Konjungsi disebut juga dengan kata hubung atau kata sambung. Kata hubung termasuk kata tugas yang berfungsi menghubungkan kata dengan kata, frasa dengan frasa, klausa dengan klausa, kalimat dengan kalimat, dan paragraf dengan paragraf. Konjungsi antarklausa diletakkan di dalam satu kalimat yaitu di antara induk kalimat dan anak kalimat. Konjungsi antarkalimat diletakkan di awal kalimat untuk menghubungkan kalimat dengan kalimat. Kemudian, konjungsi antarparagraf diletakkan di awal paragraf untuk menghubungkan paragraf dengan paragraf.
A. Konjungsi Antarklausa (Intrakalimat)
Konjungsi antarklausa atau konjungsi intrakalimat adalah konjungsi yang menghubungkan kata dengan kata, frasa dengan frasa, klausa dengan klausa yang ada di dalam satu kalimat yang sama. Konjungsi intrakalimat dibagi menjadi dua, pertama konjungsi intrakalimat koordinatif (setara), dan kedua konjungsi intrakalimat subordinatif (bertingkat).
1. Konjungsi Intrakalimat koordinatif (setara)
Konjungsi intrakalimat koordinatif adalah konjungsi yang digunakan untuk menghubungkan kata dengan kata, frasa dengan frasa, atau klausa dengan klausa dalam satu kalimat setara. Artinya, baik kata, frasa maupun klausa yang dihubungkan dapat berdiri sendiri dan tidak saling menerangkan.
Konjungsi intrakalimat subordinatif adalah konjungsi yang digunakan untuk menghubungkan klausa dengan klausa dalam satu kalimat bertingkat. Kalimat bertingkat terdiri atas induk kalimat dan anak kalimat. Artinya klausa yang dihubungkan oleh konjungsi intrakalimat subordinatif berupa induk kalimat dan anak kalimat.
B. Konjungsi Antarkalimat
Konjungsi antarkalimat adalah konjungsi atau kata hubung yang menghubungkan kalimat dengan kalimat.
C. Konjungsi Antarparagraf
Konjungsi antarparagraf adalah konjungsi atau kata hubung yang menghubungkan paragraf dengan paragraf agar saling berkesinambungan.
D. Konjungsi Korelatif
Konjungsi korelatif adalah konjungsi atau kata hubung yang menghubungkan dua unsur kalimat atau lebih dengan kedudukan setara. Konjungsi korelatif juga berupa pasangan kata yang tidak bisa dipisahkan.
Konjungsi disebut juga dengan kata hubung atau kata sambung. Kata hubung termasuk kata tugas yang berfungsi menghubungkan kata dengan kata, frasa dengan frasa, klausa dengan klausa, kalimat dengan kalimat, dan paragraf dengan paragraf. Konjungsi antarklausa diletakkan di dalam satu kalimat yaitu di antara induk kalimat dan anak kalimat. Konjungsi antarkalimat diletakkan di awal kalimat untuk menghubungkan kalimat dengan kalimat. Kemudian, konjungsi antarparagraf diletakkan di awal paragraf untuk menghubungkan paragraf dengan paragraf.
A. Konjungsi Antarklausa (Intrakalimat)
Konjungsi antarklausa atau konjungsi intrakalimat adalah konjungsi yang menghubungkan kata dengan kata, frasa dengan frasa, klausa dengan klausa yang ada di dalam satu kalimat yang sama. Konjungsi intrakalimat dibagi menjadi dua, pertama konjungsi intrakalimat koordinatif (setara), dan kedua konjungsi intrakalimat subordinatif (bertingkat).
1. Konjungsi Intrakalimat koordinatif (setara)
Konjungsi intrakalimat koordinatif adalah konjungsi yang digunakan untuk menghubungkan kata dengan kata, frasa dengan frasa, atau klausa dengan klausa dalam satu kalimat setara. Artinya, baik kata, frasa maupun klausa yang dihubungkan dapat berdiri sendiri dan tidak saling menerangkan.
Konjungsi intrakalimat subordinatif adalah konjungsi yang digunakan untuk menghubungkan klausa dengan klausa dalam satu kalimat bertingkat. Kalimat bertingkat terdiri atas induk kalimat dan anak kalimat. Artinya klausa yang dihubungkan oleh konjungsi intrakalimat subordinatif berupa induk kalimat dan anak kalimat.
B. Konjungsi Antarkalimat
Konjungsi antarkalimat adalah konjungsi atau kata hubung yang menghubungkan kalimat dengan kalimat.
C. Konjungsi Antarparagraf
Konjungsi antarparagraf adalah konjungsi atau kata hubung yang menghubungkan paragraf dengan paragraf agar saling berkesinambungan.
D. Konjungsi Korelatif
Konjungsi korelatif adalah konjungsi atau kata hubung yang menghubungkan dua unsur kalimat atau lebih dengan kedudukan setara. Konjungsi korelatif juga berupa pasangan kata yang tidak bisa dipisahkan.
Afiksasi merupakan salah satu proses pembentukan kata berimbuhan baik kategori verba (kata kerja), nomina (kata benda), maupun adjektiva (kata sifat). Dalam bahasa Indonesia terdapat jenis-jenis imbuhan (afiks) salah satunya adalah konfiks. Konfiks merupakan imbuhan (afiks) yang terdiri atas prefiks (awalan) dan sufiks (akhiran) yang diletakkan di antara kata dasar.
Adapun contoh dari konfiks adalah sebagai berikut.
• ber-an,
• per-kan,
• per-i,
• ke-an,
• pe-an.
Proses afiksasi ini berkaitan dengan makna gramatikal atau makna yang didasarkan atas hubungan antara kata dengan kata lain dalam suatu frasa maupun klausa. Berikut penjelasan lebih dalam mengenai konfiks pada pembentukan verba, nomina, dan adjektiva.
A. Konfiks Pembentuk Verba (Kata Kerja)
Konfiks pembentuk verba merupakan awalan dan akhiran yang diletakkan antara kata dasar dan membentuk verba (kata kerja). Berikut beberapa contoh dari konfiks pembentuk verba.
