pak_dosen@pak_dosen

Joined 09 Dec 2017

pak_dosen


pak_dosen


Pemakaian Tanda Baca Berdasarkan Ejaan yang Disempurnakan (EYD)
 

Pemakaian tanda baca merupakan salah satu subbab yang dapat ditemukan dalam materi UTBK. Pemakaian tanda baca dapat ditemukan pada soal-soal TPS seperti Pemahaman Bacaan dan Menulis (PBM). Ada jenis soal seperti perbaikan tanda baca dan perbaikan kalimat yang dapat dijawab dengan memahami pemakaian tanda baca. Jadi, bagaimana pemakaian tanda baca yang baik dan benar menurut PUEBI? Yuk, lihat dan simak penjelasan berikut!

 

A. Tanda Titik (.)

1. Akhir kalimat yang berupa pernyataan harus diakhiri menggunakan tanda titik.
Contoh: 

• Aku akan selalu ada untukmu.

• Dia akan pergi ke Korea Selatan.

2. Bagian belakang angka atau huruf yang terdapat dalam suatu bagan, ikhtisar, atau daftar menggunakan tanda titik.
Contoh:

Kelas Kata dalam Bahasa Indonesia
• Kata
   - Kata Dasar
   - Kata Berimbuhan
• Frasa
   1) Frasa Endosentris
   2) Frasa Eksosentris
       - Frasa Endosentris Atributif
       - Frasa Endosentris Apositif 

Pengecualian:
• Angka atau huruf yang sudah memiliki tanda kurung dalam suatu perincian tidak menggunakan tanda titik.
Contoh:
   - 1) peran perempuan di era digital
   - a) masalah sosial di masa pandemi.

• Akhir penomoran digital yang terdiri atas lebih dari satu angka tidak menggunakan tanda titik.
Contoh: 
   - 1.2 Ilustrasi
   - 1.2.1 Gambar Tangan
   - 1.2.2 Tabel

• Bagian belakang angka atau angka terakhir yang terdapat dalam penomoran deret digital yang lebih dari satu angka dalam judul bagan, grafik, tabel atau gambar tidak menggunakan tanda titik.
Contoh: 
   - Tabel 1 Kondisi Kesehatan Perempuan di Jawa Tengah
   - Bagan 2.1 Bagian Umum

3. Angka detik, menit, jam yang menunjukkan waktu atau jangka waktu dipisahkan menggunakan tanda titik.
Contoh:

• pukul 05.29.19 (pukul 5 lewat 29 menit 19 detik atau pukul 5, 29 menit, 19 detik)
• 03.20.15 jam (3 jam, 20 menit, 15 detik)
• 00.40.10 jam (40 menit, 10 detik)
• 00.00.45 jam (45 detik)

4. Penulisan daftar pustaka harus menggunakan tanda titik di antara nama penulis, tahun terbit, judul tulisan (yang tidak diakhiri dengan tanda tanya atau tanda seru), dan tempat/lokasi terbit.
Contoh: 

• Kridalaksana, Harimurti. 2005. Kelas Kata dalam Bahasa Indonesia. Jakarta: Gramedia Pustaka Utama
• Ramlan, M. 1985. Tata Bahasa Indonesia: Penggolongan Kata. Yogyakarta: Andi Offset.

5. Bilangan ribuan atau kelipatannya yang menunjukkan jumlah dipisahkan menggunakan tanda titik.
Contoh: 

• Kasus positif Covid-19 di Jawa Barat mencapai 210.000 kasus.
• Penduduk Jakarta lebih dari 13.000.000 orang.
• Anggaran Kementerian Pertanian itu mencapai Rp255.000.000.000,00.

Pengecualian:
• Bilangan ribuan atau kelipatannya yang tidak menunjukkan jumlah tidak dipisahkan menggunakan tanda titik.
Contoh: 

   - Aku lahir tahun 1997.
   - Nomor teleponnya adalah 086754321121.

• Akhir judul yang merupakan tabel, kepala karangan, atau ilustrasi tidak menggunakan tanda titik.
Contoh:

   - Gambar 1 Alat Dengar Manusia
   - Tabel 1 Partisipasi Perempuan dalam Politik

• Bagian belakang (a) alamat penerima dan pengirim surat, serta (b) tanggal surat tidak menggunakan tanda titik.
Contoh: 

Yth. Direktur Pertamina
Jalan Jakarta Raya No. 45
Menteng
Jakarta 112211

 

B. Tanda Koma (,)

1. Di antara unsur-unsur dalam suatu pemerincian atau pembilangan harus menggunakan tanda koma.
Contoh: 

• Kangkung, bayam, atau sawi merupakan sayuran.
• Tiga, dua, ... satu!

2. Sebelum konjungsi atau kata hubung (tetapi, melainkan, sedangkan) dalam kalimat majemuk (setara) harus menggunakan tanda koma.
Contoh:

• Aku ingin berlibur ke Bali, tetapi Covid-19 belum pergi.
• Orang itu bukan kakak saya, melainkan sepupu saya.
• Ibu mengajar di sekolah, sedangkan ayah pergi mengantar adik.

3. Anak kalimat yang mendahului induk kalimatnya dipisahkan menggunakan tanda koma.
Contoh:

• Jika kamu datang, aku akan senang.
• Karena kemarin hujan, acara syukuran itu batal.

Pengecualian:
Apabila induk kalimat berada sebelum anak kalimat, tanda koma tidak digunakan.
Contoh:
• Aku akan senang jika kamu datang.

4. Bagian belakang kata atau ungkapan penghubung (konjungsi) antarkalimat, misalnya jadi, sehubungan dengan itu, dengan demikian, oleh karena itu, dan meskipun demikian menggunakan tanda koma.
Contoh:

• Penyanyi itu sering latihan vokal. Jadi, suara dia sangat indah.
• Ibuku rajin menabung. Oleh karena itu, dia bisa liburan ke Eropa.

5. Sesudah dan/atau sebelum kata seru (o, wah, aduh, ya, atau hai) dan kata yang digunakan sebagai sapaan (Bu, Nak, Dik) tanda koma harus digunakan.
Contoh:

• O, begitu?
• Wah, luar biasa!
• Hati-hati, ya, lantainya licin!
• Nak, kapan menjenguk Ibu?
• Dimana rumahmu, Dik?

6. Petikan langsung dari bagian lain dalam kalimat dipisahkan menggunakan tanda koma.
Contoh:

• Kata kakak saya, “Rajinlah belajar agar bisa masuk PTN.”
• “Tante saya sakit perut,” katanya “jadi, sekarang dirawat di Rumah Sakit.”

Pengecualian:
Petikan langsung yang berupa kalimat tanya, kalimat perintah, atau kalimat seru dari bagian lain yang mengikutinya tidak dipisahkan menggunakan tanda koma.
Contoh: 

• “Sudah berapa lama tinggal di Jakarta?” tanya orang itu.
• “Ambilkan gelas di dapur!” perintah Ibu.
• “Wah, sejuk sekali ya daerah ini!” katanya.

7. Di antara (1) nama dan alamat, (2) bagian alamat, (3) tempat dan tanggal, serta (4) nama tempat dan wilayah atau negeri yang ditulis secara berurutan, tanda koma perlu digunakan.
Contoh:

• Sdr. Rendi, Jalan Karangmalang IV/13, Kelurahan Caturtunggal, Kecamatan Depok, Yogyakarta 52801
• Dekan Fakultas Bahasa dan Seni, Universitas Negeri Yogyakarta, Jalan Colombo No. 1, Yogyakarta
• Bogor, 17 April 1990
• Bangkok, Thailand

8. Bagian nama yang susunannya ditulis terbalik dalam daftar pustaka dipisahkan menggunakan tanda koma
Contoh:

• Chaer, Abdul dan Leonie Agustina. 2010. Sosiolinguistik. Jakarta: PT Rineka Cipta.
• Keraf, Gorys. 2010. Diksi dan Gaya Bahasa. Jakarta: Gramedia.
• Kridalaksana, Harimurti. 2001. Kamus Linguistik. Jakarta: Gramedia.

9. Di antara bagian-bagian dalam catatan kaki atau catatan akhir tanda koma harus digunakan.
Contoh:

• Moleong, Lexy J, Metodologi Penelitian Kualitatif, Edisi Revisi, (Bandung: PT Remaja Rosdakarya, 2007), hlm. 27.
• Keraf, Gorys, Diksi dan Gaya Bahasa, (Jakarta: Gramedia, 2010). Hlm. 126.

10. Untuk membedakan nama diri, keluarga, atau marga dari singkatan, tanda koma harus digunakan di antara nama orang dan singkatan gelar akademis yang mengikutinya.
Contoh:
• M. Hamdani, S.E.
• Ny. Solihah, S.S.
• Ahmad Wahyudin, M.Hum.
• Wiyatmi, S.H., M.H.

Bandingkan dengan:
• Ny. Solihah S.S (Siti Sakdiyah)

11. Di antara rupiah dan sen serta sebelum angka desimal yang dituliskan dengan angka, tanda koma perlu digunakan.
Contoh:

• 17,2 m
• 16,5 kg
• Rp700,50
• Rp950,00

12. Keterangan tambahan atau keterangan aposisi harus diapit menggunakan tanda koma.
Contoh:

• Di Kota Bogor, misalnya, masih banyak lahan yang belum digunakan.
• Semua peserta, baik anak-anak maupun dewasa, harus mengikuti pembukaan acara.
• Gusdur, Presiden IV RI, merupakan salah seorang tokoh NU.
• Pejabat yang bertanggung jawab, sebagaimana dimaksud pada ayat (3), wajib menindaklanjuti laporan dalam waktu paling lama tujuh hari.

13.  Di belakang keterangan yang terdapat di awal kalimat (untuk menghindari kesalahpahaman dalam membaca/salah pengertian), tanda koma perlu digunakan.
Contoh:

• Dalam menangani pandemi Covid-19, pemerintah harus mengutamakan kesehatan daripada ekonomi.
• Atas perhatian Saudara, kami ucapkan terima kasih.

 

C. Tanda Titik Koma (;)

1. Kalimat setara yang satu dari kalimat setara yang lain di dalam kalimat majemuk atau untuk mengganti kata penghubung dapat dipisahkan menggunakan tanda hubung.
Contoh:

• Hujan belum berhenti; anak-anak masih belum pulang.
• Kayak mengantar Ibu ke pasar; Ayah sedang berkebun; Adik menonton televisi.

