri dari Subjek.
• Inti yang sedang dibahas dalam kalimat
• Menjawab pertanyaan apa atau siapa
• Diikuti dengan kata itu.
Contoh 1:
Ibu
menjual
bunga.
S
P
O
Pada contoh di atas, kata Ibu berposisi sebagai Subjek. Kata tersebut merupakan kata benda dan berfungsi sebagai pelaku.
Contoh 2:
Membaca
adalah
hobi yang sangat bermanfaat.
S
P
Pel
Namun, pada contoh 2, yang menempati Subjek adalah kata Membaca. Kata tersebut adalah kata kerja dan fungsinya bukan sebagai pelaku.
2. Predikat (P)
Predikat juga merupakan unsur inti dalam sebuah kalimat. Kalimat yang efektif wajib memiliki Subjek dan Predikat. Jika Subjek adalah inti yang sedang dibahas, Predikat adalah penjelas inti tersebut.
Pada umumnya, Predikat berwujud kata kerja atau verba. Namun, pada dasarnya, Subjek dan Predikat bisa berwujud kata benda, kata kerja, atau kata sifat.
Untuk memudahkanmu dalam menentukan predikat, berikut beberapa ciri-cirinya.
• Unsur inti penjelas Subjek
• Menjawab pertanyaan mengapa dan bagaimana
• Bisa ditempati oleh kata kerja kopula, yakni adalah, merupakan, ialah.
Contoh 1:
Ibu
menjual
bunga.
S
P
O
Pada contoh 1, yang menempati posisi predikat adalah kata kerja, yakni kata menjual.
Contoh 2:
Dia
mahasiswa.
S
P
Pada contoh 2, yang menempati posisi predikat adalah kata benda, yakni kata mahasiswa.
Contoh 3:
Soal itu
susah.
S
P
Pada contoh 3, yang menempati posisi predikat adalah kata sifat, yakni kata susah.
Berdasarkan contoh di atas, semua Subjek berwujud kata benda. Namun, kata yang menempati posisi Predikat tidak selalu kata kerja. Dari contoh-contoh di atas, kamu bisa mengingat Predikat bukan hanya sebagai kata kerja, melainkan sebagai penjelas Subjeknya.
3. Objek (O)
Objek bukanlah unsur wajib dalam sebuah kalimat. Objek hanya ada pada kalimat transitif. Biasanya, objek merupakan yang dikenai pekerjaan.
Untuk memudahkanmu menentukan Objek kalimat, berikut beberapa ciri-cirinya.
• Berupa kata benda.
• Berada setelah Predikat.
• Bisa menjadi subjek ketika dipasifkan.
• Bisa diganti dengan -nya.
• Berfungsi sebagai yang dikenai pekerjaan.
Contoh 1:
Ibu
menjual
bunga.
S
P
O
Contoh 2:
Ibu
membelikan
adik
sepatu baru.
S
P
O
Pel
4. Pelengkap (Pel)
Sama seperti Objek, pelengkap bukan merupakan unsur inti dalam kalimat. Jika dibandingkan dengan Objek, kamu mungkin jarang mendengar unsur pelengkap. Padahal, di dalam kalimat, Pelengkap lebih banyak muncul daripada Objek.
Perhatikan contoh berikut.
Contoh 1:
Ibu
menjual
bunga.
S
P
O
Contoh 2:
Ibu
berjualan
bunga.
S
P
Pel
Contoh 3:
Ibu
membelikan
adik
sepatu baru.
S
P
O
Pel
Contoh 4:
Bunga
dijual
ibu.
S
P
Pel
Penjelasan:
Pada contoh 1 dan 2, perbedaannya hanya ada pada kata-kata yang menempati fungsi predikat. Contoh 1 predikatnya menjual yang merupakan verba transitif, sedangkan contoh 2 predikatnya berjualan yang merupakan verba intransitif.
• Pada contoh 1, bunga menempati posisi Objek karena bisa dipasifkan.
• Pada contoh 2, bunga menempati posisi Pelengkap karena tidak bisa dipasifkan.
• Pada contoh 3, adik menempati posisi Objek, sedangkan sepatu baru menempati posisi Pelengkap.