1. Verba berkonfiks ber-an memiliki makna gramatikal ‘saling’.
Contoh:
• berpandangan artinya ‘saling pandang’.
• bersentuhan artinya ‘saling sentuh’.
2. Verba berkonfiks per-kan memiliki makna gramatikal ‘jadikan bahan per-an’.
Contoh:
•pertanyakan artinya ‘jadikan bahan pertanyaan’.
•perdebatkan artinya ‘jadikan bahan perdebatan’.
3. Verba berkonfiks per-kan memiliki makna gramatikal ‘lakukan supaya’.
Contoh:
•pertegaskan artinya ‘lakukan supaya tegas’.
•persamakan artinya ‘lakukan supaya sama’.
4. Verba berkonfiks per-i memiliki makna gramatikal ‘lakukan (kata dasar) pada objeknya’.
Contoh:
•persetujui artinya ‘lakukan setuju pada objeknya’.
•perlindungi artinya ‘lakukan lindung pada objeknya’.
5. Verba berkonfiks ke-an memiliki makna gramatikal ‘mengalami’, ‘terkena’ atau ‘menderita’.
Contoh:
•kebanjiran artinya ‘terkena banjir’.
•kelaparan artinya ‘mengalami lapar’.
B. Konfiks Pembentuk Nomina (Kata Benda)
Konfiks pembentuk nomina merupakan awalan dan akhiran yang diletakkan antara kata dasar dan membentuk nomina (kata benda). Berikut beberapa contoh dari konfiks pembentuk nomina.
1. Nomina berkonfiks pe-an memiliki makna gramatikal ‘hal atau proses me-kan (kata dasar)’.
Contoh:
•pemutihan artinya ‘hal memutihkan’.
•pemakaian artinya ‘hal memakaikan’.
C. Konfiks Pembentuk Adjektiva (Kata Sifat)
Konfiks pembentuk adjektiva merupakan awalan dan akhiran yang diletakkan antara kata dasar dan membentuk adjektiva (kata sifat). Berikut beberapa contoh dari konfiks pembentuk adjektiva.
1. Adjektiva berkonfiks ke-an memiliki makna gramatikal ‘agak’.
Contoh:
•kecoklatan artinya ‘agak coklat’.
•kehitaman artinya ‘agak hitam’.
•kebiruan artinya ‘agak biru’.
2. Adjektiva berkonfiks ke-an memiliki makna gramatikal ‘hal’.
Contoh:
•keberanian artinya ‘hal berani’.
•kekhawatiran artinya ‘hal khawatir’.
•ketakutan artinya ‘hal takut’.
3. Adjektiva berkonfiks ke-an memiliki makna gramatikal ‘mengalami’.
Contoh:
•kesepian artinya ‘mengalami sepi’.
•kepanasan artinya ‘mengalami panas’.
•kedinginan artinya ‘mengalami dingin’.
Demikian beberapa contoh dari konfiks baik kategori verba, nomina, maupun adjektiva. Namun, di dalam UTBK, makna dari konfiks tersebut disesuaikan dengan konteks kalimatnya.
Afiksasi merupakan salah satu proses pembentukan kata berimbuhan baik kategori verba (kata kerja), nomina (kata benda), maupun adjektiva (kata sifat). Dalam bahasa Indonesia terdapat jenis-jenis imbuhan (afiks) salah satunya adalah konfiks. Konfiks merupakan imbuhan (afiks) yang terdiri atas prefiks (awalan) dan sufiks (akhiran) yang diletakkan di antara kata dasar.
Adapun contoh dari konfiks adalah sebagai berikut.
• ber-an,
• per-kan,
• per-i,
• ke-an,
• pe-an.
Proses afiksasi ini berkaitan dengan makna gramatikal atau makna yang didasarkan atas hubungan antara kata dengan kata lain dalam suatu frasa maupun klausa. Berikut penjelasan lebih dalam mengenai konfiks pada pembentukan verba, nomina, dan adjektiva.
A. Konfiks Pembentuk Verba (Kata Kerja)
Konfiks pembentuk verba merupakan awalan dan akhiran yang diletakkan antara kata dasar dan membentuk verba (kata kerja). Berikut beberapa contoh dari konfiks pembentuk verba.
1. Verba berkonfiks ber-an memiliki makna gramatikal ‘saling’.
Contoh:
• berpandangan artinya ‘saling pandang’.
• bersentuhan artinya ‘saling sentuh’.
2. Verba berkonfiks per-kan memiliki makna gramatikal ‘jadikan bahan per-an’.
Contoh:
•pertanyakan artinya ‘jadikan bahan pertanyaan’.
•perdebatkan artinya ‘jadikan bahan perdebatan’.
3. Verba berkonfiks per-kan memiliki makna gramatikal ‘lakukan supaya’.
Contoh:
•pertegaskan artinya ‘lakukan supaya tegas’.
•persamakan artinya ‘lakukan supaya sama’.
4. Verba berkonfiks per-i memiliki makna gramatikal ‘lakukan (kata dasar) pada objeknya’.
Contoh:
•persetujui artinya ‘lakukan setuju pada objeknya’.
•perlindungi artinya ‘lakukan lindung pada objeknya’.
5. Verba berkonfiks ke-an memiliki makna gramatikal ‘mengalami’, ‘terkena’ atau ‘menderita’.
Contoh:
•kebanjiran artinya ‘terkena banjir’.
•kelaparan artinya ‘mengalami lapar’.
B. Konfiks Pembentuk Nomina (Kata Benda)
Konfiks pembentuk nomina merupakan awalan dan akhiran yang diletakkan antara kata dasar dan membentuk nomina (kata benda). Berikut beberapa contoh dari konfiks pembentuk nomina.
1. Nomina berkonfiks pe-an memiliki makna gramatikal ‘hal atau proses me-kan (kata dasar)’.
Contoh:
•pemutihan artinya ‘hal memutihkan’.
•pemakaian artinya ‘hal memakaikan’.