2. Pada akhir perincian yang berupa klausa menggunakan tanda titik koma.
Contoh:

Syarat mengikuti seleksi ini adalah
(1) mahasiswa semester 5;
(2) aktif berorganisasi;
(3) bisa berbahasa Inggris; dan
(4) bersedia mengikuti kegiatan selama tiga bulan.

3. Bagian-bagian pemerincian dalam kalimat yang sudah menggunakan tanda koma, dapat ditandai menggunakan tanda koma.
Contoh:

• Kakak menjual cincin, kalung, dan anting; motor, mobil, dan sepeda; televisi, kipas angin, dan penanak nasi.
• Kegiatan sidang skripsi ini meliputi
 a. pengenalan ketua penguji, sekretaris penguji, dan penguji utama;
 b. presentasi bab I, bab II, bab III, bab IV, dan bab V; dan
 c. diskusi, validasi, dan pengumuman hasil sidang.

 

D. Tanda Titik Dua (:)

1. Akhir suatu pernyataan lengkap yang diikuti pemerincian atau penjelasan menggunakan tanda titik dua.
Contoh:

• Ibu membeli banyak sayuran: sawi, kangkung, dan bayam.
• Dalam mencintai hanya ada dua pilihan: pertahankan atau tinggalkan.

2. Jika penjelasan atau perincian itu merupakan pelengkap yang mengakhiri pernyataan, tanda titik dua tidak digunakan.
Contoh:

• Ayah membutuhkan paku, palu, dan gergaji.
• Persidangan ini meliputi beberapa tahap
   a. pembukaan,
   b. Pembacaan dakwaan, dan
   c. kesimpulan

3. Sesudah kata atau ungkapan yang memerlukan pemerian perlu menggunakan tanda titik dua.
Contoh:

• Ketua Penguji : Prof. Dr. Zamzani, M.Pd.
• Sekretaris Penguji : Siti Maslakhah, M.Hum.
• Penguji Utama : Dr. Prihadi, M.Hum.

4. Dalam naskah drama, sesudah kata yang menunjukkan pelaku dalam percakapan harus menggunakan tanda titik dua.
Contoh:
• Adit : "Ayo kejar aku, Pak!"
• Bapak : "Sudah, Dit, jangan lari lagi!"
• Adit : "Tidak mau! Ayo, Pak, kejar aku!"

5.  Di antara (1) jilid atau nomor dan halaman, (2) surah dan ayat dalam kitab suci, (3) judul dan anak judul suatu karangan, serta (4) nama kota dan penerbit dalam daftar pustaka, tanda titik dua digunakan.
Contoh:

• Tempo, X, No. 2/2005: 7
• Surah Alfatihah: 1—5
• Matius 2: 5—7
• Saksi Mata: Antologi Cerpen Seno Gumira Adjidarma
• Suhardi, 2013. Sintaksis. Yogyakarta: Cantrik Pustaka.

 

E. Tanda Hubung (-)

1. Bagian kata yang terpenggal oleh pergantian baris, dapat ditandai dengan tanda hubung.
Contoh:

• Mereka harus mengungsi dari desa itu karena rumah mereka rusak diterjang angin.
• Banyak orang tertarik untuk memulai bisnis ternak lele.

2. Unsur kata ulang, dapat disambungkan menggunakan tanda hubung.
Contoh:

• ibu-ibu

• mengubah-ubah
• kekuning-kuningan
• dikejar-kejar

3. Angka yang menyatakan tanggal, bulan, dan tahun dan/atau huruf yang disambungkan dalam kata yang dieja satu per satu, dapat disambung menggunakan tanda hubung.
Contoh:

• 03-08-1998
• e-f-e-k-t-i-v-i-t-a-s

4. Hubungan bagian kata atau ungkapan, dapat diperjelas menggunakan tanda hubung.
Contoh:

• ber-ubah
• meng-gali
• tiga-puluh-lima ribuan (35 x 1.000)
• 33/35 (tiga-puluh-tiga pertiga-puluh-lima)

Bandingkan dengan:

• be-rubahi
• me-nggali
• tiga-puluh lima-ribuan (30 x 5.000)
• 30 3/25 (dua-puluh tiga perdua-puluh-lima)

5. Kata-kata berikut, dapat dirangkai dengan menggunakan tanda hubung.
Contoh:

• Imbuhan se- dengan kata setelahnya yang dimulai dengan huruf kapital (se-Asia Tenggara, se-Jawa Timur);

• Preposisi ke- dengan angka (ranking ke-3);

• Angka/bilangan dengan –an (tahun 1990-an);

• Kata atau imbuhan dengan singkatan semua hurufnya kapital (hari-H, sinar-X, ber-KTP, di-SP-kan); 

• Kata dengan kata ganti Tuhan (karunia-Nya, atas ampunan-Mu);

• Huruf dan angka (D-2, S-1, S-2); dan

• Kata ganti -ku, -mu, dan -nya dengan singkatan yang berupa huruf kapital (KTP-ku, SIM-mu, BPJS-nya).

6. Singkatan yang di dalamnya terdapat huruf dan angka, jika angka tersebut melambangkan jumlah huruf tidak perlu dipisahkan menggunakan tanda hubung.
Contoh:

• P3GB (Pusat Pengembangan Pendidikan Guru Bahasa)
• P3DT (Proyek Peningkatan Pembangunan Desa Tertinggal)
• P4 (Pedoman Penghayatan dan Pengamalan Pancasila)

7. Unsur bahasa Indonesia dengan unsur bahasa daerah atau bahasa asing, perlu dirangkai dengan menggunakan tanda hubung.
Contoh:

• di-senen-i (bahasa Jawa, 'dimarahi')
• di-follow up
• meng-invite
• pen-update-an

8. Bentuk terikat yang menjadi objek bahasan, perlu ditandai dengan tanda hubung.
Contoh:

• Kata pra- merupakan bentuk terikat.
• Kata sarkasme memiliki kata dasar sarkas dan akhiran -asme.

 

F. Tanda Pisah (—)

1. Penyisipan kata atau kalimat yang memberi penjelasan di luar bangun kalimat perlu dibatasi dengan menggunakan tanda pisah.
Contoh:

• Kesetaraan kelas itu—meskipun sulit untuk dicapai—diperjuangkan oleh manusia itu sendiri.
• Keberhasilan itu—kita sependapat—dapat dicapai jika kita mau berusaha keras.

2. Adanya keterangan aposisi atau keterangan yang lain dalam suatu kalimat, perlu dibatasi dengan menggunakan tanda pisah.
Contoh:

• Abdurrahman Wahid—Presiden ke-4 Republik Indonesia—merupakan seorang tokoh fenomenal.
• Hasil penelitian ini—eufemisme dan disfemia—telah menambah khazanah kebahasaan di media sosial.
• Program Guru Penggerak—amanat Mendikbud—harus mendongkrak pendidikan Indonesia.

3. Di antara dua bilangan, tanggal, atau tempat yang berarti 'sampai dengan' atau 'sampai ke' perlu digunakan tanda pisah.
Contoh:

• Tahun 2016—2020
• Tanggal 1—10 Maret 2020
• Solo—Yogyakarta

 

G. Tanda Tanya (?)

1. Akhir kalimat tanya perlu menggunakan tanda tanya.
Contoh:

• Kapan film Black Widow tayang?
• Siapa yang menjadi pemeran utama film Beauty and The Beast?

2. Bagian kalimat yang dipertanyakan atau yang kurang dapat dibuktikan kebenarannya di dalam kurung, dapat ditandai dengan menggunakan tanda tanya.
Contoh:

• Tugu Jogja dibangun pada tahun 1590 (?).
• Bahasa Jawa mempunyai 70 (?) dialek.

 

H. Tanda Seru (!)

1. Ungkapan atau pernyataan yang berupa perintah atau seruan yang menggambarkan emosi, perasaan tidak percaya, atau perasaan sungguh-sungguh yang kuat perlu diakhiri menggunakan tanda seru.
Contoh:

• Andi masuk!
• Buang!
• Pantai Cemara ini memang sangat indah, ya!
• Jangan lupa bahagia!

 

I. Tanda Elipsis (…)

1. Untuk menunjukkan bagian yang dihilangkan dalam suatu kutipan atau kalimat ada, perlu menggunakan tanda elipsis.
Contoh:

• Frasa ... adalah frasa yang memiliki inti kata benda.
• Menurut Kamus Besar Bahasa Indonesia kata prioritas adalah ….

2. Untuk menulis ujaran yang tidak selesai dalam dialog, perlu menggunakan tanda elipsis.
Contoh:

• “Saya … anu … bagaimana … Bu?”
• “Makanya kamu itu … sebentar ada telepon.”

 

J. Tanda Petik ("…")

1. Petikan langsung yang berasal dari pembicaraan, naskah drama atau film, atau bahan tertulis lain perlu menggunakan tanda petik.
Contoh:

• "Kita harus terus melawan penjajahan!" seru Bung Karno dalam pidatonya.
• "Bawa semua barang-barang ini sekarang!" perintahnya. "Lusa akan digunakan untuk praktik."
• Menurut Pasal 31 Undang-Undang Dasar Negara Republik Indonesia Tahun 1945, "Negara Indonesia ialah negara kesatuan, yang berbentuk republik."

2. Judul sajak, lagu, film, sinetron, drama, artikel, naskah, atau bab buku yang digunakan dalam kalimat perlu diapit menggunakan tanda petik.
Contoh:

• Puisi "Cipasung" terdapat pada halaman pertama buku itu.
• Untuk mengenang jasa para pahlawan, kami akan memutarkan lagu "Gugur Bunga."
• Film "Gundala" merupakan film pahlawan super yang ceritanya diadaptasi dari komik.
• Ayah sedang membaca "Novel dan Referensi Sastra" dalam Kumpulan Esai Memasak Nasi Goreng Tanpa Nasi.
• Artikel "Peran Perempuan di Era Digital" menjadi juara pertama lomba penulisan artikel.
• Lihatlah dengan saksama bagian "Jenis-jenis Frasa" dalam buku Tata Bahasa Indonesia.