• Pada contoh 4, kata ibu tidak lagi menjadi Objek. Bentuk kalimat pasif tidak memiliki Objek. Setelah predikat pasif, unsur kalimat menjadi Pelengkap atau Keterangan.
Berdasarkan contoh dan penjelasan tersebut, ciri-ciri pelengkap adalah sebagai berikut.
• Berfungsi melengkapi kalimat
• Berada setelah P atau setelah O
• Tidak bisa dipasifkan
5. Keterangan (K)
Keterangan merupakan unsur kalimat yang berfungsi sebagai penjelasan lebih lanjut seputar sesuatu yang ada dalam kalimat. Keterangan memberikan informasi mengenai waktu, tempat, cara, alat, sebab, dan tujuan.
Keterangan juga bisa berupa kata, frasa, atau klausa.
Jika berwujud klausa (S-P), keterangan akan menjadi anak kalimat.
Untuk memudahkan kamu dalam menentukan keterangan dalam kalimat, ciri-cirinya adalah sebagai berikut.
• Bisa berpindah posisi.
• Diawali preposisi.
• Diawali konjungsi subordinatif.
Contoh 1:
Anton
tidak masuk
karena sakit.
S
P
K
Contoh 2:
Petani
membajak
sawah
dengan traktor.
S
P
O
K
Untuk memudahkanmu mengenali unsur-unsur dalam kalimat, lihat ringkasan S-P-O-Pel-K pada gambar berikut.
B. Jenis Kalimat berdasarkan Pola Kalimat
Selanjutnya, kamu bisa menemukan dua jenis kalimat berdasarkan polanya, yakni kalimat normal dan kalimat inversi.
1. Kalimat Normal
Kalimat normal adalah kalimat yang umum kita jumpai, yakni diawali dengan Subjek. Pola kalimat normal adalah sebagai berikut.
• S-P
• S-P-O
• S-P-Pel
• S-P-O-Pel
2. Kalimat Inversi
Kalimat inversi adalah kalimat yang terbalik. Maksudnya terbalik adalah Predikat hadir terlebih dahulu sebelum paragraf. Pola kalimat inversi adalah P-S.
Contoh:
Terjadi
kebakaran.
P
S
Itulah konsep dasar tentang kalimat yang wajib kamu pahami. Setelah memahami unsur dan pola kalimat, kamu akan lebih mudah mengerjakan materi lebih lanjut, yakni kalimat inti dan kalimat efektif.
Pola kalimat adalah konsep dasar yang perlu dipelajari sebelum memahami materi kalimat yang lebih kompleks. Dalam ujian masuk PTN, pertanyaan tentang pola kalimat memang jarang. Namun, tanpa memahami pola kalimat, kamu akan susah mengerjakan soal-soal tentang kalimat, seperti kalimat inti atau kalimat efektif.
Padahal, dalam Simak UI atau Utul UGM, ada banyak sekali soal yang berkaitan dengan kalimat. Meski tidak secara eksplisit menanyakan pola kalimat, materi ini adalah materi dasar. Jadi, kamu wajib memahaminya.
Apa itu pola kalimat?
Untuk menentukan pola kalimat, kamu harus paham unsur-unsur kalimat.
Dalam bahasa Indonesia, unsur-unsur kalimat terbagi menjadi sebagai berikut.
1. Subjek (S)
Subjek merupakan unsur inti dalam sebuah kalimat. Biasanya, subjek berwujud kata benda. Kamu pun pasti sering memaknai subjek sebagai pelaku. Namun, pada dasarnya, subjek tidak harus selalu kata benda atau pelaku.
Untuk memudahkanmu menentukan Subjek, berikut adalah beberapa ciri-ciri dari Subjek.
• Inti yang sedang dibahas dalam kalimat
• Menjawab pertanyaan apa atau siapa
• Diikuti dengan kata itu.
Contoh 1:
Ibu
menjual
bunga.
S
P
O
Pada contoh di atas, kata Ibu berposisi sebagai Subjek. Kata tersebut merupakan kata benda dan berfungsi sebagai pelaku.