C. Konfiks Pembentuk Adjektiva (Kata Sifat)
Konfiks pembentuk adjektiva merupakan awalan dan akhiran yang diletakkan antara kata dasar dan membentuk adjektiva (kata sifat). Berikut beberapa contoh dari konfiks pembentuk adjektiva.
1. Adjektiva berkonfiks ke-an memiliki makna gramatikal ‘agak’.
Contoh:
•kecoklatan artinya ‘agak coklat’.
•kehitaman artinya ‘agak hitam’.
•kebiruan artinya ‘agak biru’.
2. Adjektiva berkonfiks ke-an memiliki makna gramatikal ‘hal’.
Contoh:
•keberanian artinya ‘hal berani’.
•kekhawatiran artinya ‘hal khawatir’.
•ketakutan artinya ‘hal takut’.
3. Adjektiva berkonfiks ke-an memiliki makna gramatikal ‘mengalami’.
Contoh:
•kesepian artinya ‘mengalami sepi’.
•kepanasan artinya ‘mengalami panas’.
•kedinginan artinya ‘mengalami dingin’.
Demikian beberapa contoh dari konfiks baik kategori verba, nomina, maupun adjektiva. Namun, di dalam UTBK, makna dari konfiks tersebut disesuaikan dengan konteks kalimatnya.
Afiksasi merupakan salah satu proses pembentukan kata berimbuhan baik kategori verba (kata kerja), nomina (kata benda), maupun adjektiva (kata sifat). Dalam bahasa Indonesia terdapat jenis-jenis imbuhan (afiks) salah satunya adalah prefiks. Prefiks merupakan imbuhan (afiks) yang terletak di depan kata dasar atau biasanya disebut sebagai awalan.
Adapun contoh dari prefiks adalah sebagai berikut.
• me-,
• di-,
• ke-,
• ber-,
• ter-,
• pe-,
• per-,
• se-.
Proses afiksasi ini berkaitan dengan makna gramatikal atau makna yang didasarkan atas hubungan antara kata dengan kata lain dalam suatu frasa maupun klausa. Berikut penjelasan lebih dalam mengenai prefiks pada pembentukan verba, nomina, dan adjektiva.
A. Prefiks Pembentuk Verba (Kata Kerja)
Prefiks pembentuk verba merupakan awalan yang dapat membentuk kata dasar menjadi verba (kata kerja). Berikut beberapa contoh dari prefiks pembentuk verba.
1. Verba berprefiks ber- memiliki makna gramatikal 'mempunyai' atau 'ada'.
Contoh:
• bersaudara artinya ‘mempunyai saudara’.
• bercita-cita artinya ‘mempunyai cita-cita’.
• berpintu artinya ‘ada pintunya’.
2. Verba berprefiks ber- memiliki makna gramatikal 'menggunakan' atau 'memakai'.
Contoh:
• berdasi artinya ‘menggunakan dasi’.
• berpakaian artinya ‘menggunakan pakaian’.
• bermobil artinya ‘menggunakan mobil’.
3. Verba berprefiks ber- memiliki makna gramatikal 'berada dalam keadaan' atau 'mengalami'.
Contoh:
• bersedih artinya ‘dalam keadaan sedih’.
• bergembira artinya ‘dalam keadaan gembira’
• bersukacita artinya ‘dalam keadaan sukacita’.
4. Verba berprefiks ber- memiliki makna gramatikal ‘memberi’.
Contoh:
• berpetuah artinya ‘memberi petuah (nasihat)’.
• berceramah artinya ‘memberi ceramah’.
5. Verba berprefiks per- memiliki makna gramatikal ‘jadikan lebih’.
Contoh:
• percepat artinya ‘jadikan lebih cepat’.
• perindah artinya ‘jadikan lebih indah’.
• perjelas artinya ‘jadikan lebih jelas’.
6. Verba berprefiks per- memiliki makna gramatikal ‘jadikan’.
Contoh:
• peristri artinya ‘jadikan istri’.
• perteman artinya ‘jadikan teman’.
• peranak artinya ‘jadikan anak’.
7. Verba berprefiks per- memiliki makna gramatikal ‘bagi’.
Contoh:
• perdua artinya ‘bagi dua’.
• perseribu artinya ‘bagi seribu’.
• perseratus artinya ‘bagi seratus’.
8. Verba berprefiks ter- memiliki makna gramatikal ‘terjadi dengan tiba-tiba’.
Contoh:
• teringat artinya ‘tiba-tiba ingat’.
• terjatuh artinya ‘tiba-tiba jatuh’.
B. Prefiks Pembentuk Nomina (Kata Benda)
Prefiks pembentuk nomina merupakan awalan yang dapat membentuk kata dasar menjadi nomina (kata kerja). Berikut beberapa contoh dari prefiks pembentuk nomina.
1. Nomina berprefiks ter- memiliki makna gramatikal ‘yang di- (kata dasar)’. Biasanya prefiks ter- pada nomina hanya terdapat pada istilah yang berkaitan dengan bidang hukum.
Contoh:
• terdakwa artinya ‘yang didakwa’.
• tersangka artinya ‘yang disangka’.
• terpidana artinya ‘yang dipidana’.
C. Prefiks Pembentuk Adjektiva (Kata Sifat)
Prefiks pembentuk adjektiva merupakan awalan yang dapat membentuk kata dasar menjadi adjektiva (kata sifat). Berikut beberapa contoh dari prefiks pembentuk adjektiva.
1. Adjektiva berprefiks pe- memiliki makna gramatikal ‘yang memiliki sifat’.
Contoh:
• pemalu artinya ‘yang memiliki sifat malu’.
• pemarah artinya ‘yang memiliki sifat marah’.
• pemalas artinya ‘yang memiliki sifat malas’.
2. Adjektiva berprefiks se- memiliki makna gramatikal ‘sama (kata dasar) dengan nomina yang mengikutinya'.
Contoh:
• setinggi tiang artinya ‘sama tinggi dengan tiang’.
• semahal rumah ‘sama mahal dengan rumah’.