3. Istilah ilmiah yang kurang dikenal atau kata yang mempunyai arti khusus perlu diapit menggunakan tanda petik.
Contoh:

• "Boga bahari" di Bali memang sangat enak.
• Universitas dilarang menjual “kursi” kepada calon mahasiswa baru.

 

K. Tanda Petik Tunggal ('…')

1. Petikan yang terdapat dalam petikan lain perlu diapit menggunakan tanda petik tunggal.
Contoh:

• "Seperti ada yang jatuh dan berbunyi 'tok-tok’' tadi, apakah kau dengar?" tanya dia.
• "Adikku berteriak, 'Mbak, Tante pingsan!', dan aku langsung lari ke kamarnya,"ujarku.

2. Arti atau makna, hasil terjemahan, atau penjelasan kata atau ungkapan perlu diapit menggunakan tanda petik tunggal.
Contoh:

• terdakwa 'yang didakwa'
• filtrum 'lekukan vertikal di bagian tengah bibir atas'
• besar kepala 'sombong'
• money laundry 'pencucian uang'

 

L. Tanda Kurung ((…))

1. Keterangan atau penjelasan perlu diapit menggunakan tanda kurung.
Contoh:

• Adikku aktif sebagai anggota Organisasi Siswa Intra Sekolah (OSIS).
• Mahasiswa baru belum mempunyai ATM (Anjungan Tunai Mandiri).
• Pameran gawai (gadget) itu telah berhasil diselenggarakan di Bandung.

2. Keterangan atau penjelasan yang bukan bagian utama kalimat perlu diapit menggunakan tanda kurung.
Contoh:

• Puisi Acep Zamzam Noer yang berjudul "Cipasung" (nama tempat di Tasikmalaya) ditulis pada tahun 2001.
• Deskripsi itu (lihat Gambar 7) menunjukkan sistem pencernaan manusia.

3. Huruf/abjad atau kata yang keberadaannya di dalam teks dapat dimunculkan atau dihilangkan perlu diapit menggunakan tanda kurung.
Contoh:

• Rumahnya selalu kebanjiran karena letaknya di dekat (sungai) Ciliwung.
• Tontowi Ahmad berasal dari (kabupaten) Banyumas.

4. Huruf/abjad atau angka yang digunakan sebagai penanda pemerincian perlu diapit menggunakan tanda kurung.
Contoh:

• Unsur-unsur bahasa terdiri atas (a) kata, (b) frasa, dan (c) klausa.
• Ayah harus melengkapi berkas pendaftarannya dengan melampirkan
   (1) daftar riwayat hidup,
   (2) sertifikat, dan
   (3) surat bebas narkoba.

 

M. Tanda Kurung Siku ([…])

1. Abjad, kata, atau frasa sebagai perbaikan atau tambahan (karena adanya kesalahan atau kekurangan) di dalam naskah asli yang ditulis orang lain perlu diapit menggunakan tanda kurung siku.
Contoh:

• Ibu telah tiba di Bandara Kual[a]namu.
• Mereka [sudah] pergi kemarin sore membawa uang sebesar 2 miliar rupiah.

2. Keterangan dalam kalimat penjelas yang terdapat dalam tanda kurung perlu diapit menggunakan tanda kurung siku.
Contoh:

• Perbedaan kedua aturan itu (persamaannya disebutkan di dalam Bab II [lihat halaman 21-27]) perlu dijelaskan di sini.

 

N. Tanda Garis Miring (/)

1. Nomor surat, nomor pada alamat rumah atau kantor, dan penandaan masa satu tahun yang terbagi dalam dua tahun takwim (seperti tahun pelajaran) perlu menggunakan tanda garis miring.

Contoh:

• Nomor: 3/PG/I/2020
• Jalan Affandi II/15
• tahun ajaran 2020/2021

2. Pengganti kata dan, atau, serta setiap perlu menggunakan tanda garis miring.
Contoh:

• siswa/siswi = 'siswa dan siswi'
• belajar melalui buku/aplikasi = 'belajar melalui buku atau aplikasi’'
• kalung dan/atau gelang = 'kalung dan gelang atau kalung atau gelang’'
• harganya Rp1.000,00/lembar = 'harganya Rp1.000,00 setiap lembar'

3. Huruf, kata, atau kelompok kata sebagai koreksi atau pengurangan atas kesalahan atau kelebihan di dalam naskah asli yang ditulis orang lain perlu diapit menggunakan tanda garis miring.
Contoh:

• Ilmu Ling/g/uistik merupakan ilmu yang mempelajari bahasa.
• Salah satu judul pupuh sunda adalah Asmara/n/dana.
• Pemerintah memberikan /h/imbauan untuk menjaga jarak selama pandemi.

 

O. Tanda Penyingkat ('')

1. Untuk memperlihatkan penghilangan bagian kata atau bagian angka tahun dalam konteks tertentu perlu menggunakan tanda penyingkat.
Contoh:

• Aku 'kan menjauh darimu. ('kan = akan)
• Dia jadi datang, 'kan? ('kan = bukan)
• Hari 'lah berlalu. ('lah = telah)
• 10-1-'15 ('15 = 2015)

 

Diadaptasi dengan perubahan dari: Tim Pengembang Pedoman Bahasa Indonesia. 2016. Pedoman Umum Ejaan Bahasa Indonesia.  JakartaBadan Pengembangan dan Pembinaan Bahasa.

 

#materiUTBK2024 #KemampuanMemahamiBacaandanMenulis #EYDV

... Read less

6 months ago by pak_dosen@pak_dosen


Pemakaian Huruf Miring Berdasarkan Ejaan yang Disempurnakan (EYD)

 

Menurut Ejaan yang Disempurnakan (EYD), penggunaan huruf miring adalah sebagai berikut.

Judul buku, nama surat kabar, atau nama majalah yang dikutip dalam tulisan, termasuk judul yang dikutip dalam daftar pustaka ditulis menggunakan huruf miring.
Contoh:

• Novel Bumi Manusia sangat menarik untuk dibaca.
• Koran Jawa Pos sudah bisa diakses secara daring.
• Majalah Horison menerbitkan kritik sastra yang baik.
• Kridalaksana, Harimurti. 2005. Kelas Kata dalam Bahasa Indonesia. Jakarta: Gramedia Pustaka Utama


 

Huruf miring digunakan untuk menegaskan atau mengkhususkan huruf, bagian kata, suku kata, kata, atau kelompok kata/frasa dalam kalimat.
Contoh:

• Huruf terakhir kata pasif adalah f.
• Aku tidak ditinggalkan, tetapi meninggalkan.
• Buku ini tidak membahas cara pergi ke Mars.
• Buatlah kalimat menggunakan frasa meja hijau!

Kata atau ungkapan bahasa daerah atau bahasa asing ditulis menggunakan huruf miring.
Contoh:

• Nama ilmiah ikan lele adalah Clarias bathracus.
• Sudah dua tahun aku belum juga move on dari dia.
• Pola pikirmu itu ndeso!
• Jangan gitu atuh!

 

#materiUTBK2024 #KemampuanMemahamiBacaandanMenulis #EYDV

... Read less

6 months ago by pak_dosen@pak_dosen


Pemakaian Huruf Kapital Berdasarkan Ejaan yang Disempurnakan (EYD)
 


Menurut Ejaan yang Disempurnakan (EYD), penggunaan huruf kapital adalah sebagai berikut.

1. Huruf pertama awal kalimat harus ditulis menggunakan huruf kapital.
Contoh: 

• Mengapa kau datang ke Kampung Tomat ini?
• Aku ingin menonton konser dangdut di Desa Kertajadi.

2. Huruf pertama unsur nama orang (termasuk juga yang mempunyai julukan) ditulis menggunakan huruf kapital.
Contoh:

• Joko Widodo
• Luhut Binsar Pandjaitan
• Putra Petir
• Son Heung Min
• Yuta Watanabe

Pengecualian:

Nama orang yang dijadikan nama jenis atau satuan ukuran tidak ditulis menggunakan huruf kapital (misalnya: 15 watt).

Huruf pertama kata yang memiliki makna 'anak dari', seperti binti, bin, boru, dan van, atau huruf pertama kata tugas tidak ditulis menggunakan huruf kapital.
Contoh:

• Robin van Persie
• Afika binti Salman
• Mutiara dari Timur

3. Huruf pertama di awal kalimat yang ada di dalam petikan langsung ditulis menggunakan huruf kapital.
Contoh:

• Apakah kamu sudah menemui Rossie?” katanya.
• Rani bertanya, “Kamu jadi berangkat ke Cianjur?”
• Kemarin,” katanya “dia membawakan sebungkus roti.”

4. Huruf pertama nama Tuhan (termasuk sebutan kata ganti Tuhan), agama, dan  kitab suci, ditulis menggunakan huruf kapital.
Contoh:

• Islam
• Kristen
• Hindu
• Alquran
• Alkitab
• Weda

5. Huruf pertama unsur nama gelar keturunan/bangsawan, gelar kehormatan, gelar keagamaan, atau gelar akademik yang diikuti nama orang, termasuk nama gelar akademik yang ditulis setelah nama orang harus ditulis menggunakan huruf kapital.
Contoh:

Sultan Iskandar Muda
• Haji Andre Taulany
• Raden Dewi Sartika
Doktor Else Liliani
• Eka Kurniawan, Sarjana Filsafat

6. Huruf pertama/awal unsur nama gelar keagamaan, gelar keturunan, gelar kehormatan, dan nama profesi, serta nama jabatan dan kepangkatan yang digunakan sebagai sapaan ditulis menggunakan huruf kapital.
Contoh:

• Terima kasih, Sultan.
• Semoga lekas sembuh, Kiai.
• Saya sakit kepala, Dokter.
• Izin bertanya, Prof.
• Siap laksanakan, Jenderal.

7. Huruf pertama unsur nama pangkat dan jabatan yang diikuti nama orang atau yang digunakan untuk menuliskan pengganti nama orang tertentu, nama tempat, atau nama lembaga ditulis menggunakan huruf kapital.
Contoh:

• Wakil Presiden Kamala Harris
• Laksamana Malahayati
• Profesor Suminto A. Sayuti
• Gubernur Jawa Barat
• Sekretaris Jenderal Kementerian Keuangan

8. Huruf pertama nama bahasa, bangsa, dan suku bangsa ditulis menggunakan huruf kapital.
Contoh:

• bahasa Jawa
• bangsa Eropa
• suku Osing

Pengecualian:

Huruf pertama nama bangsa, suku bangsa, dan bahasa yang digunakan sebagai bentuk dasar kata turunan tidak ditulis menggunakan huruf kapital (misalnya: kearab-araban).

