Pola Kalimat
A. Pola Kalimat
Pola kalimat adalah konsep dasar yang perlu dipelajari sebelum memahami materi kalimat yang lebih kompleks. Dalam ujian masuk PTN, pertanyaan tentang pola kalimat memang jarang. Namun, tanpa memahami pola kalimat, kamu akan susah mengerjakan soal-soal tentang kalimat, seperti kalimat inti atau kalimat efektif.
Padahal, dalam Simak UI atau Utul UGM, ada banyak sekali soal yang berkaitan dengan kalimat. Meski tidak secara eksplisit menanyakan pola kalimat, materi ini adalah materi dasar. Jadi, kamu wajib memahaminya.
Apa itu pola kalimat?
Untuk menentukan pola kalimat, kamu harus paham unsur-unsur kalimat.
Dalam bahasa Indonesia, unsur-unsur kalimat terbagi menjadi sebagai berikut.
1. Subjek (S)
Subjek merupakan unsur inti dalam sebuah kalimat. Biasanya, subjek berwujud kata benda. Kamu pun pasti sering memaknai subjek sebagai pelaku. Namun, pada dasarnya, subjek tidak harus selalu kata benda atau pelaku.
Untuk memudahkanmu menentukan Subjek, berikut adalah beberapa ciri-ciri dari Subjek.
• Inti yang sedang dibahas dalam kalimat
• Menjawab pertanyaan apa atau siapa
• Diikuti dengan kata itu.
Contoh 1:
Ibu
menjual
bunga.
S
P
O
Pada contoh di atas, kata Ibu berposisi sebagai Subjek. Kata tersebut merupakan kata benda dan berfungsi sebagai pelaku.
Contoh 2:
Membaca
adalah
hobi yang sangat bermanfaat.
S
P
Pel
Namun, pada contoh 2, yang menempati Subjek adalah kata Membaca. Kata tersebut adalah kata kerja dan fungsinya bukan sebagai pelaku.
2. Predikat (P)
Predikat juga merupakan unsur inti dalam sebuah kalimat. Kalimat yang efektif wajib memiliki Subjek dan Predikat. Jika Subjek adalah inti yang sedang dibahas, Predikat adalah penjelas inti tersebut.
Pada umumnya, Predikat berwujud kata kerja atau verba. Namun, pada dasarnya, Subjek dan Predikat bisa berwujud kata benda, kata kerja, atau kata sifat.
Untuk memudahkanmu dalam menentukan predikat, berikut beberapa ciri-cirinya.
• Unsur inti penjelas Subjek
• Menjawab pertanyaan mengapa dan bagaimana
• Bisa ditempati oleh kata kerja kopula, yakni adalah, merupakan, ialah.
Contoh 1:
Ibu
menjual
bunga.
S
P
O
Pada contoh 1, yang menempati posisi predikat adalah kata kerja, yakni kata menjual.
Contoh 2:
Dia
mahasiswa.
S
P
Pada contoh 2, yang menempati posisi predikat adalah kata benda, yakni kata mahasiswa.
Contoh 3:
Soal itu
susah.
S
P
Pada contoh 3, yang menempati posisi predikat adalah kata sifat, yakni kata susah.
Berdasarkan contoh di atas, semua Subjek berwujud kata benda. Namun, kata yang menempati posisi Predikat tidak selalu kata kerja. Dari contoh-contoh di atas, kamu bisa mengingat Predikat bukan hanya sebagai kata kerja, melainkan sebagai penjelas Subjeknya.
3. Objek (O)
Objek bukanlah unsur wajib dalam sebuah kalimat. Objek hanya ada pada kalimat transitif. Biasanya, objek merupakan yang dikenai pekerjaan.
Untuk memudahkanmu menentukan Objek kalimat, berikut beberapa ciri-cirinya.
• Berupa kata benda.
• Berada setelah Predikat.
• Bisa menjadi subjek ketika dipasifkan.
• Bisa diganti dengan -nya.