3. Adjektiva berprefiks ter- memiliki makna gramatikal ‘paling’.
Contoh:
• tertampan artinya ‘paling tampan’.
• terbaik artinya ‘paling baik’.
• tercantik artinya ‘paling cantik’.
Demikian beberapa contoh dari prefiks baik kategori verba, nomina, maupun adjektiva. Namun, di dalam UTBK, makna dari prefiks tersebut disesuaikan dengan konteks kalimatnya.
Afiksasi merupakan salah satu proses pembentukan kata berimbuhan baik kategori verba (kata kerja), nomina (kata benda), maupun adjektiva (kata sifat). Dalam bahasa Indonesia terdapat jenis-jenis imbuhan (afiks) salah satunya adalah prefiks. Prefiks merupakan imbuhan (afiks) yang terletak di depan kata dasar atau biasanya disebut sebagai awalan.
Adapun contoh dari prefiks adalah sebagai berikut.
• me-,
• di-,
• ke-,
• ber-,
• ter-,
• pe-,
• per-,
• se-.
Proses afiksasi ini berkaitan dengan makna gramatikal atau makna yang didasarkan atas hubungan antara kata dengan kata lain dalam suatu frasa maupun klausa. Berikut penjelasan lebih dalam mengenai prefiks pada pembentukan verba, nomina, dan adjektiva.
A. Prefiks Pembentuk Verba (Kata Kerja)
Prefiks pembentuk verba merupakan awalan yang dapat membentuk kata dasar menjadi verba (kata kerja). Berikut beberapa contoh dari prefiks pembentuk verba.
1. Verba berprefiks ber- memiliki makna gramatikal 'mempunyai' atau 'ada'.
Contoh:
• bersaudara artinya ‘mempunyai saudara’.
• bercita-cita artinya ‘mempunyai cita-cita’.
• berpintu artinya ‘ada pintunya’.
2. Verba berprefiks ber- memiliki makna gramatikal 'menggunakan' atau 'memakai'.
Contoh:
• berdasi artinya ‘menggunakan dasi’.
• berpakaian artinya ‘menggunakan pakaian’.
• bermobil artinya ‘menggunakan mobil’.
3. Verba berprefiks ber- memiliki makna gramatikal 'berada dalam keadaan' atau 'mengalami'.
Contoh:
• bersedih artinya ‘dalam keadaan sedih’.
• bergembira artinya ‘dalam keadaan gembira’
• bersukacita artinya ‘dalam keadaan sukacita’.
4. Verba berprefiks ber- memiliki makna gramatikal ‘memberi’.
Contoh:
• berpetuah artinya ‘memberi petuah (nasihat)’.
• berceramah artinya ‘memberi ceramah’.
5. Verba berprefiks per- memiliki makna gramatikal ‘jadikan lebih’.
Contoh:
• percepat artinya ‘jadikan lebih cepat’.
• perindah artinya ‘jadikan lebih indah’.
• perjelas artinya ‘jadikan lebih jelas’.
6. Verba berprefiks per- memiliki makna gramatikal ‘jadikan’.
Contoh:
• peristri artinya ‘jadikan istri’.
• perteman artinya ‘jadikan teman’.
• peranak artinya ‘jadikan anak’.
7. Verba berprefiks per- memiliki makna gramatikal ‘bagi’.
Contoh:
• perdua artinya ‘bagi dua’.
• perseribu artinya ‘bagi seribu’.
• perseratus artinya ‘bagi seratus’.
8. Verba berprefiks ter- memiliki makna gramatikal ‘terjadi dengan tiba-tiba’.
Contoh:
• teringat artinya ‘tiba-tiba ingat’.
• terjatuh artinya ‘tiba-tiba jatuh’.
B. Prefiks Pembentuk Nomina (Kata Benda)
Prefiks pembentuk nomina merupakan awalan yang dapat membentuk kata dasar menjadi nomina (kata kerja). Berikut beberapa contoh dari prefiks pembentuk nomina.
1. Nomina berprefiks ter- memiliki makna gramatikal ‘yang di- (kata dasar)’. Biasanya prefiks ter- pada nomina hanya terdapat pada istilah yang berkaitan dengan bidang hukum.
Contoh:
• terdakwa artinya ‘yang didakwa’.
• tersangka artinya ‘yang disangka’.
• terpidana artinya ‘yang dipidana’.
C. Prefiks Pembentuk Adjektiva (Kata Sifat)
Prefiks pembentuk adjektiva merupakan awalan yang dapat membentuk kata dasar menjadi adjektiva (kata sifat). Berikut beberapa contoh dari prefiks pembentuk adjektiva.
1. Adjektiva berprefiks pe- memiliki makna gramatikal ‘yang memiliki sifat’.
Contoh:
• pemalu artinya ‘yang memiliki sifat malu’.
• pemarah artinya ‘yang memiliki sifat marah’.
• pemalas artinya ‘yang memiliki sifat malas’.
2. Adjektiva berprefiks se- memiliki makna gramatikal ‘sama (kata dasar) dengan nomina yang mengikutinya'.
Contoh:
• setinggi tiang artinya ‘sama tinggi dengan tiang’.
• semahal rumah ‘sama mahal dengan rumah’.
3. Adjektiva berprefiks ter- memiliki makna gramatikal ‘paling’.
Contoh:
• tertampan artinya ‘paling tampan’.
• terbaik artinya ‘paling baik’.
• tercantik artinya ‘paling cantik’.
Demikian beberapa contoh dari prefiks baik kategori verba, nomina, maupun adjektiva. Namun, di dalam UTBK, makna dari prefiks tersebut disesuaikan dengan konteks kalimatnya.
Kombinasi afiks tidak sama dengan konfiks. Kombinasi afiks merupakan kombinasi afiks-afiks (imbuhan-imbuhan) yang memiliki bentuk serta makna gramatikal tersendiri dan dibubuhkan secara bersamaan pada bentuk dasar. Contoh kombinasi afiks, yaitu me-kan, me-i, memper-kan, memper-i, ber-kan, ter-kan, per-kan, pe-an, dan se-nya.