9. Huruf pertama nama tahun, bulan, hari dan hari besar atau hari raya ditulis menggunakan huruf kapital.
Contoh:

• hari Senin
• hari Jumat
• bulan Maret
• tahun Hijriah
• hari Natal

10. Huruf pertama unsur nama peristiwa sejarah ditulis menggunakan huruf kapital.

Contoh:

• Perang Diponegoro
• Konferensi Meja Bundar
• Kongres Sumpah Pemuda

11. Huruf pertama nama tempat atau nama geografi ditulis menggunakan huruf kapital.
Contoh:

• Yogyakarta
• Gunung Gede
• Jalan Gejayan
• Sungai Ciliwung
• Kota Bogor

Pengecualian:

Huruf pertama nama tempat atau nama geografi yang bukan nama diri (tidak diikuti dengan nama diri) tidak ditulis menggunakan huruf kapital (misalnya: besok rombongan kita akan berenang di pantai).

 

Huruf pertama nama tempat atau nama diri geografi yang dijadikan nama jenis (buah atau makanan, dsb) tidak ditulis menggunakan huruf kapital (misalnya: kacang bogor, jeruk bali).

Catatan:

Untuk membedakan nama jenis atau bukan, dapat dilihat dengan cara membandingkan dengan nama jenis lain yang sama kategorinya, misalnya: satai madura, satai ayam, satai kambing.

12. Huruf pertama semua kata (termasuk semua unsur bentuk ulang sempurna) dalam nama lembaga, badan, organisasi, negara, atau dokumen, kecuali kata tugas (di, ke, dari, yang, untuk) ditulis menggunakan huruf kapital.
Contoh:

• Republik Indonesia
• Dewan Perwakilan Rakyat Republik Indonesia
• Ikatan Dokter Indonesia
• Peraturan Presiden Nomor 16 tahun 2018 tentang Pengadaan Barang/Jasa Pemerintah
• Badan Kesehatan Dunia

13. Huruf pertama setiap kata (termasuk unsur kata ulang atau reduplikasi sempurna) di dalam judul artikel, judul karangan, judul buku, dan judul makalah serta nama surat kabar dan majalan, kecuali kata tugas(yang, untuk, dari, ke, di) yang tidak terletak pada posisi awal ditulis menggunakan huruf kapital.
Contoh: 

• Saya akan menulis ulasan buku Cantik itu Luka.
• Kritik sastra itu dimuat dalam majalah Horison.
• Dia bekerja di media Tempo.
• Ia mempresentasikan artikel "Penegakkan Hak-Hak Perempuan".

14. Huruf pertama unsur singkatan nama gelar, pangkat, atau sapaan ditulis menggunakan huruf kapital.
Contoh:

• S.Pd. = sarjana pendidikan
• K.H. = kiai haji
• Pdt. = pendeta
• Prof. = profesor
• Ny. = nyonya

15. Huruf pertama kata penunjuk hubungan kekerabatan (misalnya, kakak, bapak, ibu, tante) serta kata atau ungkapan lain yang digunakan dalam penyapaan atau pengacuan (termasuk kata Anda) ditulis menggunakan huruf kapital.
Contoh:

• "Apakah Bapak ada?" tanya Ardi.
•  "Ayo masuk, Dik!" kata Bapak.
•  Lamaran Saudara telah kami baca.
•  "Hey, Pemuja Anime, sudah nonton Clannad belum?"
•  "Tante, saya sudah diskusi soal renovasi ruang kerja dengan Bapak."
•  Apakah Anda sudah mendaftar?

 

#materiUTBK2024 #KemampuanMemahamiBacaandanMenulis #EYDV

... Read less

6 months ago by pak_dosen@pak_dosen


Simpulan

 

Di dalam Kamus Besar Bahasa Indonesia V, simpulan memiliki makna ‘sesuatu yang disimpulkan atau dikaitkan; hasil menyimpulkan; kesimpulan’. Menyimpulkan berarti kegiatan menyampaikan pendapat berdasarkan hal-hal yang telah dilihat, disimak, didengar, atau pun dibaca. Hasil dari simpulan berupa pokok atau inti dari informasi dan menggambarkan informasi yang disimak, dibaca, dilihat, atau didengar secara keseluruhan.

A. Cara Mencari Simpulan

Terdapat tiga cara membuat simpulan, yaitu:

1. Menyimpulkan secara deduktif adalah teknik membuat simpulan dengan cara menyampaikan gagasan utama terlebih dahulu kemudian diikuti dengan beberapa gagasan penjelas;

2. Menyimpulkan secara induktif adalah teknik membuat simpulan dengan cara menyampaikan beberapa pendapat yang bersifat khusus terlebih dahulu kemudian diakhiri dengan gagasan utama sebagai inti dari simpulan;

3. Menyimpulkan secara deduktif-induktif (campuran) adalah cara menarik kesimpulan dengan menyampaikan gagasan utama kemudian diikuti oleh gagasan yang bersifat khusus sebagai penjelas kemudian diakhiri dengan gagasan utama sebagai penegas simpulan.

B. Cara Menarik Simpulan

Menarik suatu simpulan dapat dilakukan dengan menemukan gagasan utama/ide pokoknya terlebih dahulu. Di dalam gagasan utama terdapat inti/pokok pembicaraan sehingga kita tidak perlu membaca informasi secara keseluruhan. Berikut merupakan hal-hal yang harus diperhatikan untuk menarik sebuah simpulan.

1. Menggunakan bahasa yang sederhana tetapi lugas sehingga mudah untuk dimengerti.

2. Penarikan simpulan yang melibatkan pendapat harus dapat dibuktikan kebenarannya berdasarkan informasi yang dibaca, didengar, disimak, atau dilihat.

3. Hasil simpulan tidak bertentangan dengan informasi yang ada.

4. Memahami keseluruhan informasi yang ditemukan sebelum menarik simpulan.

... Read less

6 months ago by pak_dosen@pak_dosen


Rujukan Kalimat
 

Dalam mempelajari rujukan kalimat, terdapat dua istilah yang harus diketahui, yaitu kata rujukan dan kalimat rujukan. Kata rujukan merupakan kata ganti yang digunakan untuk merujuk/mengacu kata lain yang telah dipakai sebelumnya, sedangkan kalimat rujukan merupakan kalimat yang di dalamnya mengandung kata rujukan.

Kata rujukan terbagi menjadi 3 jenis, yaitu:

Kata Rujukan Orang
Kata rujukan orang merupakan kata yang mengacu pada seseorang.

Contoh:
• dia/dirinya
• ia
• mereka
• beliau

Contoh kalimat:
Beliau telah menamatkan studinya di Italia.

Kata Rujukan Tempat
Kata rujukan tempat merupakan kata yang merujuk pada tempat.

Contoh: 
• di sini
• di sana
• di situ

Contoh kalimat:
• Di sana sang anak hidup dengan damai.

Kata Rujukan Benda
Kata rujukan benda adalah kata yang merujuk pada benda.

Contoh: 
• ini
• itu
• tersebut

Contoh kalimat:
• Hal itu membuat hatinya terasa sakit.

Tips mengerjakan soal rujukan kalimat:

1. Perhatikan kalimat sebelum kata rujukan berada

2. Tentukan orang/tempat/benda yang diacu oleh kata rujukan!

 

#materiUTBK2024 #PengetahuanDanPemahamanUmum #AnalisisBacaanKepaduanParagraf

... Read less

6 months ago by pak_dosen@pak_dosen


Analisis Bacaan dan Kepaduan Paragraf

 

Menurut Kamus Besar Bahasa Indonesia edisi V, analisis merupakan pemecahan persoalan yang dimulai dengan dugaan akan kebenarannya, sedangkan bacaan memiliki makna ‘sesuatu yang dibaca’. Dengan demikian, analisis bacaan adalah kegiatan menganalisis sesuatu yang dibaca. Di dalam bacaan terdapat paragraf-paragraf yang menyusunnya. Paragraf merupakan kumpulan kalimat yang saling berhubungan dan menjelaskan suatu buah pikiran di dalam tulisan. Paragraf biasanya ditulis dengan cara menjorok ke dalam sekitar 4—5 karakter.

Adapun fungsi paragraf sebagai berikut.

1. Paragraf menjadi wadah untuk mengungkapkan buah pikiran penulis.

2. Penulis dapat menyampaikan pikirannya secara teratur dan runtut.

3. Penulis menjadi tidak mudah lelah ketika menyelesaikan tulisannya.

4. Paragraf dapat dimanfaatkan sebagai pengantar, transisi, dan simpulan dalam sebuah bacaan.

Di dalam suatu bacaan, antara paragraf satu dengan yang lainnya saling berkaitan. Hal tersebut biasa disebut dengan kohesi. Kohesi merupakan hubungan antara paragraf. Dengan adanya kohesi, dapat diketahui bahwa kumpulan kalimat yang terbentuk termasuk ke dalam paragraf yang memiliki makna bukan hanya sekadar kumpulan. Antara paragraf satu dengan paragraf lainnya biasanya memiliki hubungan sebagai penjelas, alasan, sebab, pertentangan, dan sebagainya.

 

#materiUTBK2024 #PengetahuanDanPemahamanUmum #AnalisisBacaanKepaduanParagraf

... Read less

6 months ago by pak_dosen@pak_dosen


Hubungan Antarparagraf
 

Hubungan antarparagraf adalah salah satu materi yang cukup sering keluar di soal-soal UTBK. Melalui materi ini, kita diminta untuk menentukan hubungan antara satu paragraf dengan paragraf lain dalam bacaan. Lazimnya, sebuah teks memiliki hubungan-hubungan sebagai berikut:

Hubungan pertentangan

Hubungan sebab-akibat

Hubungan penegasan

Hubungan penjelasan lanjutan,

dan lain-lain

Untuk menentukan hubungan antarparagraf, kita harus memahami ide pokok dari setiap gagasan terlebih dahulu. Ketika kita sudah mendapatkan ide pokok tersebut, barulah kita bisa menentukan hubungan antarparagrafnya. Selain itu, kita juga dapat melihat hubungan antarparagraf dari konjungsi (kata hubung) yang ada di dalam paragraf tersebut.