Contoh 2:
Membaca
adalah
hobi yang sangat bermanfaat.
S
P
Pel
Namun, pada contoh 2, yang menempati Subjek adalah kata Membaca. Kata tersebut adalah kata kerja dan fungsinya bukan sebagai pelaku.
2. Predikat (P)
Predikat juga merupakan unsur inti dalam sebuah kalimat. Kalimat yang efektif wajib memiliki Subjek dan Predikat. Jika Subjek adalah inti yang sedang dibahas, Predikat adalah penjelas inti tersebut.
Pada umumnya, Predikat berwujud kata kerja atau verba. Namun, pada dasarnya, Subjek dan Predikat bisa berwujud kata benda, kata kerja, atau kata sifat.
Untuk memudahkanmu dalam menentukan predikat, berikut beberapa ciri-cirinya.
• Unsur inti penjelas Subjek
• Menjawab pertanyaan mengapa dan bagaimana
• Bisa ditempati oleh kata kerja kopula, yakni adalah, merupakan, ialah.
Contoh 1:
Ibu
menjual
bunga.
S
P
O
Pada contoh 1, yang menempati posisi predikat adalah kata kerja, yakni kata menjual.
Contoh 2:
Dia
mahasiswa.
S
P
Pada contoh 2, yang menempati posisi predikat adalah kata benda, yakni kata mahasiswa.
Contoh 3:
Soal itu
susah.
S
P
Pada contoh 3, yang menempati posisi predikat adalah kata sifat, yakni kata susah.
Berdasarkan contoh di atas, semua Subjek berwujud kata benda. Namun, kata yang menempati posisi Predikat tidak selalu kata kerja. Dari contoh-contoh di atas, kamu bisa mengingat Predikat bukan hanya sebagai kata kerja, melainkan sebagai penjelas Subjeknya.
3. Objek (O)
Objek bukanlah unsur wajib dalam sebuah kalimat. Objek hanya ada pada kalimat transitif. Biasanya, objek merupakan yang dikenai pekerjaan.
Untuk memudahkanmu menentukan Objek kalimat, berikut beberapa ciri-cirinya.
• Berupa kata benda.
• Berada setelah Predikat.
• Bisa menjadi subjek ketika dipasifkan.
• Bisa diganti dengan -nya.
• Berfungsi sebagai yang dikenai pekerjaan.
Contoh 1:
Ibu
menjual
bunga.
S
P
O
Contoh 2:
Ibu
membelikan
adik
sepatu baru.
S
P
O
Pel
4. Pelengkap (Pel)
Sama seperti Objek, pelengkap bukan merupakan unsur inti dalam kalimat. Jika dibandingkan dengan Objek, kamu mungkin jarang mendengar unsur pelengkap. Padahal, di dalam kalimat, Pelengkap lebih banyak muncul daripada Objek.
Perhatikan contoh berikut.
Contoh 1:
Ibu
menjual
bunga.
S
P
O
Contoh 2:
Ibu
berjualan
bunga.
S
P
Pel
Contoh 3:
Ibu
membelikan
adik
sepatu baru.
S
P
O
Pel
Contoh 4:
Bunga
dijual
ibu.
S
P
Pel
Penjelasan:
Pada contoh 1 dan 2, perbedaannya hanya ada pada kata-kata yang menempati fungsi predikat. Contoh 1 predikatnya menjual yang merupakan verba transitif, sedangkan contoh 2 predikatnya berjualan yang merupakan verba intransitif.
• Pada contoh 1, bunga menempati posisi Objek karena bisa dipasifkan.
• Pada contoh 2, bunga menempati posisi Pelengkap karena tidak bisa dipasifkan.
• Pada contoh 3, adik menempati posisi Objek, sedangkan sepatu baru menempati posisi Pelengkap.
• Pada contoh 4, kata ibu tidak lagi menjadi Objek. Bentuk kalimat pasif tidak memiliki Objek. Setelah predikat pasif, unsur kalimat menjadi Pelengkap atau Keterangan.
Berdasarkan contoh dan penjelasan tersebut, ciri-ciri pelengkap adalah sebagai berikut.