Contoh:
• me-kan → mengajarkan
• me-i → mendekati
• memper-kan → memperhatikan
• memper-i → memperbaiki
• ber-an → bermuatan
• ter-kan → terselesaikan
• per-kan → perkenalkan
• pe-an → pengiriman
• se-nya → semestinya
Pemakaian afiks dapat mengubah kelas kata. Berikut ini perubahan kombinasi afiks yang mengubah kelas kata.
Kombinasi afiks pembentuk kata kerja (verba) • ter-kan → terabaikan
Kombinasi afiks pembentuk kata benda (nomina) • pe-an → pemeriksaan
Kombinasi afiks pembentuk kata keterangan • se-nya → seharusnya
Kombinasi afiks tidak sama dengan konfiks. Kombinasi afiks merupakan kombinasi afiks-afiks (imbuhan-imbuhan) yang memiliki bentuk serta makna gramatikal tersendiri dan dibubuhkan secara bersamaan pada bentuk dasar. Contoh kombinasi afiks, yaitu me-kan, me-i, memper-kan, memper-i, ber-kan, ter-kan, per-kan, pe-an, dan se-nya.
Contoh:
• me-kan → mengajarkan
• me-i → mendekati
• memper-kan → memperhatikan
• memper-i → memperbaiki
• ber-an → bermuatan
• ter-kan → terselesaikan
• per-kan → perkenalkan
• pe-an → pengiriman
• se-nya → semestinya
Pemakaian afiks dapat mengubah kelas kata. Berikut ini perubahan kombinasi afiks yang mengubah kelas kata.
Kombinasi afiks pembentuk kata kerja (verba) • ter-kan → terabaikan
Kombinasi afiks pembentuk kata benda (nomina) • pe-an → pemeriksaan
Kombinasi afiks pembentuk kata keterangan • se-nya → seharusnya
Sufiks merupakan imbuhan (afiks) yang terletak atau ditambahkan pada akhir kata serta biasanya disebut sebagai akhiran. Dalam bahasa Indonesia, contoh akhiranyakni –an, -kan, dan –i. Contoh: • -an: tulisan, tatapan, tantangan
• -i : temui, sukai, pandangi
• -kan :tumbuhkan, sampaikan, umumkan
Pembentukan kata dengan akhiran tersebut sederhana dan tidak banyak menimbulkan permasalahan. Permasalahan yang sering muncul adalah pembentukan akhiran yang berasal dari bahasa asing, contohnya –isasi. Dalam bahasa Indonesia, imbuhan –isasi yang sering digunakan berasal dari –isatie (Belanda) atau –ization (Inggris).
Contoh:
• modernisatie, modernization → modernisasi
• normalisatie, normalization → normalisasi
• legalisatie, legalization → legalisasi
• neutralisatie, neutralization → netralisasi
Berdasarkan contoh tersebut, dapat diketahui bahwa penyerapan dalam imbuhan –isasi tidak dilakukan secara terpisah atau tersendiri, melainkan penyerapan secara utuh beserta bentuk dasar yang dilekatinya. Imbuhan –isasi tidak selayaknya digunakan sebagai pembentuk kata baru karena tidak diserap ke dalam bahasa Indonesia.
Selain imbuhan –isasi, kesalahan imbuhan asing –ir juga sering dialami oleh penutur jati bahasa Indonesia. Kesalahan tersebut misalnya terjadi pada pembentukan kata koordinir, publisir, legalisir, proklamir, dan manipulir. Pemakaian imbuhan asing tersebut tidak tepat digunakan karena penyerapannya dari bahasa Belanda tidak dilakukan secara tepat. Seharusnya kata-kata tersebut digunakan dalam bentuk sebagai berikut:
• koordinir → koordinasi
• publisir → publikasi
• legalisir → legalisasi
• proklamir → proklamasi
• produsir → produksi
• manipulir → manipulasi
Imbuhan –wan dan –man juga berasal dari bahasa asing, yaitu bahasa Sanskerta. Akan tetapi, hadirnya imbuhan tersebut telah diterima penggunaannya dalam bahasa Indonesia sebagai pembentuk kata yang bermakna ‘orang’. Imbuhan –man umumnya digunakan pada bentuk dasar yang berakhiran vokal /i/.
Contoh:
• budi + -man → budiman
• seni+ -man → seniman
Berbeda halnya dengan imbuhan –wan yang telah lazim digunakan pada bentuk dasar yang berakhiran selain /i/. Akan, masih mungkin terjadi jika imbuhan –wan dapat digunakan pada bentuk dasar yang berakhiran vokal /i/.
Contoh:
• drama+ -wan → dramawan
• karya+ -wan → karyawan
• warta+ -wan → wartawan
• rohani+ -wan → rohaniwan
Selain itu, imbuhan -wan memiliki variasi lain yang meruju pada ‘orang (perempuan)’. Bentukan kata -wan yang disebutkan berpasangan dengan bentukan kata dengan imbuhan -wati pada contoh berikut. Ini.
Contoh:
• seniman → seniwati
• dramawan → dramawati
• karyawan → karyawati
• wartawan → wartawati
Dalam bahasa Indonesia, imbuhan –wan jauh lebih sering digunakan dan produktif dibandingkan dengan imbuhan –man. Potensi sebagai pembentuk kata baru dari imbuhan ini cukup besar ini.
Contoh:
• physician → fisikawan
• mathematician → matematikawan
• cameraman → kamerawan
Pemakaian afiks dapat mengubah kelas kata. Berikut merupakan perubahan sufiks yang mengubah kelas kata.
Sufiks merupakan imbuhan (afiks) yang terletak atau ditambahkan pada akhir kata serta biasanya disebut sebagai akhiran. Dalam bahasa Indonesia, contoh akhiranyakni –an, -kan, dan –i. Contoh: • -an: tulisan, tatapan, tantangan
• -i : temui, sukai, pandangi
• -kan :tumbuhkan, sampaikan, umumkan
Pembentukan kata dengan akhiran tersebut sederhana dan tidak banyak menimbulkan permasalahan. Permasalahan yang sering muncul adalah pembentukan akhiran yang berasal dari bahasa asing, contohnya –isasi. Dalam bahasa Indonesia, imbuhan –isasi yang sering digunakan berasal dari –isatie (Belanda) atau –ization (Inggris).