• Berfungsi sebagai yang dikenai pekerjaan.
Contoh 1:
Ibu
menjual
bunga.
S
P
O
Contoh 2:
Ibu
membelikan
adik
sepatu baru.
S
P
O
Pel
4. Pelengkap (Pel)
Sama seperti Objek, pelengkap bukan merupakan unsur inti dalam kalimat. Jika dibandingkan dengan Objek, kamu mungkin jarang mendengar unsur pelengkap. Padahal, di dalam kalimat, Pelengkap lebih banyak muncul daripada Objek.
Perhatikan contoh berikut.
Contoh 1:
Ibu
menjual
bunga.
S
P
O
Contoh 2:
Ibu
berjualan
bunga.
S
P
Pel
Contoh 3:
Ibu
membelikan
adik
sepatu baru.
S
P
O
Pel
Contoh 4:
Bunga
dijual
ibu.
S
P
Pel
Penjelasan:
Pada contoh 1 dan 2, perbedaannya hanya ada pada kata-kata yang menempati fungsi predikat. Contoh 1 predikatnya menjual yang merupakan verba transitif, sedangkan contoh 2 predikatnya berjualan yang merupakan verba intransitif.
• Pada contoh 1, bunga menempati posisi Objek karena bisa dipasifkan.
• Pada contoh 2, bunga menempati posisi Pelengkap karena tidak bisa dipasifkan.
• Pada contoh 3, adik menempati posisi Objek, sedangkan sepatu baru menempati posisi Pelengkap.
• Pada contoh 4, kata ibu tidak lagi menjadi Objek. Bentuk kalimat pasif tidak memiliki Objek. Setelah predikat pasif, unsur kalimat menjadi Pelengkap atau Keterangan.
Berdasarkan contoh dan penjelasan tersebut, ciri-ciri pelengkap adalah sebagai berikut.
• Berfungsi melengkapi kalimat
• Berada setelah P atau setelah O
• Tidak bisa dipasifkan
5. Keterangan (K)
Keterangan merupakan unsur kalimat yang berfungsi sebagai penjelasan lebih lanjut seputar sesuatu yang ada dalam kalimat. Keterangan memberikan informasi mengenai waktu, tempat, cara, alat, sebab, dan tujuan.
Keterangan juga bisa berupa kata, frasa, atau klausa.
Jika berwujud klausa (S-P), keterangan akan menjadi anak kalimat.
Untuk memudahkan kamu dalam menentukan keterangan dalam kalimat, ciri-cirinya adalah sebagai berikut.
• Bisa berpindah posisi.
• Diawali preposisi.
• Diawali konjungsi subordinatif.
Contoh 1:
Anton
tidak masuk
karena sakit.
S
P
K
Contoh 2:
Petani
membajak
sawah
dengan traktor.
S
P
O
K
Untuk memudahkanmu mengenali unsur-unsur dalam kalimat, lihat ringkasan S-P-O-Pel-K pada gambar berikut.
B. Jenis Kalimat berdasarkan Pola Kalimat
Selanjutnya, kamu bisa menemukan dua jenis kalimat berdasarkan polanya, yakni kalimat normal dan kalimat inversi.
1. Kalimat Normal
Kalimat normal adalah kalimat yang umum kita jumpai, yakni diawali dengan Subjek. Pola kalimat normal adalah sebagai berikut.
• S-P
• S-P-O
• S-P-Pel
• S-P-O-Pel
2. Kalimat Inversi
Kalimat inversi adalah kalimat yang terbalik. Maksudnya terbalik adalah Predikat hadir terlebih dahulu sebelum paragraf. Pola kalimat inversi adalah P-S.
Contoh:
Terjadi
kebakaran.
P
S
Itulah konsep dasar tentang kalimat yang wajib kamu pahami. Setelah memahami unsur dan pola kalimat, kamu akan lebih mudah mengerjakan materi lebih lanjut, yakni kalimat inti dan kalimat efektif.