• Berfungsi melengkapi kalimat
• Berada setelah P atau setelah O
• Tidak bisa dipasifkan
5. Keterangan (K)
Keterangan merupakan unsur kalimat yang berfungsi sebagai penjelasan lebih lanjut seputar sesuatu yang ada dalam kalimat. Keterangan memberikan informasi mengenai waktu, tempat, cara, alat, sebab, dan tujuan.
Keterangan juga bisa berupa kata, frasa, atau klausa.
Jika berwujud klausa (S-P), keterangan akan menjadi anak kalimat.
Untuk memudahkan kamu dalam menentukan keterangan dalam kalimat, ciri-cirinya adalah sebagai berikut.
• Bisa berpindah posisi.
• Diawali preposisi.
• Diawali konjungsi subordinatif.
Contoh 1:
Anton
tidak masuk
karena sakit.
S
P
K
Contoh 2:
Petani
membajak
sawah
dengan traktor.
S
P
O
K
Untuk memudahkanmu mengenali unsur-unsur dalam kalimat, lihat ringkasan S-P-O-Pel-K pada gambar berikut.
B. Jenis Kalimat berdasarkan Pola Kalimat
Selanjutnya, kamu bisa menemukan dua jenis kalimat berdasarkan polanya, yakni kalimat normal dan kalimat inversi.
1. Kalimat Normal
Kalimat normal adalah kalimat yang umum kita jumpai, yakni diawali dengan Subjek. Pola kalimat normal adalah sebagai berikut.
• S-P
• S-P-O
• S-P-Pel
• S-P-O-Pel
2. Kalimat Inversi
Kalimat inversi adalah kalimat yang terbalik. Maksudnya terbalik adalah Predikat hadir terlebih dahulu sebelum paragraf. Pola kalimat inversi adalah P-S.
Contoh:
Terjadi
kebakaran.
P
S
Itulah konsep dasar tentang kalimat yang wajib kamu pahami. Setelah memahami unsur dan pola kalimat, kamu akan lebih mudah mengerjakan materi lebih lanjut, yakni kalimat inti dan kalimat efektif.
Dalam UTBK, perbaikan kalimat biasanya muncul pada soal-soal seperti kalimat yang berpola sama, menentukan posisi kalimat, lanjutan kalimat agar menjadi kalimat yang logis, kalimat aktif dan pasif, pengelompokkan kalimat agar menjadi padu, perluasan kalimat, kalimat yang tidak diperlukan, dan lain-lain. Oleh karena itu, agar dapat menjawab soal-soal yang berkaitan dengan hal tersebut, kita harus memahami klasifikasi kalimat beserta dengan contohnya terlebih dahulu.
Kalimat merupakan satuan ilmu tata kalimat yang disusun dari bagian yang penting berupa klausa, dilengkapi konjungsi, dan disertai dengan intonasi. Kalimat ini merupakan unsur terbesar yang ada dalam tata gramatikal.
A. Klasifikasi Kalimat
1. Kalimat Elips
Kalimat yang tidak sempurna karena terdapat unsur-unsur yang hilang.
Contoh :
• Pergi ke sana!
• Diam!
2. Kalimat Sempurna
Kalimat yang mengandung pengertian yang lengkap dan memiliki unsur subjek dan predikat.
Contoh :
• Dia sedang berjemur di depan rumah
• Mereka sedang memberi makan kucing
3. Kalimat Minor
Kalimat yang hanya memiliki satu unsur inti.
Contoh:
• Yang bagus!
• Sudah siap!
4. Kalimat Mayor
Kalimat mengandung sekurang-kurangnya dua unsur inti dan sering disebut sebagai kalimat lengkap.
Contoh:
• Aku menyimpan buku itu
• Adik bermain ke halaman
B. Jenis-jenis Kalimat
1. Kalimat Berita
Kalimat yang berisi informasi tentang sesuatu hal. Kalimat berita terbagi menjadi dua, yaitu:
• Ucapan langsung
Contoh:
- Dia mengatakan, “Saya suka cara mengajarnya.”
• Ucapan tak langsung
Contoh:
- Ibu membeli sayur-sayuran.