Contoh:
• modernisatie, modernization → modernisasi
• normalisatie, normalization → normalisasi
• legalisatie, legalization → legalisasi
• neutralisatie, neutralization → netralisasi
Berdasarkan contoh tersebut, dapat diketahui bahwa penyerapan dalam imbuhan –isasi tidak dilakukan secara terpisah atau tersendiri, melainkan penyerapan secara utuh beserta bentuk dasar yang dilekatinya. Imbuhan –isasi tidak selayaknya digunakan sebagai pembentuk kata baru karena tidak diserap ke dalam bahasa Indonesia.
Selain imbuhan –isasi, kesalahan imbuhan asing –ir juga sering dialami oleh penutur jati bahasa Indonesia. Kesalahan tersebut misalnya terjadi pada pembentukan kata koordinir, publisir, legalisir, proklamir, dan manipulir. Pemakaian imbuhan asing tersebut tidak tepat digunakan karena penyerapannya dari bahasa Belanda tidak dilakukan secara tepat. Seharusnya kata-kata tersebut digunakan dalam bentuk sebagai berikut:
• koordinir → koordinasi
• publisir → publikasi
• legalisir → legalisasi
• proklamir → proklamasi
• produsir → produksi
• manipulir → manipulasi
Imbuhan –wan dan –man juga berasal dari bahasa asing, yaitu bahasa Sanskerta. Akan tetapi, hadirnya imbuhan tersebut telah diterima penggunaannya dalam bahasa Indonesia sebagai pembentuk kata yang bermakna ‘orang’. Imbuhan –man umumnya digunakan pada bentuk dasar yang berakhiran vokal /i/.
Contoh:
• budi + -man → budiman
• seni+ -man → seniman
Berbeda halnya dengan imbuhan –wan yang telah lazim digunakan pada bentuk dasar yang berakhiran selain /i/. Akan, masih mungkin terjadi jika imbuhan –wan dapat digunakan pada bentuk dasar yang berakhiran vokal /i/.
Contoh:
• drama+ -wan → dramawan
• karya+ -wan → karyawan
• warta+ -wan → wartawan
• rohani+ -wan → rohaniwan
Selain itu, imbuhan -wan memiliki variasi lain yang meruju pada ‘orang (perempuan)’. Bentukan kata -wan yang disebutkan berpasangan dengan bentukan kata dengan imbuhan -wati pada contoh berikut. Ini.
Contoh:
• seniman → seniwati
• dramawan → dramawati
• karyawan → karyawati
• wartawan → wartawati
Dalam bahasa Indonesia, imbuhan –wan jauh lebih sering digunakan dan produktif dibandingkan dengan imbuhan –man. Potensi sebagai pembentuk kata baru dari imbuhan ini cukup besar ini.
Contoh:
• physician → fisikawan
• mathematician → matematikawan
• cameraman → kamerawan
Pemakaian afiks dapat mengubah kelas kata. Berikut merupakan perubahan sufiks yang mengubah kelas kata.
Kata merupakan satuan bahasa yang memiliki makna. Pada materi UTBK tentang perbaikan kata, kita harus mengetahui terlebih dahulu klasifikasi kata yang ditanyakan pada soal. Kemudian, kita menganalisis kata tersebut berdasarkan soal yang ditanyakan, dapat berupa makna kata, kesalahan imbuhan pada kata, arti imbuhan pada kata, penggantian kata yang sesuai dengan konteks kalimat, dan sebagainya.
A. Kata Dasar
Kata yang menjadi dasar untuk pembentukan kata. Kata dasar tidak diberikan imbuhan apapun.
Contoh:
• Dia pergi ke pasar.
• Bunga itu sangat mahal.
• Boneka itu lucu.
B. Gabungan Kata
1. Bentuk terikat yang ditulis serangkai dengan kata yang mengikutinya.
Contoh:
• adibusana
• antarkota
• antibiotik
2. Bentuk terikat yang diikuti oleh kata yang menggunakan huruf awal kapital atau singkatan yang berupa huruf kapital, maka digabungkan dengan tanda hubung (-).
Contoh:
• non-ASEAN
• anti-MSG
• pro-Barat
3. Bentuk maha yang diikuti oleh kata dasar yang mengacu pada nama atau sifat Tuhan ditulis serangkai dengan kata yang mengikutinya.
Contoh:
• Semoga Tuhan Yang Mahakuasa melindungi kita.
• Tuhan Yang Mahabijaksana dalam menentukan arah hidup kita
4. Adapun bentuk yang ditulis tidak serangkai atau ditulis terpisah dengan huruf awal kapital yaitu bentuk maha yang diikuti dengan bentukan kata atau kata turunan yang mengacu pada nama atau sifat Tuhan.
Contoh:
• Kita berdoa kepada Tuhan Yang Maha Pemberi.
• Marilah bersama-sama meminta kepada Tuhan Yang Maha Penolong.
5. Gabungan kata yang dapat menimbulkan kesalahpahaman yang berhubungan dengan maknanya, maka ditulis dengan memberikan tanda hubung (-) di antara unsur-unsurnya.
Contoh:
• Anak-istri pejabat berbeda maknanya dengan anak istri-pejabat.
• Buku-sejarah baru berbeda maknanya dengan buku sejarah-baru.
• Ibu-bapak kami berbeda maknanya dengan ibu bapak-kami.
6. Gabungan kata yang penulisannya memang dipisah, tetap ditulis terpisah meskipun mendapat imbuhan (awalan atau akhiran).