Sebagai contoh, perhatikan paragraf di bawah ini:

Ide pokok dari paragraf pertama adalah olahraga adalah sebuah aktifitas yang penting. Sementara itu, ide pokok dari paragraf kedua adalah manfaat olahraga bagi kesehatan tubuh.

Kemudian, pada paragraf kedua kita dapat melihat adanya penggunaan konjungsi bahkan di awal kalimat pertama. Hal itu menunjukkan bahwa hubungan antarparagraf dari teks di atas adalah hubungan penegasan.

 

#materiUTBK2024 #PengetahuanDanPemahamanUmum #AnalisisBacaanKepaduanParagraf

... Read less

6 months ago by pak_dosen@pak_dosen


Jenis-Jenis Paragraf
 


Paragraf atau alinea adalah bagian dalam karangan yang mengandung satu ide pokok. Secara umum, paragraf terbagi berdasarkan letak gagasan utama dan tujuannya.

A. Paragraf Berdasarkan Letak Gagasan Utama 

1. Paragraf Deduktif
Paragraf deduktif merupakan paragraf yang gagasan utamanya terletak di awal paragraf. Kalimat utama pada paragraf ini adalah topik. Kalimat kedua dan seterusnya adalah kalimat penjelas.

Contoh:
Ada beberapa penyebab kemacetan di Jakarta. Pertama, jumlah armada dan luas jalan yang tidak seimbang. Kedua, kedisiplinan pengendara sangat minim. Ketiga banyak tempat yang memunculkan gangguan lalu lintas. Keempat, kurang tegasnya petugas yang berwenang.

2. Paragraf Induktif
Paragraf induktif merupakan paragraf yang letak gagasan utamanya di akhir paragraf. Paragraf induktif dapat berupa analogi, generalisasi, dan hubungan sebab akibat.

• Analogi
Analogi merupakan penarikan kesimpulan berdasarkan persamaan isi dengan sesuatu yang sudah dikenal.

Contoh:
Sifat manusia ibarat padi di sawah. Ketika manusia meraih kesuksesan, kepandaian, dan kekayaan, maka sifatnya akan rendah hati dan dermawan. Begitu pula dengan padi yang semakin berisi, ia akan semakin menunduk. Apabila padi itu kosong, ia akan berdiri tegak. Begitu pun dengan manusia yang tidak berilmu dan berperasaan, makan ia akan congkak dan pemarah. Oleh karena itu, sebagai manusia apabila diberi kepandaian dan kelebihan, tirulah sikap padi yang semakin menunduk.

• Generalisasi
Generalisasi merupakan pengambilan kesimpulan secara khusus berupa kejadian atau hal agar mendapatkan simpulan yang bersifat umum.

Contoh:
Setelah karangan anak-anak kelas 4 diperiksa, ternyata Ina, Tia, dan Alez mendapatkan nilai 9. Anak-anak lain mendapat nilai 7. Hanya Agra yang mendapat 6, dan tidak seorang pun mendapat nilai kurang. Bahkan boleh dikatakan, anak kelas 4 cukup pandai mengarang.

• Kausal
Kausal merupakan hubungan ketergantungan antara dua kalimat atau lebih yang menggambarkan akibat yang ditimbulkan karena adanya sebab.

Contoh:
Hasil panen para petani di Desa Sukamaju hampir setiap musim tidak memuaskan. Banyak tanaman yang mati diserang hama padahal belum berbuah. Banyak juga tanaman yang tidak tumbuh dengan baik. Hal ini akibat dari kurangnya pengetahuan para petani dalam pengolahan pertanian.

3. Paragraf Campuran (Deduktif-Induktif)
Paragraf campuran merupakan paragraf yang gagasan utamanya tersebar pada seluruh kalimat. Jenis paragraf ini biasanya ada pada karangan deskripsi dan narasi.

Contoh:
Bahasa merupakan hal sangat penting dalam kehidupan kita. Untuk berkomunikasi kita menggunakan bahasa. Untuk bekerja sama kita menggunakan bahasa. Untuk mewarisi dan mewariskan kebudayaan, kita memerlukan bahasa. Satu kali lagi, betapa pentingnya bahasa bagi kehidupan kita.

B. Paragraf Berdasarkan Tujuannya

1. Paragraf Deskripsi
Paragraf deskripsi merupakan paragraf yang menggambarkan sesuatu berdasarkan pengalaman pancaindra manusia dengan tujuan agar pembaca seolah-olah dapat melihat dan merasakan objek yang digambarkan.

Contoh:
Gadis kecil itu. Ia terus memandangi lautan biru. Gulungan riak-riak kecil tak membuatnya bergeming. Embusan hawa pantai nan panas, tak membuat matanya beralih dari laut. Laut yang semakin biru sampai ambang cakrawala.

2. Paragraf Narasi
Paragraf narasi merupakan paragraf yang menceritakan suatu peristiwa atau kejadian yang di dalamnya terdapat unsur tokoh, alur cerita, latar, dan konflik. Perlu diketahui bahwa paragraf narasi juga tidak memiliki kalimat utama.

Contoh:
Pak Tani sedang mengumpulkan padi-padi yang sudah dipanen di sawah. Esok harinya, Pak Tani melakukan kegiatan yang sama seperti sebelumnya. Lalu, Pak Tani memanfaatkan padi tersebut yang kemudian dijadikan sebagai nasi untuk memenuhi kebutuhan sehari-hari. Begitulah rupanya hakikat dari hidup.

3. Paragraf Argumentasi
Paragraf argumentasi merupakan paragraf yang membuktikan kebenaran tentang suatu hal. Pada akhir paragraf, perlu dijelaskan mengenai kesimpulannya. Kesimpulan ini yang membedakan paragraf argumentasi dan eksposisi.

Contoh:
Ia dapat menyetop bola dengan dada dan kaki dengan sempurna. Tendangan kaki kanan dan kaki kirinya tepat arah dan keras. Sundulan kepalanya sering memperdayakan kiper lawan. Bola seolah-olah menurut kehendaknya. Larinya cepat bagaikan kijang. Lawan sukar mengambil bola dari kakinya. Cristiano Ronaldo benar-benar pemain bola jempolan.

4. Paragraf Eksposisi
Paragraf eksposisi merupakan paragraf yang berisi uraian atau penjelasan mengenai suatu topik dengan tujuan agar memberikan informasi atau pengetahuan tertentu kepada pembaca.

Contoh:
Kini, kegiatan ekstrakurikuler dikenal sebagai kegiatan tambahan di luar pelajaran yang sesuai dengan pelajaran yang diinginkan dan tercantum di daftar kegiatan esktrakurikuler. Kegiatan ekstrakurikuler biasanya berlangsung hingga sore. Manfaat dari kegiatan ekstrakurikuler yaitu dapat menambah nilai yang kurang dalam mata pelajaran yang diambil.

5. Paragraf Persuasi
Paragraf persuasi merupakan paragraf yang bertujuan untuk memengaruhi pembaca agar berbuat sesuatu. Paragraf ini juga sifatnya membujuk dan mengajak seseorang untuk melakukan sesuatu.

Contoh: 
Penggunaan pestisida dan pupuk kimia untuk tanaman dalam jangka waktu lama dianggap tidak efektif karena penggunaan pestisida tersebut justru bisa mencemari lingkungan dan menjadikan tanah lebih keras sehingga perlu pengolahan dengan biaya yang tidak sedikit.

 

#materiUTBK2024 #PengetahuanDanPemahamanUmum #AnalisisBacaanKepaduanParagraf

... Read less

6 months ago by pak_dosen@pak_dosen


Sikap dan Tujuan Penulis
 


A. Sikap Penulis

Teks cenderung menceritakan kehidupan yang ada hubungannya dengan latar sosial budaya penulis. Rekaman jiwa penulis yang disajikan dalam tulisan disebut dengan pandangan penulis. Adapun, sikap penulis merupakan pendapat atau pandangan penulis mengenai topik yang dibahas dalam teks. Sikap penulis bisa beragam, mulai dari positif, netral, hingga negatif.

B. Tujuan Penulis

Dalam sastra, terdapat istilah pemancar teks, yaitu penulis yang menulis teksnya dengan tujuan tertentu. Adapun tujuan penulis adalah menyampaikan pikiran, gagasan, pandangan, pendapat, dan perasaan kepada pembaca dalam bentuk tulisan. Tujuan penulis dapat ditemukan dengan menentukan gagasan utama dalam suatu paragraf dan tujuan dari paragraf tersebut. Berdasarkan gaya atau tujuannya, paragraf dibagi ke dalam beberapa jenis, yaitu:

1. Paragraf Narasi

Narasi merupakan gaya pengungkapan yang bertujuan untuk menceritakan rangkaian peristiwa atau pengalaman manusia berdasarkan perkembangannya dari waktu ke waktu.

Contoh:

    Prof. DR (HC). Ing. Dr. Sc. Mult. Bacharuddin Jusuf Habibie merupakan salah seorang tokoh panutan dan menjadi kebanggaan bagi banyak orang di Indonesia. Presiden ketiga Republik Indonesia itu dilahirkan di Pare-Pare, Sulawesi Selatan, pada tanggal 25 Juni 1936. Beliau merupakan anak keempat dari delapan bersaudara, pasangan Alwi Abdul Jalil Habibie dan R.A. Tuti Marini Puspowardojo. Habibie yang menikah dengan Hasri Ainun Habibie pada tanggal 12 Mei 1962 ini dikaruniai dua orang putra, yaitu Ilham Akbar dan Thareq Kemal. Masa kecil Habibie dilalui bersama saudara-saudaranya di Pare-Pare, Sulawesi Selatan. Sifat tegas berpegang pada prinsip telah ditunjukkan Habibie sejak kanak-kanak. Habibie yang punya kegemaran menunggang kuda dan membaca ini dikenal sangat cerdas sejak masih duduk di sekolah dasar.

Diadaptasi dari: www.dbiografi.com

2. Paragraf Deskripsi

Deskripsi merupakan gaya pengungkapan yang bertujuan untuk menggambarkan suatu objek sejelas-jelasnya dan secara terperinci. Paragraf deskripsi mengondisikan seolah-olah pembaca berada dalam satu ruangan yang dapat merasakan, mendengar, melihat, dan mengenali setiap sudut ruangan itu secara mendetail.