2. Kalimat Tanya
Kalimat yang mengandung suatu pertanyaan mengenai sesuatu hal.
Contoh:
• benda / hal (apa, untuk apa, dari apa)
• manusia (siapa, dari siapa)
• jumlah (berapa)
• pilihan (mana)
• waktu (kapan)
• keadaan / situasi (bagaimana, betapa)
• sebab (mengapa, apa sebab)
• tempat (di mana, ke mana, dari mana)
3. Kalimat Perintah
Kalimat yang mengandung ajakan atau perintah kepada orang lain untuk melakukan sesuatu hal.
Contoh :
• Ajakan: Mari kita berjuang lebih keras lagi!
• Syarat: Tanyakan kepadanya, tentu dia akan memberitahu kamu!
• Permintaan: Coba ambilkan minum untukku!
• Izin: Ikutlah denganku jika Anda mau!
• Perintah biasa: Pergilah dari tempat ini!
• Cemoohan / Sindiran: Buatlah itu sendiri, kalau kamu bisa!
Dalam UTBK, perbaikan kalimat biasanya muncul pada soal-soal seperti kalimat yang berpola sama, menentukan posisi kalimat, lanjutan kalimat agar menjadi kalimat yang logis, kalimat aktif dan pasif, pengelompokkan kalimat agar menjadi padu, perluasan kalimat, kalimat yang tidak diperlukan, dan lain-lain. Oleh karena itu, agar dapat menjawab soal-soal yang berkaitan dengan hal tersebut, kita harus memahami klasifikasi kalimat beserta dengan contohnya terlebih dahulu.
Kalimat merupakan satuan ilmu tata kalimat yang disusun dari bagian yang penting berupa klausa, dilengkapi konjungsi, dan disertai dengan intonasi. Kalimat ini merupakan unsur terbesar yang ada dalam tata gramatikal.
A. Klasifikasi Kalimat
1. Kalimat Elips
Kalimat yang tidak sempurna karena terdapat unsur-unsur yang hilang.
Contoh :
• Pergi ke sana!
• Diam!
2. Kalimat Sempurna
Kalimat yang mengandung pengertian yang lengkap dan memiliki unsur subjek dan predikat.
Contoh :
• Dia sedang berjemur di depan rumah
• Mereka sedang memberi makan kucing
3. Kalimat Minor
Kalimat yang hanya memiliki satu unsur inti.
Contoh:
• Yang bagus!
• Sudah siap!
4. Kalimat Mayor
Kalimat mengandung sekurang-kurangnya dua unsur inti dan sering disebut sebagai kalimat lengkap.
Contoh:
• Aku menyimpan buku itu
• Adik bermain ke halaman
B. Jenis-jenis Kalimat
1. Kalimat Berita
Kalimat yang berisi informasi tentang sesuatu hal. Kalimat berita terbagi menjadi dua, yaitu:
• Ucapan langsung
Contoh:
- Dia mengatakan, “Saya suka cara mengajarnya.”
• Ucapan tak langsung
Contoh:
- Ibu membeli sayur-sayuran.
2. Kalimat Tanya
Kalimat yang mengandung suatu pertanyaan mengenai sesuatu hal.
Contoh:
• benda / hal (apa, untuk apa, dari apa)
• manusia (siapa, dari siapa)
• jumlah (berapa)
• pilihan (mana)
• waktu (kapan)
• keadaan / situasi (bagaimana, betapa)
• sebab (mengapa, apa sebab)
• tempat (di mana, ke mana, dari mana)
3. Kalimat Perintah
Kalimat yang mengandung ajakan atau perintah kepada orang lain untuk melakukan sesuatu hal.
Contoh :
• Ajakan: Mari kita berjuang lebih keras lagi!
• Syarat: Tanyakan kepadanya, tentu dia akan memberitahu kamu!
• Permintaan: Coba ambilkan minum untukku!
• Izin: Ikutlah denganku jika Anda mau!
• Perintah biasa: Pergilah dari tempat ini!
• Cemoohan / Sindiran: Buatlah itu sendiri, kalau kamu bisa!