Contoh:
• bertepuk tangan
• garis bawahi
• sebar luaskan
7. Gabungan kata yang mendapat awalan atau akhiran ditulis serangkai.
Contoh:
• pertanggungjawaban
• penghancurleburan
• dilipatgandakan
8. Gabungan kata yang sudah padu ditulis serangkai.
Contoh:
• apalagi
• barangkali
• bilamana
C. Kata Ulang (Reduplikasi)
Proses pengulangan bentuk kata dasar yang menggunakan tanda hubung (-) di antara unsur-unsurnya. Hal ini merupakan pengulangan kata dasar secara keseluruhan.
Contoh:
• buku-buku
• anak-anak
• hati-hati
Adapun proses pengulangan bentuk gabungan kata ditulis dengan hanya mengulang unsur pertama.
Contoh:
• rakbuku menjadi rak-rak buku
• surat kabar menjadi surat-surat kabar
• kapal barang menjadi kapal-kapalbarang
D. Kata Majemuk
Unsur gabungan kata yang umum digunakan disebut kata majemuk, termasuk istilah-istilah khusus yang juga ditulis dengan cara terpisah.
Contoh:
• orang tua
• simpang empat
• persegi panjang
• meja tulis
E. Partikel
F. Kata Sandang
G. Singkatan dan Akronim
1. Singkatan
2. Akronim
Akronim merupakan proses pembentukan sebuah kata dengan cara menyingkat sebuah konsep yang direalisasikan ke dalam sebuah konstruk yang lebih dari sebuah kata.
Kata merupakan satuan bahasa yang memiliki makna. Pada materi UTBK tentang perbaikan kata, kita harus mengetahui terlebih dahulu klasifikasi kata yang ditanyakan pada soal. Kemudian, kita menganalisis kata tersebut berdasarkan soal yang ditanyakan, dapat berupa makna kata, kesalahan imbuhan pada kata, arti imbuhan pada kata, penggantian kata yang sesuai dengan konteks kalimat, dan sebagainya.
A. Kata Dasar
Kata yang menjadi dasar untuk pembentukan kata. Kata dasar tidak diberikan imbuhan apapun.
Contoh:
• Dia pergi ke pasar.
• Bunga itu sangat mahal.
• Boneka itu lucu.
B. Gabungan Kata
1. Bentuk terikat yang ditulis serangkai dengan kata yang mengikutinya.
Contoh:
• adibusana
• antarkota
• antibiotik
2. Bentuk terikat yang diikuti oleh kata yang menggunakan huruf awal kapital atau singkatan yang berupa huruf kapital, maka digabungkan dengan tanda hubung (-).
Contoh:
• non-ASEAN
• anti-MSG
• pro-Barat
3. Bentuk maha yang diikuti oleh kata dasar yang mengacu pada nama atau sifat Tuhan ditulis serangkai dengan kata yang mengikutinya.
Contoh:
• Semoga Tuhan Yang Mahakuasa melindungi kita.
• Tuhan Yang Mahabijaksana dalam menentukan arah hidup kita
4. Adapun bentuk yang ditulis tidak serangkai atau ditulis terpisah dengan huruf awal kapital yaitu bentuk maha yang diikuti dengan bentukan kata atau kata turunan yang mengacu pada nama atau sifat Tuhan.
Contoh:
• Kita berdoa kepada Tuhan Yang Maha Pemberi.
• Marilah bersama-sama meminta kepada Tuhan Yang Maha Penolong.
5. Gabungan kata yang dapat menimbulkan kesalahpahaman yang berhubungan dengan maknanya, maka ditulis dengan memberikan tanda hubung (-) di antara unsur-unsurnya.
Contoh:
• Anak-istri pejabat berbeda maknanya dengan anak istri-pejabat.
• Buku-sejarah baru berbeda maknanya dengan buku sejarah-baru.
• Ibu-bapak kami berbeda maknanya dengan ibu bapak-kami.
6. Gabungan kata yang penulisannya memang dipisah, tetap ditulis terpisah meskipun mendapat imbuhan (awalan atau akhiran).
Contoh:
• bertepuk tangan
• garis bawahi
• sebar luaskan
7. Gabungan kata yang mendapat awalan atau akhiran ditulis serangkai.
Contoh:
• pertanggungjawaban
• penghancurleburan
• dilipatgandakan
8. Gabungan kata yang sudah padu ditulis serangkai.
Contoh:
• apalagi
• barangkali
• bilamana
C. Kata Ulang (Reduplikasi)
Proses pengulangan bentuk kata dasar yang menggunakan tanda hubung (-) di antara unsur-unsurnya. Hal ini merupakan pengulangan kata dasar secara keseluruhan.
Contoh:
• buku-buku
• anak-anak
• hati-hati
Adapun proses pengulangan bentuk gabungan kata ditulis dengan hanya mengulang unsur pertama.
Contoh:
• rakbuku menjadi rak-rak buku
• surat kabar menjadi surat-surat kabar
• kapal barang menjadi kapal-kapalbarang
D. Kata Majemuk
Unsur gabungan kata yang umum digunakan disebut kata majemuk, termasuk istilah-istilah khusus yang juga ditulis dengan cara terpisah.
Contoh:
• orang tua
• simpang empat
• persegi panjang
• meja tulis
E. Partikel
F. Kata Sandang
G. Singkatan dan Akronim
1. Singkatan
2. Akronim
Akronim merupakan proses pembentukan sebuah kata dengan cara menyingkat sebuah konsep yang direalisasikan ke dalam sebuah konstruk yang lebih dari sebuah kata.
Berdasarkan fungsi dan dan maknanya, kata dalam tata kalimat Bahasa Indonesia dikelompokkan menjadi: A) Verba (kata kerja), B) Nomina (kata benda), C) Adjektiva (kata sifat), D) Adverbia (kata keterangan), E) Pronomina (kata ganti), F) Numeralia (kata bilangan), G) Konjungsi (kata hubung), H) Preposisi (kata depan), dan I) Interjeksi (kata seru). Berikut merupakan penjabaran dan contohnya.
A. Verba (Kata Kerja)
Verba (kata kerja) merupakan kata yang menyatakan perbuatan atau tindakan.