Contoh:

Ruangan berukuran 9m x 8m ini sungguh sangat nyaman ditempati. Sebuah sofa empuk putih dengan meja kayu berada di tengah ruangan. Sementara itu, rak buku berisi beberapa novel dan buku-buku ilmiah diletakkan dekat dengan dinding sebelah selatan yang bersanding dengan sebuah pot berisi pohon palem kecil yang seakan-akan menyatu dengan tembok bercat hijau muda. Di luar ruangan, terdapat sebuah kolam kecil berukuran 2,5m x 2m berisi beberapa ikan koi yang berseliweran. Suara gemericik air dari kolam menambah sejuknya suasana di ruang tamu milik Pak Toni ini.

3. Paragraf Eksposisi

Eksposisi merupakan gaya pengungkapan yang bertujuan untuk menginformasikan pengetahuan kepada pembaca mengenai sesuatu secara akurat. Informasi tersebut adalah jawaban dari pertanyaan tentang apa, bagaimana, mengapa, dan kapan. Paragraf eksposisi biasanya menggunakan kata-kata, seperti merupakan, adalah, terdiri atas, terbuat dari, dan mengandung.

Contoh:

Cengkeh, pohon yang tetap hijau, mempunyai nama latin Sysygium aromatikum (Eugeniacarllophulinta). Cengkeh merupakan tanaman asli di Kepulauan Maluku. Kuncup bunganya yang belum terbuka merupakan rempah yang penting. Di samping penggunaannya sebagai rempah-rempah, kuncup bunganya yang berbentuk paku, jika sudah dikeringkan, dapat dipakai sebagai campuran tembakau di Pulau Jawa, terlebih sesudah tahun 1915 karena pesatnya perusahaan rokok kretek di Kudus. Di tempat lain, kadang-kadang sesudah digiling, cengkeh digunakan untuk mengharumkan kue. Cengkeh juga menghasilkan minyak uap yang digunakan sebagai bahan obat-obatan dan minyak wangi.

4. Paragraf Persuasi

Persuasi merupakan gaya pengungkapan yang bertujuan untuk membujuk pembaca. Agar tujuan tersebut tercapai, penulis harus menyertakan bukti dan data pendukung. Paragraf persuasi dapat menggunakan kata ajakan, seperti ayo atau mari.

Contoh:

Pencemaran Sungai Ciliwung sudah sangat parah dan dapat dikategorikan sebagai pencemaran tingkat berat. Sampah rumah tangga merupakan penyumbang sampah terbesar di Sungai Ciliwung. Jika kondisi ini terus berlanjut, sejumlah daerah yang menggantungkan sumber air dari Sungai Ciliwung dikhawatirkan akan mengalami krisis. Oleh karena itu, kesadaran untuk menjaga lingkungan perlu ditanamkan secara kuat kepada masyarakat. Jika lingkungan terjaga, kita jugalah yang akan diuntungkan.

5. Paragraf Argumentasi

Argumentasi merupakan gaya pengungkapan yang bertujuan untuk menyakinkan pembaca bahwa pendapat yang dikemukakan merupakan kebenaran dengan menyertakan alasan kuat. Hal tersebut dapat didukung dengan data berupa gambar atau tabel. Paragraf argumentasi biasanya ditutup dengan simpulan seperti berikut, terbukti, buktinya, dan akibatnya.

Contoh:

Memilih SMA tanpa pertimbangan yang matang hanya akan menambah pengangguran karena pelajaran di SMA tidak memberi bekal dalam bekerja. Menurut Iskandar, sudah saatnya masyarakat mengubah paradigma agar lulusan SMP tidak latah masuk SMA. Kalau memang lebih berbakat pada jalur profesi, sebaiknya lulusan SMP memilih SMK. Dia mengingatkan sejumlah risiko bagi lulusan SMP yang sembarangan melanjutkan sekolah. Misalnya, lulusan SMP yang tidak mempunyai potensi bakat-minat ke jalur akademik sampai perguruan tinggi, tetapi memaksakan diri masuk SMA, dia tidak akan lulus UAN karena sulit mengikuti pelajaran di SMA. Namun, tanpa lulus UAN mustahil bisa sampai perguruan tinggi.

 

#materiUTBK2024 #PengetahuanDanPemahamanUmum #SikapDanTujuanPenulis

... Read less

6 months ago by pak_dosen@pak_dosen


Bahasa Panda
 

Bahasa panda adalah salah satu materi yang muncul dalam UTBK. Dalam UTBK, soal bahasa panda biasanya muncul dalam subtes Pengetahuan dan Pemahaman Umum. Soal bahasa panda biasanya berisi kode-kode yang harus dipecahkan. Untuk mempelajari dan menjawab soal bahasa panda, sebenarnya gampang-gampang susah. Kenapa ya? Karena mengerjakan soal Bahasa Panda perlu waktu yang cukup banyak untuk memecahkan kode-kode atau pola yang tersedia dalam soal. 

Pola-pola yang terdapat dalam soal bahasa panda tidak menentu. Namun, setidaknya, kita bisa memprediksi pola apa saja yang kemungkinan besar akan muncul. Yuk kita simak berbagai pola yang biasa digunakan dalam soal-soal bahasa panda.

A. Pola 1: Gabungan Kata atau Suku Kata

Pola 1 ini biasanya terdiri atas beberapa contoh kata yang digabungkan dan memiliki makna baru. Untuk menjawabnya, kita perlu memisahkan setiap kata sehingga menemukan makna sesungguhnya.

Contoh:

Berikut merupakan beberapa kata yang diterjemahkan ke dalam bahasa buatan:

Kekuatan lahir: jibalopguyu

Ketegaran batin: jiharopnide

Sejak dini: fazilhaja

Kata yang kemungkinan bermakna kelahiran dini adalah….

A.    Jibalopnide

B.     Jiguyuophade

C.    Jiguyuophaja

D.    Fajiguyuopni

E.     Fazilguyu

Pembahasan:

Soal tersebut menanyakan tentang pembentukan frasa menggunakan bahasa buatan. Agar dapat mengerjakannya, kita harus memahami setiap proses pembentukkan kata dalam bahasa buatan. Adapun pola pembentukannya sebagai berikut:

Kekuatan lahir       : jibalop + guyu

Ketegaran batin     : jiharop + nide

Dari pola pembentukan kata di atas dapat kita tarik simpulan ji merupakan imbuhan ke- dan op merupakan imbuhan –an.

Sejak dini: fazil + haja

Jadi, kelahiran dini: jiguyuophaja. C

B. Pola 2: Perumpamaan Kata dengan Kumpulan Huruf 

Pola 2 ini biasanya berupa perumpamaan suatu kata dengan kumpulan huruf. Bisa dikatakan juga pola 2 ini adalah pembentukan kode dan kita perlu memecahkan kode tersebut. Untuk menjawabnya, kita perlu mencari pola perubahan setiap huruf yang ada di kata asal dengan kumpulan huruf konsonan (kode pada soal) sehingga dapat memahami pola yang digunakan untuk memecahkan kode atau perumpamaan yang tepat sesuai kata yang diminta pada soal. Biasanya pola yang digunakan mirip dengan deret aritmatika, bedanya bahasa panda menggunakan huruf bukan angka. Yuk kita simak contohnya!

Apabila kata buntu ditulis dengan ATMST, maka bentuk penulisan yang tepat untuk kata  sekresi adalah….

A. TFLSFTJ

B. RDJQDRH

C. RFJSDTH

D. TDLQDRH

E. RDJDQRH

Pembahasan:

Soal di atas merupakan tipe soal bahasa panda. Untuk menjawabnya, kita perlu menemukan pola penulisan terlebih dahulu. Kata buntu ditulis dengan ATMST. Apabila diperhatikan, penulisan tersebut berpola sebagai berikut.

B → A

U → T

N → M

T → S

U → T

Dari penjelasan di atas dapat ditemukan pola penulisan mundur satu huruf dari huruf yang terkandung di dalam kata. Dengan demikian, penulisan yang tepat untuk sekresi sebagai berikut.

S → R

E → D

K → J

R → Q

E → D

S → R

I → H

Jawaban yang tepat adalah B.

Contoh:

Apabila kata Jember ditulis dengan kode KDNAFQ, maka kode yang tepat untuk kata Argentina adalah….

A. BQHDOSJMB

B. BSHFOUJOB

C. BQHDOUJMB

D. BSFHOUJOB

E. BQHDOSJBM

Pembahasan:

Soal di atas merupakan soal bahasa panda. Untuk menjawabnya kita perlu menemukan pola yang tersedia. Adapun pola yang tersedia sebagai berikut.

J→ K (MAJU) KDNAFQ

E→ D (MUNDUR)

M→ N (MAJU)

B→ A (MUNDUR)

E→ F (MAJU)

R→ Q (MUNDUR)

Dengan demikian, kata Argentina dapat dibuat kode dengan pola sebagai berikut.

A→ B (maju)

R→ Q (mundur)

G→ H (maju)

E→ D (mundur)

N→ O (maju)

T→ S (mundur)

I→ J (maju)

N→ M (mundur)

A→ B (maju)

Jadi, kode dari kata Argentina adalah BQHDOSJMB (A).

C. Pola 3: Penggandaan Kata dan Penghilangan Huruf 

Soal dengan pola ini biasanya mirip dengan pola 2. Akan tetapi, pola 3 lebih sederhana karena dalam pengerjaanya hanya perlu menuliskan ulang atau menggandakan kata asal pada soal dan menghilangkan huruf sesuai pola. Huruf yang dihilangkan bisa saja dengan maju dua langkah, mundur satu langkah, maju tiga langkah, dan seterusnya. Yuk simak contoh soal dan pembahasan pola 3 berikut ini! 

Contoh:

Apabila komersil ditulis dengan bentuk KEIORL, maka penulisan yang tepat untuk terakhir adalah…..

A. TAIEKR

B. TRAHRR

C. TEKRHI

D. TAIEKI

E. TEKRIR

Pembahasan:

Soal di atas merupakan jenis soal bahasa panda. Apabila diperhatikan pembentukan KEIORL memiliki pola sebagai berikut.

(k)om(e)rs(i)lk(o)me(r)si(l)

Dengan demikian, kata terakhir dapat kita bentuk mengikuti pola yang telah tersedia.