B. Nomina (Kata Benda)
Nomina (kata benda) merupakan kata yang menyatakan benda. Nomina memiliki ciri tidak dapat didahului oleh adverbia (kata keterangan) yang menyatakan penyangkalan yaitu tidak. Jadi, kata-kata meja, kucing, bulan, bintang, dan rumah termasuk nomina (kata benda) karena tidak dapat didahului oleh adverbia yang menyatakan penyangkalan yaitu tidak.
C. Adjektiva (Kata Sifat)
Adjektiva (kata sifat) merupakan kata yang menerangkan nomina (kata benda) dan dapat digabungkan dengan kata sangat, lebih, sekali.
D. Adverbia (Kata Keterangan)
Adverbia (kata keterangan) merupakan kata yang memberikan keterangan pada verba, adjektiva, nomina yang menyatakan predikat, atau kalimat.
E. Pronomina (Kata Ganti)
Pronomina (kata ganti) merupakan kata yang digunakan untuk menggantikan orang atau benda.
Adapun pronomina (kata ganti) yang digunakan untuk menggantikan orang disebut juga dengan pronomina personalia/pronomina personal.
F. Numeralia (Kata Bilangan)
Numeralia (kata bilangan) merupakan kata yang menunjukkan bilangan, jumlah, nomor, urutan, dan kumpulan.
Selain numeralia (kata bilangan), terdapat juga kata bantu bilangan disebut juga sebagai kata penggolong bilangan, yaiu kata yang digunakan untuk tanda pengenal nomina (kata benda) tertentu dan ditempatkan di antara kata bilangan dan nominanya. Kata bantu bilangan yang digunakan umumnya adalah orang untuk manusia, ekor untuk binatang, dan buah untuk benda umum. Adapun secara spesifik digunakan juga kata-kata batang, butir, helai, pucuk, tangkai, rumpun, dan lain-lain.
G. Preposisi (Kata Depan)
Preposisi (kata depan) merupakan kata yang terdapat di depan nomina (kata benda) atau kata-kata yang digunakan untuk merangkaikan nomina (kata benda) dengan verba (kata kerja) dalam suatu klausa, misalnya di, ke, dari, dan dengan.
Kata depan di, ke, dan dari ditulis terpisah dari kata yang mengikutinya.
Contoh:
Di mana Minho sekarang?
Pekan lalu, Cha eun woo berwisata ke Candi Borobudur.
Jukyung pindah dari rumah aslinya.
Adapun contoh kata yang ditulis serangkai, yaitu keluar, daripada, kemari, kepada.
H. Interjeksi (Kata Seru)
Interjeksi (kata seru) merupakan kata yang menyatakan perasaan batin, misalnya senang, terkejut, marah, kesal, kagum, sedih, dan lain-lain.
Berdasarkan fungsi dan dan maknanya, kata dalam tata kalimat Bahasa Indonesia dikelompokkan menjadi: A) Verba (kata kerja), B) Nomina (kata benda), C) Adjektiva (kata sifat), D) Adverbia (kata keterangan), E) Pronomina (kata ganti), F) Numeralia (kata bilangan), G) Konjungsi (kata hubung), H) Preposisi (kata depan), dan I) Interjeksi (kata seru). Berikut merupakan penjabaran dan contohnya.
A. Verba (Kata Kerja)
Verba (kata kerja) merupakan kata yang menyatakan perbuatan atau tindakan.
B. Nomina (Kata Benda)
Nomina (kata benda) merupakan kata yang menyatakan benda. Nomina memiliki ciri tidak dapat didahului oleh adverbia (kata keterangan) yang menyatakan penyangkalan yaitu tidak. Jadi, kata-kata meja, kucing, bulan, bintang, dan rumah termasuk nomina (kata benda) karena tidak dapat didahului oleh adverbia yang menyatakan penyangkalan yaitu tidak.
C. Adjektiva (Kata Sifat)
Adjektiva (kata sifat) merupakan kata yang menerangkan nomina (kata benda) dan dapat digabungkan dengan kata sangat, lebih, sekali.
D. Adverbia (Kata Keterangan)
Adverbia (kata keterangan) merupakan kata yang memberikan keterangan pada verba, adjektiva, nomina yang menyatakan predikat, atau kalimat.
E. Pronomina (Kata Ganti)
Pronomina (kata ganti) merupakan kata yang digunakan untuk menggantikan orang atau benda.
Adapun pronomina (kata ganti) yang digunakan untuk menggantikan orang disebut juga dengan pronomina personalia/pronomina personal.
F. Numeralia (Kata Bilangan)
Numeralia (kata bilangan) merupakan kata yang menunjukkan bilangan, jumlah, nomor, urutan, dan kumpulan.
Selain numeralia (kata bilangan), terdapat juga kata bantu bilangan disebut juga sebagai kata penggolong bilangan, yaiu kata yang digunakan untuk tanda pengenal nomina (kata benda) tertentu dan ditempatkan di antara kata bilangan dan nominanya. Kata bantu bilangan yang digunakan umumnya adalah orang untuk manusia, ekor untuk binatang, dan buah untuk benda umum. Adapun secara spesifik digunakan juga kata-kata batang, butir, helai, pucuk, tangkai, rumpun, dan lain-lain.
G. Preposisi (Kata Depan)
Preposisi (kata depan) merupakan kata yang terdapat di depan nomina (kata benda) atau kata-kata yang digunakan untuk merangkaikan nomina (kata benda) dengan verba (kata kerja) dalam suatu klausa, misalnya di, ke, dari, dan dengan.
Kata depan di, ke, dan dari ditulis terpisah dari kata yang mengikutinya.
Contoh:
Di mana Minho sekarang?
Pekan lalu, Cha eun woo berwisata ke Candi Borobudur.
Jukyung pindah dari rumah aslinya.
Adapun contoh kata yang ditulis serangkai, yaitu keluar, daripada, kemari, kepada.
H. Interjeksi (Kata Seru)
Interjeksi (kata seru) merupakan kata yang menyatakan perasaan batin, misalnya senang, terkejut, marah, kesal, kagum, sedih, dan lain-lain.