(t)er(a)kh(i)rt(e)ra(k)hi(r) → TAIEKR

Jadi, jawaban yang tepat adalah A.

D. Pola 4: Perumpamaan Kode dengan Selisih

Pola ini biasanya ditemukan dengan jawaban kode kata-kata penyemangat. Pola ini bisa dijawab dengan mencari selisih kode asal dengan hasil analisis kode.

Contoh:

Seorang petualang menemukan sebuah kode ADEHQTMBF. Kemudian, kode tersebut dipecahkan dan membentuk kata ENJOYUTBK. Setelah melanjutkan perjalanan, ia kembali menemukan sebuah kode LQNMAABSV. Apabila dipecahkan kode tersebut akan membentuk kata….

A. HALLOGUYS

B. PASTIBISA

C. SEMANGATY

D. SETIAPHARI

E. HARIKAMIS

Pembahasan:

Soal tersebut merupakan jenis soal bahasa panda. Untuk menjawabnya, kita harus memperhatikan pola pembentukan kata. Adapun pola kata yang terbentuk sebagai berikut.

ADEHQTMBF → 1-4-5-8-17-20-13-2-6

menjadi:

ENJOYUTBK → 5-14-10-15-25-21-20-2-11

Selisih pola yang terbentuk: 4-10-5-7-8-1-7- 0- 5

Maka:

LQNMAABSV dapat diterjemahkan menjadi PASTIBISA.

Jawaban yang tepat adalah B.

E. Pola 5: Perumpamaan Huruf dengan Huruf Lain

Soal pola 5 biasanya hanya berupa petunjuk dan kode. Untuk menjawabnya, kita perlu memecahkan petunjuk tersebut. 

Contoh:

B=6

WLW SWNJW XAJZANW EJZKJAOEW?

A. IANWD LQPED

B. LQPED IANWD

C. LQPED XENQ

D. IANWD XENQ

E. XENQ DEPWI

Pembahasan:

Soal di atas menanyakan tentang bahasa bantu. Untuk menjawabnya, kita perlu memecahkan pola yang disediakan. Apabila B = 6, maka B = F. Adapun pola yang terbentuk sebagai berikut.

B = F

C = G

D = H

E = I

F = J

G = K

H = L

I = M

J = N

K = O

L = P

M = Q

N = R

O = S

P = T

Q = U

R = V

S = W

T = X

U = Y

V = Z

W = A

X = B

Y = C

Z = D

A = E

Berdasarkan pola di atas, maka WLW SWNJW XAJZANW EJZKJAOEW? dapat diterjemahkan menjadi apa warna bendera Indonesia?.

Jawaban yang tepat adalah merah putih atau IANWD LQPED.

Dengan demikian, jawaban yang tepat adalah A.

Tips dan Trik Mengerjakan Soal Bahasa Panda

Soal yang penuh kode dan waktu yang terbatas merupakan salah satu tantangan mengerjakan soal bahasa panda. Oleh sebab itu, ada tips dan triknya untuk menjawab bahasa panda dengan lebih cepat.

1. Perhatikan pengulangan kata dan polanya dengan baik

2. Perhatikan susunan kalimatnya

3. Lihat dengan saksama bentuk soalnya

4. Fokus

5. Temukan polanya

6. Ulangi pola pada kata yang ada pada soal

Semoga setelah membaca ini, dapat memahami bahasa panda lebih dalam lagi ya Pahamifren!

 

#materiUTBK2024 #PengetahuanDanPemahamanUmum #Semantik

... Read less

6 months ago by pak_dosen@pak_dosen


Antonim

 

Antonim adalah ungkapan (baik berupa kata, frasa, maupun kalimat) yang maknanya berkebalikan dengan ungkapan lain. 

Antonim terdiri dari lima bagian, yaitu:

A. Oposisi Mutlak

Kata yang termasuk oposisi mutlak memiliki makna yang pertentangannya mutlak.

Contoh: 

• hidup dan mati

B. Oposisi Kutub

Kata yang dikategorikan oposisi kutub memiliki makna yang pertentangannya tidak mutlak, namun memiliki tingkatan makna.

Contoh:

• kaya-miskin,

• besar-kecil,

• tinggi-rendah,

• jauh-dekat,

• panjang-pendek.

C. Oposisi Relasional

Makna kata yang pertentangannya bersifat saling melengkapi. Dengan kata lain, sebuah kata muncul karena ada kata lain yang menjadi lawan katanya.

Contoh:

• suami-istri,

• mundur-maju,

• pulang-pergi,

• pasang-surut,

• memberi-menerima.

D. Oposisi Hierarki. 

Makna kata yang termasuk ke dalam oposisi hierarki memiliki pertentangan yang menyatakan suatu deret jenjang. Oleh karena itu, kata-kata dalam oposisi ini adalah kata-kata yang berupa satuan ukuran (berat, panjang, dan isi).

Contoh: 

• kuintal-ton;

• prajurit-opsir.

D. Oposisi Majemuk

Makna kata yang dikategorikan sebagai oposisi majemuk memiliki pertentangan dengan lebih dari satu kata.

Contoh: 

• berdiri dengan duduk,

• jongkok, tiarap, dan berbaring.

 

#materiUTBK2024 #PengetahuanDanPemahamanUmum #Semantik

... Read less

6 months ago by pak_dosen@pak_dosen


Mengganti Kata
 

Semantik adalah salah satu bidang studi linguistik yang membahas makna atau arti dalam bahasa. Salah satu jenis soal yang ada dalam semantik adalah mengganti kata. Soal tersebut menanyakan tentang kata lain yang dapat mengganti suatu kata. 

Berikut cara menghadapi soal mengganti kata:

1. Kaitkan kata pengganti yang terdapat dalam pilihan ganda dengan konteks bacaan yang memuat kata yang akan digantikan.

2. Perbanyak pemahaman kata, seperti membaca berita atau membaca artikel. 

Contoh:

Bacalah teks berikut!

“Kami memutuskan bahwa libur panjang kali ini ganjil genap tidak berlaku. Kami akan lebih maksimalkan manajemen traffic dan manajemen kerumunan di Kota Bogor,” ungkap Bima.

"Aturan kewajiban menunjukkan surat rapid antigen masih berlaku di kawasan wisata. Pembatasan 50% terhadap pengunjung di tempat wisata dan rumah makan tetap ada. Perbedaannya cuma tidak ada ganjil genap. Aturan lain tetap berlaku," tambah Bima.

Bima menuturkan, berdasarkan data, tren kasus Covid-19 di Kota Bogor terus menurun dalam beberapa pekan ke belakang. Selain itu, sambung dia, tingkat keterisian tempat tidur di rumah sakit rujukan Covid-19 juga menurun. Ia melanjutkan, alasan relaksasi ekonomi juga menjadi pertimbangan lain bagi Pemkot Bogor untuk meniadakan ganjil genap saat saat libur panjang pekan ini.

"Kemarin juga mengamati fenomena di lapangan, terjadi sedikit relaksasi, pergerakan ekonomi yang membaik, dan kunjungan ke pasar membaik karena tidak ada ganjil genap. Rumah makan, resto, dan hotel juga relatif tidak berbeda," paparnya. 

Diadaptasi dari: https://megapolitan.kompas.com/read/2021/03/09/16351441/tak-ada-ganjil-genap-di-kota-bogor-saat-libur-panjang-akhir-pekan-ini

Kata yang tepat untuk mengganti kata relaksasi pada paragraf ke-3 adalah…

a. Pengontrolan

b. Pengistirahatan

b. Ketenangan

d. Kelonggaran

Pembahasan:

Soal tersebut menanyakan tentang kata lain yang bisa mengganti kata relaksasi pada paragraf ke-3. Tipe soal ini adalah mengganti kata.

Dalam KBBI, relaksasi memiliki makna: ‘pengenduran, pemanjangan; kemampuan mengontrol tingkat ketegangan; metode untuk mempersipkan tubuh seorang aktor sebelum tampil; dan cara atau tindakan untuk mengistirahatkan atau menyenangkan diri.’

Sedangkan, kata relaksasi pada bacaan di atas mengacu pada makna ‘pengenduran’ atau dapat juga disebut pelonggaran. Oleh karena itu, sesuai dengan konteks bacaan di atas, kata relaksasi dapat diganti dengan kelonggaran.

Jadi, jawabannya adalah D.

 

#materiUTBK2024 #PengetahuanDanPemahamanUmum #Semantik

... Read less

6 months ago by pak_dosen@pak_dosen


Sinonim

 

Sinonim merupakan ungkapan (baik berupa kata, frasa, maupun kalimat) yang maknanya kurang lebih sama dengan ungkapan lain. Adapun contoh kata yang bersinonim sebagai berikut.

Contoh:

• mati, meninggal, wafat, tewas, dan gugur. 

Pada pengertian di atas, ditekankan bahwa “maknanya kurang lebih sama”. Ini berarti ungkapan yang bersinonim tingkat kesamaannya tidak 100%. Misalnya, kata mati dan meninggal. Kata mati memiliki makna 'tidak bernyawa; dan ditujukan kepada manusia, binatang, atau pohon'. Sedangkan, kata meninggal memiliki makna 'tidak bernyawa; dan hanya ditujukan kepada manusia'. Jadi, Oni, kelinci, dan, pohon bisa disebut mati, tetapi hanya Oni yang bisa disebut meninggal.

 

#materiUTBK2024 #PengetahuanDanPemahamanUmum #Semantik

... Read less

6 months ago by pak_dosen@pak_dosen


Makna Kata
 

A. Makna Leksikal dan Makna Gramatikal
 

1. Makna Leksikal

Makna leksikal adalah makna yang sesungguhnya. Adapun contoh tersebut pada kalimat di bawah ini.

Contoh:

• Aku tidak memelihara tikus.

Kalimat di atas mengacu pada hewan 'tikus', bukan hal lain.


 

2. Makna Gramatikal
Makna gramatikal adalah makna yang muncul akibat proses gramatika, yakni proses afiksasi (pengimbuhan) dan proses reduplikasi (pengulangan). Berikut ini contoh-contoh ungkapannya.

Contoh proses afiksasi:

• Buku setebal itu terangkat olehnya.

Kata terangkat melalui proses afiksasi. Awalan ter- pada kata tersebut memunculkan makna 'dapat'.
 


 

Contoh proses reduplikasi:

 Dia sedang menyusun buku-buku di rak perpustakaan.

Kata buku yang bermakna 'sebuah buku' menjadi buku-buku yang bermakna 'banyak buku.'


 

B. Makna Denotatif dan Makna Konotatif

1. Makna Denotatif
Makna denotatif merupakan makna asli. Adapun contoh tersebut seperti berikut ini.

Contoh:
 Kamboja bermakna 'bunga harum yang berwarna putih kekuning-kuningan atau merah tua'.

2. Makna Konotatif
Makna konotatif merupakan makna tambahan. Adapun contoh tersebut seperti berikut ini.

Contoh:
 Kamboja bermakna 'lambang kematian'.

C. Makna Idiomatikal dan Peribahasa

1. Makna Idiomatikal
Makna idiomatikal adalah makna sebuah kata, frasa, atau kalimat yang tidak dapat diduga dari makna leksikal maupun gramatikalnya. Ada dua jenis idiom, yaitu idiom penuh dan idiom sebagian.
 Idiom Penuh
Idiom penuh berarti seluruh unsurnya adalah satu kesatuan dengan satu makna.

Contoh:
• Menjual gigi bermakna 'tertawa keras-keras', bukan transaksi jual beli gigi. Istilah ini termasuk idiom penuh.

 Idiom Sebagian
Idiom sebagian berarti sebagian unsurnya masih memiliki makna sendiri. 

Contoh:
• Menunjukkan gigi bermakna 'menunjukkan kekuasaan'. Contoh ini termasuk idiom sebagian.

2. Makna Peribahasa
Makna peribahasa adalah makna yang masih bisa diduga karena adanya hubungan antara makna leksikal dan gramatikal. 

Contoh:
•  Bagai anjing dengan kucing.
Peribahasa tersebut menggambarkan perilaku seperti anjing dan kucing sebagai hewan yang dikenal sering bertengkar. 

D. Homonimi, Homofon, dan Homograf
1. Homonimi
Homonimi adalah kata yang bunyi dan penulisannya sama, tetapi maknanya berbeda.

Contoh:
• Kata hak memiliki bunyi dan tulisan yang sama, namun artinya berbeda ('kekuasaan untuk berbuat sesuatu' dan 'telapak sepatu pada bagian tumit yang relatif tinggi').
• Kata bisa memiliki bunyi dan tulisan yang sama, tetapi berbeda arti ('mampu atau dapat' dan 'zat racun yang dapat menyebabkan luka, busuk, atau mati bagi sesuatu yang hidup').

2. Homofon 
Homofon merupakan kata yang bunyinya sama, tetapi penulisan dan maknanya berbeda.

Contoh:
• Kata bang yang bermakna 'kakak laki-laki' dengan bank yang bermakna 'lembaga yang mengurus lalu lintas uang' memiliki bunyi yang sama, tetapi penulisan dan artinya berbeda.
• Kata sanksi yang bermakna 'konsekuensi' dan sangsi yang bermakna 'ragu' memiliki bunyi yang sama, tetapi penulisan dan maknanya berbeda.

3. Homograf 
Homograf adalah kata yang tulisannya sama, namun bunyi dan makna berbeda.

Contoh:
• Kata teras bisa mengacu ke 'inti-kayu' atau 'lantai yang agak ketinggian di depan rumah' dengan pelafalan yang berbeda.
• Kata sedan bisa merujuk ke 'tangis kecil; isak' atau 'sejenis mobil' dengan bunyi yang berbeda.

E. Makna Ambigu dan Polisemi

1. Makna Ambigu
Makna ambigu adalah makna suatu frasa atau kalimat yang bersifat ganda.

Contoh: 
• Anak malas pergi ke taman
Kalimat tersebut bisa ditafsirkan menjadi "sedikit anak yang mau pergi ke taman" atau "yang pergi ke taman hanya anak malas".

2. Makna Polisemi 
Makna polisemi adalah satuan bahasa (terutama kata) yang memiliki lebih dari satu makna.

Contoh: 
•  kepala
Kata tersebut dapat mengacu beberapa hal berikut.
•  Bagian tubuh dari leher atas, seperti yang dimiliki manusia dan hewan.
•  Bagian dari sesuatu yang terletak di atas atau depan dan merupakan hal penting, seperti kepala motor dan kereta api
•  Bagian dari sesuatu yang berbentuk bulat, seperti kepala jarum.

F. Perubahan Makna
1. Perubahan Makna Meluas
Perubahan makna meluas merupakan gejala pada kata yang awalnya memiliki satu makna saja, namun akhirnya meluas dan memiliki makna lain.

Contoh: 
•  saudara
Kata tersebut bermakna 'orang yang memiliki hubungan keluarga' menjadi 'sapaan kepada orang yang diajak berbicara'.

2. Perubahan Makna Menyempit 
Perubahan makna menyempit adalah gejala pada kata yang awalnya memiliki berbagai makna, tetapi berubah menjadi satu makna saja.

Contoh:
 •  sarjana
Kata tersebut bermakna 'orang pandai' menjadi 'orang yang lulus dari perguruan tinggi'.

3. Perubahan Makna Total
Perubahan makna total adalah makna asli sebuah kata yang mengalami perubahan secara keseluruhan.

Contoh: 
• Cerewet berubah total menjadi berpidato.

4. Penghalusan (Eufemia)
Penghalusan (eufemia) merupakan usaha dalam mengubah kata menjadi kata yang bermakna lebih halus, seperti:

Contoh:
 •  Penjara menjadi lembaga pemasyarakatan.

5. Pengasaran (Disfemia) 
Pengasaran (disfemia) adalah usaha dalam mengganti kata yang awalnya bermakna halus menjadi lebih kasar.

Contoh:
 • Kalah menjadi masuk kotak.
 • Mengambil dengan begitu saja menjadi mencaplok.
 • Mengeluarkan menjadi mendepak.
 • Memasukkan menjadi menjebloskan.

 

#materiUTBK2024 #PengetahuanDanPemahamanUmum #Semantik

... Read less

6 months ago by pak_dosen@pak_dosen


Jenis-Jenis Kata Berdasarkan Bentuknya
 

Kata merupakan satuan bahasa yang memiliki makna. Pada materi UTBK tentang perbaikan kata, kita harus mengetahui terlebih dahulu klasifikasi kata yang ditanyakan pada soal. Kemudian, kita menganalisis kata tersebut berdasarkan soal yang ditanyakan, dapat berupa makna kata, kesalahan imbuhan pada kata, arti imbuhan pada kata, penggantian kata yang sesuai dengan konteks kalimat, dan sebagainya. 

A. Kata Dasar

Kata yang menjadi dasar untuk pembentukan kata. Kata dasar tidak diberikan imbuhan apapun. 

Contoh:

• Dia pergi ke pasar.

• Bunga itu sangat mahal.

• Boneka itu lucu.

B. Gabungan Kata

1. Bentuk terikat yang ditulis serangkai dengan kata yang mengikutinya.

Contoh:

• adibusana

• antarkota

• antibiotik

2. Bentuk terikat yang diikuti oleh kata yang menggunakan huruf awal kapital atau singkatan yang berupa huruf kapital, maka digabungkan dengan tanda hubung (-).

Contoh:

• non-ASEAN

• anti-MSG

• pro-Barat

3. Bentuk maha yang diikuti oleh kata dasar yang mengacu pada nama atau sifat Tuhan ditulis serangkai dengan kata yang mengikutinya. 

Contoh:

• Semoga Tuhan Yang Mahakuasa melindungi kita.

• Tuhan Yang Mahabijaksana dalam menentukan arah hidup kita

4. Adapun bentuk yang ditulis tidak serangkai atau ditulis terpisah dengan huruf awal kapital yaitu bentuk maha yang diikuti dengan bentukan kata atau kata turunan yang mengacu pada nama atau sifat Tuhan. 

Contoh:

• Kita berdoa kepada Tuhan Yang Maha Pemberi.

• Marilah bersama-sama meminta kepada Tuhan Yang Maha Penolong.

5. Gabungan kata yang dapat menimbulkan kesalahpahaman yang berhubungan dengan maknanya, maka ditulis dengan memberikan tanda hubung (-) di antara unsur-unsurnya. 

Contoh:

Anak-istri pejabat berbeda maknanya dengan anak istri-pejabat.

Buku-sejarah baru berbeda maknanya dengan buku sejarah-baru.

Ibu-bapak kami berbeda maknanya dengan ibu bapak-kami.

6. Gabungan kata yang penulisannya memang dipisah, tetap ditulis terpisah meskipun mendapat imbuhan (awalan atau akhiran). 

Contoh:

• bertepuk tangan

• garis bawahi

• sebar luaskan

7. Gabungan kata yang mendapat awalan atau akhiran ditulis serangkai. 

Contoh:

• pertanggungjawaban

• penghancurleburan

• dilipatgandakan

8. Gabungan kata yang sudah padu ditulis serangkai. 

Contoh:

• apalagi

• barangkali

• bilamana

 

C. Kata Ulang (Reduplikasi)

Proses pengulangan bentuk kata dasar yang menggunakan tanda hubung (-) di antara unsur-unsurnya. Hal ini merupakan pengulangan kata dasar secara keseluruhan. 

Contoh:

• buku-buku

• anak-anak

• hati-hati

Adapun proses pengulangan bentuk gabungan kata ditulis dengan hanya mengulang unsur pertama.

Contoh:

rak buku menjadi rak-rak buku

surat kabar menjadi surat-surat kabar

kapal barang menjadi kapal-kapal barang

 

D. Kata Majemuk

Unsur gabungan kata yang umum digunakan disebut kata majemuk, termasuk istilah-istilah khusus yang juga ditulis dengan cara terpisah. 

Contoh:

• orang tua

• simpang empat

• persegi panjang

• meja tulis

 

E. Partikel

 

F. Kata Sandang

 

G. Singkatan dan Akronim

1. Singkatan

2. Akronim

Akronim merupakan proses pembentukan sebuah kata dengan cara menyingkat sebuah konsep yang direalisasikan ke dalam sebuah konstruk yang lebih dari sebuah kata.

 

#materiUTBK2024 #PengetahuanDanPemahamanUmum #Semantik

... Read less

6 months ago by pak_dosen@pak_dosen